Pada tahun 2019, saat buku ini diterbitkan pertama kali, Sahban telah berumur 81 tahun. Ia bertekad agar sisa-sisa umurnya akan digunakan untuk membangun generasi penerus. Dari berbagai pengalaman hidupnya itu, Sahban kemudian menyusun mutiara-mutiara pemikiran hidupnya yang telah dijalankan atau diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
-----
PEDOMAN
KARYA
Ahad,
29 September 2019
Biografi Sahban Liba (31):
Dua Belas Mutiara Pemikiran Sahban Liba
Penulis: Hernita Sahban Liba
Sahban
Liba seringkali menyampaikan pengalaman hidupnya kepada anak-anaknya, termasuk
mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM)
Lasharan Jaya Makassar
yang ia dirikan
dan kini dipimpin anaknya, Dr. Hernita Sahban, SE, MM.
Pada
tahun 2019, saat buku ini diterbitkan
pertama kali, Sahban telah berumur 81 tahun. Ia bertekad
agar sisa-sisa umurnya akan
digunakan untuk membangun generasi penerus. Tekad ini dibangun dengan dasar
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh,
baik di masyarakat, di militer, maupun di pemerintahan.
Sahban
telah menjalani ini semua, mulai dari
hidup sebagai Marinir Angkatan Laut, pejabat di pemerintahan DKI
Jakarta, dan terakhir sebagai dosen tetap di Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Lasharan Jaya
Makassar.
Dari berbagai pengalaman hidupnya itu, Sahban kemudian menyusun mutiara-mutiara pemikiran hidupnya yang telah dijalankan atau diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai pengalaman hidupnya itu, Sahban kemudian menyusun mutiara-mutiara pemikiran hidupnya yang telah dijalankan atau diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara
keseluruhan, ada 12 butir pemikiran Sahban Liba, yaitu (1) Hidup
adalah tantangan, hadapilah tantangan tersebut, (2) Berpikir positif dalam menjalani hidup, (3) Hidup yang baik
berjalan melalui tahap-tahap pemenuhan kebutuhan, (4) Ilmu
adalah sumber kesuksesan hidup dunia dan akhirat.
(5) Hidup yang sukses memerlukan soft skill dan hard skill,
(6) Selalu bersyukur atas harta yang diberikan Allah, (7) Tujuan akhir hidup
adalah mencari ketenangan, kesehatan, dan melaksanakan ibadah, (8) Berbuat baik
kepada orang tua.
(9) Dari desa ke kota kembali ke desa, (10) Kalau ada
jangan dimakan, kalau tidak ada baru dimakan, (11) Belilah sesuatu karena
kebutuhan, bukan karena keinginan, dan (12) 4 Sa + 1 Ya.
(1)
Hidup
Adalah Tantangan, Hadapilah Tantangan Tersebut
Mutiara
pemikiran Sahban yang pertama yaitu “Hidup adalah tantangan, hadapilah tantangan tersebut.
Sahban
masih muda saat ia memahami makna dari ucapan Arnold Toynbee, yang mengatakan: Life is challenge because it is the natural
law. Whenever you can not against and face the challenge it means you die (Hidup
adalah tantangan, karena hal tersebut sudah merupakan hukum alam. Kapan saja Anda tidak dapat
menghadapi atau melawan tantangan tersebut, berarti Anda sudah mati).
Artinya,
jika seseorang tidak menghadapi hidup dengan benar, maka sama saja seseorang
itu telah mati. Pemikiran ini sejalan pula dengan pandangan lain dari Toynbee bahwa a life which does not go into action is a failure (hidup yang tidak
menjadi tindakan adalah hidup yang gagal).
Makna
dari ucapan ini disadarinya ketika ia tinggal di asrama pemuda yang penuh
kekerasan di PGAN Surabaya. Ajaran ini juga yang mendukungnya tetap bertahan
dalam situasi ekonomi yang sulit.
