REUNI PLAN INDONESIA. Hartono (kedua dari kanan, pakai kacamata, mengangkat tangan kanan lurus ke atas) foto bersama pada acara Reuni 50 Tahun Plan Indonesia, di Hotel MGH Makassar, Ahad, 15 September 2019. (Foto: Rusdin Tompo)
--------
PEDOMAN KARYA
Senin, 16 September
2019
Hartono,
Anak Miskin Jadi Anggota DPRD Jeneponto
-
Pernah
Jadi Tukang Becak Akhirnya Jadi Kepala Desa
-
Raih
Gelar Sarjana Ekonomi dari STIE Yapti Jeneponto
-
Kisah
Sukses Pemberdayaan Anak di Reuni 50 Tahun Plan Indonesia
-
Hadirkan
Beberapa Narasumber
Masa kecilnya dilalui
dengan penuh liku-liku penderitaan dan perjuangan hidup. Ia anak yatim piatu
dan nyaris putus asa dalam menjalani hidupnya. Namun semangat untuk melanjutkan
hidup dan menatap masa depan yang cerah, tumbuh dalam dirinya dan ia pun
berjuang untuk meraih cita-citanya.
Di tengah perjuangan
itu, ia bahkan sempat menjadi tukang becak di Makassar dan itu terjadi saat ia
masih bersekolah. Namun berkat kegigihannya, ia akhirnya mampu menamatkan
sekolahnya mulai Sekolah Dasar (SD) hingga SMA.
Tidak cukup sampai di
situ, ia bahkan akhirnya mampu melanjutkan ke perguruan tinggi hingga meraih
gelar sarjana ekonomi dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Yapti Jeneponto.
Dengan pergaulannya
yang luas dan pembawaaannya yang baik, ia pun berhasil meraih simpati warga di
kampung halamannya dan kemudian terpilih menjadi Kepala Desa Batujala,
Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto. Ia bahkan terpilih dua periode
berturut-turut.
Kepemimpinannya sebagai
kepala desa ternyata cukup berhasil dan ia percaya diri maju sebagai Calon
Legislator (Caleg) dan ternyata berhasil lolos sebagai Anggota DPRD Kabupaten Jeneponto
periode 2019-2024.
Begitulah perjalanan
hidup Hartono, anak miskin yang akhirnya menjadi pejabat negara sebagai Anggota
DPRD Kabupaten Jeneponto. Dan kisah perjalanan hidupnya itu ia ceritakan pada
acara Reuni 50 Tahun Plan Indonesia, di Hotel MGH Makassar, Ahad, 15 September
2019.
“Saya tidak pernah malu
menyebut diri sebagai anak keluarga miskin. Bahkan saya nyaris tidak sekolah
kalau tidak dimotivasi oleh Pak Hatta,” ungkap Hartono sambil meneteskan air
mata.
Pak Hatta yang dimaksud
yaitu staf Plan Indonesia di Jeneponto. Hartono hanyalah salah satu contoh
sukses yang diundang untuk memberikan testimoni terkait manfaat dari
program-program yang dilakukan Plan Indonesia di Sulawesi Selatan.
Hadirkan
Beberapa Narasumber
Dalam acara yang
dikemas berkonsep talkshow dan dipandu Rusdin Tompo, mantan jurnalis dan
aktivis itu, juga dihadirkan Ardian Arnold dari Kelompok Anak Saribattang.
Ardian mengungkapkan,
banyak pembelajaran dan motivasi yang diberikan Plan Indonesia. Ia bukan hanya
memahami konsep-konsep hak dan perlindungan anak tapi juga bagaimana
memfasilitasi kegiatan.
“Kami banyak diberi
kesempatan dan kepercayaan untuk menjadi peer educator di forum-forum anak.
Bahkan ketika terjadi bencana tsunami di Aceh, kami melatih anak-anak di sana
membuat media sebagai bagian dari penanganan psikososial,” kisah Ardian di hadapan
peserta yang terdiri atas mantan-mantan staf Plan Indonesia, kader, mitra, anak
binaan, dan tokoh masyarakat.
Ia melanjutkan,
sekalipun tak lagi difasilitasi Plan Indonesia, dirinya bersama teman-temannya
eksis dengan Institut Saribattang yang merupakan metamorfosis dari anak-anak
yang dulu direkrut dari berbagai kelurahan di Makassar.
Lain lagi kisah yang
diungkap Irmawati, yang dulu merupakan Ketua Dewan Anak Desa Paddinging,
Takalar.
Irma mengaku ilmu yang
diperoleh selama menjadi bagian dari keluarga Plan Indonesia sangat bermanfaat
hingga sekarang. Irma terus berkonsentrasi mengabdikan dirinya dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat dengan membentuk beberapa LSM, baik yang fokus pada isu
anak maupun isu lingkungan.
Narasumber lain yang
hadir dalam acara yang dihelat sejak pagi hingga siang itu, yaitu Andi Tenri
Palallo, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Makassar,
yang sudah lama menjadi mitra Plan, terutama berkaitan dengan pendampingan
program majalah anak Saribattang.
Juga Erna, guru
Anaprasa (anak prasekolah) yang mengaku berkat bantuan biaya kuliah dari Plan
ia dan teman-temannya bisa melanjutkan sekolah PAUD.
Ada juga Supriadi dari
Yayasan Masyarakat Mappakasunggu, Teno
Firdaus dan Rossa, staf Plan yang pernah bertugas di Selayar, serta Adiansyah,
yang akan dilantik sebagai Anggota DPRD Provinsi Sulsel periode 2019-2024.
Gali
Donasi dari Masyarakat
Direktur Eksekutif
Yayasan Plan Internasional Indonesia (YPII), Dini Widiastuti, pada kesempatan
itu mengatakan, dalam 50 tahun berprogram di Indonesia, Plan Indonesia mencoba
mendokumentasikan apa yang sudah dilakukan untuk keluarga dan masyarakat, dan
kebanyakan merupakan best practices.
“Kini kami tengah
mengembangkan model fundraising dengan menggali donasi dari masyarakat
Indonesia,” papar Dini di awal acara talkshow.
Karena itu, ia datang
ke Makassar bersama Linda Sukandar (Direktur Fundraising) dan Wahyudi Tanjung (Fundraising
Manager), untuk melihat kemungkinan menggarap event dalam rangka mendorong
masyarakat ikut berdonasi dalam kegiatan-kegiatan YPII.
Lepas
Kangen
Syamsu Salewangang,
Representatif Plan Internasional Indonesia, memberikan apresiasi atas
antusiasme semua peserta yang hadir dalam acara 50 Tahun Plan Indonesia.
Katanya, ini forum lepas kangen antara mantan staf Plan, mitra, kader, dan anak
binaan.
“Ini wujud silaturahim
yang harus terus dirawat, supaya bisa terjalin pertukaran informasi bagi
kerja-kerja kemanusiaan dan pemberdayaan masyarakat, terutama anak-anak,” kata Syamsu.
(din)