“Alhamdulillah, saya sudah mendampingi beberapa rektor dan sudah bekerja di Unismuh sejak tahun 1990. Gaji saya sekarang sudah lumayanlah, tidak kalah dari gaji ASN (aparatur sipil negara) dan isteri saya juga karyawan di Unismuh. Dan insya Allah kami akan tetap mengabdi di Unismuh hingga akhir hayat.”
- Harto Imayaduddin -
----------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 22 Juni 2019
Harto
Imayaduddin, Staf Khusus Rektor Unismuh Bidang Keamanan (3-habis):
Terkena Sabetan Parang, Harto Tak Kapok Jadi “Sekuriti” Unismuh Makassar
Oleh: Asnawin Aminuddin
(Wartawan Pedoman
Karya)
Harto sangat identik
dengan keamanan atau sekuriti di Kampus Unismuh Makassar. Teman-temannya yang
di luar kampus, bahkan sebagian karyawan dan dosen Unismuh, menganggap Harto
sejak dulu bertugas sebagai “aparat’ keamanan kampus.
Anggapan itu ada
benarnya karena Harto memang selalu ada dan terlihat pada hampir setiap terjadi
aksi unjukrasa, perkelahian, atau keributan di dalam kampus Unismuh Makassar.
Badannya yang tinggi besar (tinggi 172) membuat dirinya tampak menonjol dan mudah
terlihat jika berada di antara kerumunan orang.
“Saya sebenarnya staf
tata usaha, mulai dari staf tata usaha di FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan), staf tata usaha di LP3M (Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan
Pengabdian pada Masyarakat), staf akademik (Akademik Kemahasiswaan dan Sistem
Informasi / AKSI) selama kurang lebih 15 tahun, staf tata usaha di PPs (Program
Pascasarjana), staf tata usaha di Fakultas Pertanian, staf tata usaha di
Fakultas Ekonomi, dan setelah itu barulah saya diberi tugas sebagai Staf Khusus
Rektor Bidang Keamanan,” tutur Harto.
-------
Tulisan Bagian 2:
Menikmati Indahnya Perjuangan Hidup dengan Gaji Kecil di Unismuh Makassar
-------
Pria asal Dompu, Nusa Tenggara
Barat, mengaku sering berada dan terlihat pada hampir setiap terjadi keributan
di dalam kampus, karena ada tanggung jawab moral sebagai karyawan Unismuh
Makassar.
“Ada tanggung jawab
moral, ada panggilan jiwa untuk ikut serta menciptakan suasana tenang dan damai
di dalam kampus. Jadi saya selalu berupaya membantu sekuriti kalau ada
keributan. Maka saya selalu berhadapan dengan mahasiswa yang berunjukrasa atau
bentrok. Keributan yang kerap terjadi di dalam kampus, antara lain karena mahasiswa
itu juga sering mambawa persoalan-persoalan pribadi ke dalam kampus,” kata
Harto.
Karena “keberaniannya” turut
serta membantu sekuriti dalam hampir setiap terjadi aksi unjukrasa dan keributan
itulah, ia pernah kena sabetan parang dari mahasiswa yang bentrok dan ia
terpaksa diopname di rumah sakit selama satu pekan.
Ia terkena sabetan
parang karena berupaya melindungi seorang mahasiswa yang diburu oleh mahasiswa
lain dengan membawa parang. Meskipun sudah melindungi mahasiswa yang dikejar
tersebut, mahasiswa yang mengejar itu tetap mengayunkan parangnya dan mengenai
lengan kiri Harto.
“Mahasiswa yang
memarangi itu akhirnya berhenti sendiri dan mereka pun bubar ketika melihat
tangan saya berdarah dan darahnya banyak sekali, sehingga saya terpaksa langsung
dilarikan ke rumah sakit,” ungkap Harto.
Meskipun sudah pernah
terkena sabetan parang dan beberapa kali nyaris terkena anak panah atau
lemparan batu, Harto tetap tidak kapok berada di tengah-tengah aksi unjukrasa
atau keributan yang terjadi di dalam kampus.
Ada yang “curiga” bahwa
Harto tidak kapok dan tetap berani berada di tengah aksi unjukrasa atau
keributan yang terjadi di dalam kampus karena memiliki bekal “ilmu” dari
kampung halamannya di Dompu, tetapi ia mengaku bekalnya hanya keikhlasan dan
hati yang bersih.
Selama bekerja sebagai
karyawan Unismuh Makassar, Harto telah menjadi “sekuriti tidak resmi” enam Rektor
Unismuh, mulai dari KH Djamaluddin Amien, KH Makmur Ali, Prof Abdul Rahman
Rahim (mantan Koordinator Kopertis Wilayah IX Sulawesi), Prof Ambo Enre
Abdullah, Dr Irwan Akib (sekarang sudah profesor), hingga Prof Abdul Rahman
Rahim (mantan Dekan Fakultas Ekonomi dan mantan Wakil Rektor 1).
“Alhamdulillah, saya
sudah mendampingi beberapa rektor dan sudah bekerja di Unismuh sejak tahun
1990. Gaji saya sekarang sudah lumayanlah, tidak kalah dari gaji ASN (aparatur
sipil negara) dan isteri saya juga karyawan di Unismuh. Dan insya Allah kami
akan tetap mengabdi di Unismuh hingga akhir hayat,” tutur Harto. ***
-------
Tulisan bagian 1:
Harto Tidak Mendaftar ASN Demi Mengabdi di Unismuh Makassar
-------
Tulisan bagian 1:
Harto Tidak Mendaftar ASN Demi Mengabdi di Unismuh Makassar