Makna
ajaran ini semakin relevan ketika ia meninjau masa lalunya yang sulit sebagai
anak seorang peternak kuda. Ajaran ini juga terngiang kembali kapanpun ia
merasakan sulit dan kerasnya hidup.
Kata-kata
motivasi ini menjadi senjata bagi dirinya untuk bertahan di asrama pemuda
hingga pada masa tuanya saat menghadapi cobaan hidup.
(2)
Berpikir
Positif Dalam Menjalani Hidup
Sejalan
dengan ini, maka hidup harus dijalani secara positif. Bahkan dalam situasi
keras sekalipun, masa depan perlu dilihat secara positif. Sahban menghubungkan
antara pemikiran Toynbee dengan sikap positif dalam hidup ini.
Menurut
Sahban, when there is a will, there is a
way. When there is a way, there is a challenge. When there is a challenge,
there is an effort. When there is an effort, there is a result. When there is a
result, you get what you want (jika ada keinginan, akan ada jalan. Jika ada
jalan, maka akan ada tantangan. Jika ada tantangan,
maka akan ada usaha. Jika ada usaha, maka akan ada hasil. Jika ada hasil, maka Anda akan mendapatkan
apa yang Anda
inginkan).
Sahban
merujuk pemikiran ini sebagai pemikiran orang-orang dari negara maju. Walau
begitu, Sahban melihat pula bahwa pemikiran semacam ini adalah pemikiran yang
perlu untuk dibangun oleh bangsa Indonesia.
Intinya
adalah, hidup adalah tantangan karena dalam hidup selalu ada keinginan dan di
setiap keinginan ada jalan yang akan membawa pada pencapaian keinginan
tersebut, dan jalan ini sendiri merupakan tantangan karena perlu untuk
ditempuh, sebelum sampai pada apa yang diinginkan.
Titik
awal dari pandangan ini adalah adanya kesempatan (jalan) dalam setiap keinginan.
Inilah sebuah dasar dari berpikir positif. Pemikiran positiflah yang mampu
melihat adanya jalan tersebut. Pemikiran yang negatif tidak akan melihat adanya
jalan untuk mencapai tujuan.
Lebih
jauh, Sahban melihat bahwa orang yang berpikir positif seakan-akan menciptakan
istana di awang-awang yang akan tercapai suatu saat lewat usaha terus menerus
dalam mendaki kehidupan.
Sementara
itu, orang yang berpikir negatif seakan-akan menggali kuburan sendiri yang ia
masuki perlahan-lahan hingga akhirnya ia benar-benar mati.
Ia
menjustifikasi prinsip ini dengan menjelaskan bahwa sikap merupakan titik awal
dari kemajuan yang menentukan besarnya hambatan yang akan dihadapi di masa
datang.
Jika
seseorang berkata ia bisa, maka insya Allah ia akan bisa mencapainya. Akan ada
banyak hal yang dapat dilakukan sesuai dengan inspirasi yang bermunculan dari
pemikiran positif tersebut. Tidak akan ada orang yang dapat menghalangi karena
pemikiran tersebut terjadi di dalam diri individu manusia yang pada kemudian
hari akan berkembang menjadi tindakan.
Di
sisi lain, jika seseorang telah pada awalnya mengatakan tidak bisa, maka tidak
akan ada seorang pun yang dapat membantu. (bersambung)
Editor:
Asnawin Aminuddin
--------
Artikel edisi sebelumnya:
Biografi Sahban Liba (30): Membangun Villa dan Waterboom Lasharan di Enrekang
Biografi Sahban Liba (29): Meraih Gelar Doktor di Usia 72 Tahun
Biografi Sahban Liba (28): Mengembangkan Kampus dengan Tiga Pilar Utama
Biografi Sahban Liba (30): Membangun Villa dan Waterboom Lasharan di Enrekang
Biografi Sahban Liba (29): Meraih Gelar Doktor di Usia 72 Tahun
Biografi Sahban Liba (28): Mengembangkan Kampus dengan Tiga Pilar Utama