Menggunduli artinya
mencukur habis tanpa sisa. Dalam hal berita olahraga, khususnya sepakbola,
menggunduli artinya mengalahkan lawan dengan skor besar dan lawan tidak mampu mencetak
satu pun gol balasan, misalnya 3-0, 4-0, 5-0, atau 6-0.
------
PEDOMAN KARYA
Senin, 26 Agustus 2019
BAHASA
Menggunduli
Berita olahraga mungkin
termasuk berita yang paling banyak dibaca orang, karena berita olahraga adalah
berita untuk segala usia dan segala profesi, bahkan para pengangguran dan
ibu-ibu rumah tangga pun banyak yang suka baca berita olahraga.
Dan salah satu berita
olahraga yang paling banyak disukai yaitu berita sepakbola, apalagi kalau Piala
Dunia sedang berlangsung. Dan saya termasuk maniak pembaca berita olahraga,
terutama sepakbola.
Senin pagi, 26 Agustus
2019, seperti biasa saya membuka halaman yang berisi rubrik olahraga koran
harian langganan saya. Tentu saja sambil ditemani “air panas” dan kali ini
sarapannya roti.
Berita utamanya adalah
berita sepakbola Liga Inggris dan berita itu adalah berita satu-satunya di
halaman tersebut.
Berita itu dibuka
dengan lead, “Liverpool makin menunjukkan tanda-tanda mereka bakal berjaya
musim ini. Keberhasilan menggunduli Arsenal 3-1 di Anfield, Minggu (25/8),
menjadi penegas hal itu.”
Sepintas lalu, tidak
ada masalah dengan berita ini, tapi sebagai penikmat bahasa, saya merasa
terganggu dengan diksi “menggunduli” pada paragraf tersebut.
Menggunduli artinya
mencukur habis tanpa sisa. Dalam hal berita olahraga, khususnya sepakbola,
menggunduli artinya mengalahkan lawan dengan skor besar dan lawan tidak mampu mencetak
satu pun gol balasan, misalnya 3-0, 4-0, 5-0, atau 6-0.
(Catatan: jika skor
akhirnya 2-0, sebaiknya tidak perlu menggunakan diksi “menggunduli”, karena
kemenangannya tidak besar, bahkan kemenangan 3-0 pun rasa-rasanya belum pantas
diberi cap “menggunduli”).
Jika skor akhirnya 3-1,
maka sejatinya tidak bisa disebut menggunduli, karena lawan tidak gundul, lawan
punya satu gol balasan.
Hal-hal kecil begini
kadang-kadang tidak diperhatikan oleh reporter yang menulis berita, maupun
redaktur yang mengedit berita tersebut, termasuk redaktur yang mengambil berita
dari kantor berita langganannya.
Akibatnya, pembaca
kadang-kadang merasa terganggu dengan kesalahan kecil yang dibuat oleh reporter
saat menulis berita.
Mohon maaf, ini hanya
curhat pagi seorang pembaca berita. Jangan diambil hati ya...
Senin, 26 Agustus 2019