Sahban Liba (kanan) berkenalan dengan Andi Sose di Balaikota Jakarta, sekitar tahun 1972. Saat itu, Sahban adalah perwira TNI Angkatan Laut yang dikaryakan di Kantor Gubernur DKI Jakarta, sedangkan Andi Sose adalah seorang purnawirawan tentara yang beralih profesi menjadi pengusaha di Jakarta.
--------
PEDOMAN
KARYA
Sabtu,
07 September 2019
Biografi Sahban Liba (25):
Berkenalan dengan Andi Sose
Penulis: Hernita Sahban Liba
Di
saat Sahban sedang mencari cara mendapatkan modal pinjaman untuk melanjutkan pembangunan
gedung serbaguna di Makassar, tiba-tiba ia ingat dengan nama seseorang yang
juga berasal dari Enrekang, kampung halamannya. Orang itu bernama Andi Sose.
Andi
Sose adalah seorang perwira tentara yang kemudian terjun ke dunia bisnis dan
sudah pindah dari Makassar ke Jakarta. Andi
Sose adalah seorang pejuang
kemerdekaan dan pernah pula menjadi pengikut Kahar Muzakkar, tetapi kemudian
turun gunung untuk menjadi prajurit Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ABRI, sekarang Tentara Nasional Indonesia, disingkat TNI).
Sebagai
tentara, Andi Sose pernah menjadi Komandan Batalyon 720 untuk
wilayah Parepare,
Sidrap, Wajo, Pinrang, dan Enrekang. Pada awal tahun 1965, harta Andi Sose disita
dan ditahan hingga akhir tahun
1965 atas tuduhan memiliki hubungan dagang dan logistik dengan Kahar Muzakkar.
Andi
Sose kemudian keluar dari militer dan
merambah dunia bisnis. Pada awalnya, beliau melakukan bisnis rempah-rempah dan hasil bumi seperti
kopi. Andi Sose kemudian merambah pula ke Jakarta.
Di
Jakarta, beliau mengembangkan bisnis taksi bernama Morante. Jaringan bisnisnya terus-menerus berkembang hingga
memiliki lebih dari 20 perusahaan, termasuk di antaranya lima
perusahaan bertaraf internasional.
Perusahaan-perusahaannya
mencakup perusahaan asuransi, biro perjalanan, galangan kapal, ekspor-impor,
lembaga pembiayaan, keagenan motor Honda, jasa konstruksi, perbankan, serta transportasi dan lisensi perusahaan minuman Coca-cola.
Selain
berkiprah di dunia bisnis, Andi Sose juga banyak melakukan kegiatan sosial
keagamaan, antara lain membangun ratusan masjid, membangun rumah
sakit, mendirikan lembaga pendidikan dasar
hingga perguruan tinggi, pondok pesantren, dan Gedung Juang 45.
Andi
Sose juga pernah membantu sekitar 2.000 orang untuk berangkat haji atau umrah,
yang sebagian besar adalah imam masjid.
Meskipun
sukses di dunia bisnis, Andi Sose tetap lebih dikenal
sebagai tokoh pejuang sekaligus tokoh
pendidikan di Sulawesi Selatan. Ia
dua kali
memperoleh gelar doktor kehormatan atau Doktor Honoris Causa. Gelar doktor HC pertama ia peroleh dari
Queensland University,
dan gelar doktor HC kedua ia dapatkan dari Russian
State University.
Selain
itu, ia juga memiliki lebih dari 100
penghargaan, termasuk bintang Mahaputra Nararya dari Presiden Republik Indonesia, yang waktu itu dijabat oleh Soeharto.
Bintang ini adalah bintang penghargaan sipil tertinggi dari pemerintah.
Kenalan di Balaikota Jakarta
Sahban
berkenalan dengan Andi Sose sekitar tahun 1972. Ketika itu,
Andi Sose akan menemui Gubernur
DKI Jakarta, Ali Sadikin, dalam rangka rencana
mengoperasikan Bus Bina Raya di Kota Metropolitan Jakarta.
Saat
bertemu dengan Andi Sose di Kantor Balaikota,
Sahban langsung menyapanya dalam bahasa daerah Duri (Enrekang).
“Manggapaki’ Pung?” sapa Sahban.
(Manggapa
dalam hal ini berarti ada keperluan apa, tambahan suku kata ki’
dan Pung merupakan
sapaan kepada orang yang lebih tua atau orang
yang dihormati).
Mendapat
pertanyaan dalam Bahasa Duri,
Andi Sose tentu saja kaget.
“To
Duri ko mane? (apakah kamu orang Duri?),” Andi Sose balas bertanya.
“Iye’, Pung,” (iya pak),” jawab Sahban.
Setelah
melakukan obrolan singkat, Sahban selaku perwira TNI Angkatan Laut
yang dikaryakan di Kantor Balaikota Jakarta, kemudian
mengantar langsung Andi Sose ke
ruangan Gubernur Ali
Sadikin.
Sejak
itulah, Sahban dan Andi Sose mulai
akrab. Lama kelamaan Andi Sose akhirnya tahu bahwa isteri Sahban, Andi Nurlela,
adalah keponakannya.
Artinya, Andi Sose tidak lain adalah paman dari istri Sahban. (bersambung)
Editor:
Asnawin Aminuddin
----------