YUDISIUM. Ketua STIM Lasharan Jaya Makassar, Dr Hernita Sahban (paling kanan), didampingi Ketua I Guntur Suryo Putro SE MM, meyudisium 24 mahasiswa yang telah lulus ujian skripsi, di Kampus STIM-Lash Jaya, Jl Abdullah Dg Sirua, Makassar, Sabtu, 07 September 2019. (Foto-foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)
-----------
Senin, 09 September
2019
Ketua STIM-Lash Jaya Makassar “Kerjai” Mahasiswanya Saat Yudisium
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Suasana tegang mengawali acara yudisium 24
mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Lasharan (STIM-Lash) Jaya Makassar, di
Kampus STIM-Lash Jaya, Jl Abdullah Dg Sirua, Makassar, Sabtu, 07 September
2019.
Acara yudisium yang
dijadwalkan dimulai pukul 14.00 Wita, molor hingga hampir satu jam, karena ada dua
mahasiswa laki-laki yang akan diyudisium meminta izin pulang ke rumahnya untuk
mengambil selempang yudisium dan terlambat tiba kembali ke kampus.
Maka ketika prosesi acara
yudisium dimulai, Ketua STIM-Lash Jaya Dr Hernita Sahban SE MM, langsung
mendamprat kedua mahasiswa tersebut.
“Emang kalian yakin
sudah lulus ujian dan pasti akan diyudisium hari ini?” tanya Hernita dengan
muka marah.
Kedua mahasiswa
dimaksud pun hanya bisa tertunduk dan suasana menjadi hening. Kedua mahasiswa
itu kemudian diminta berdiri di sudut kanan depan ruangan sambil memakai selempang yang
tertera nama masing-masing, lengkap dengan gelar Sarjana Manajemen (SM).
“Siapa yang suruh bawa
selempang. Apakah kalian berdua yakin lulus ujian hari ini? Gara-gara kalian
berdua, acara yudisium ditunda hampir satu jam. Saya lihat nilai hasil ujian
kalian juga rendah. Kalian berdua harus ujian lagi pekan depan,” kata Hernita
dengan wajah serius.
Hernita kemudian
meminta pendapat dari para dosen penguji, terutama dari masing-masing tiga
dosen yang menguji kedua mahasiswa tersebut. Dan ternyata para dosen penguji
itu pun menyetujui bahwa kedua mahasiswa tersebut harus mengulang ujian pekan
depan.
“Karena kalian telah
melanggar dan menyebabkan acara yudisium tertunda hampir satu jam, maka kalian
harus dihukum. Apa hukumannya yang bagus?” tanya Hernita kepada para dosen penguji.
Akhirnya disepakati
keduanya berjalan mengitari ruangan sambil melambaikan tangan. Setelah selesai,
keduanya diminta kembali berdiri di sudut ruangan dan lagi-lagi Hernita
bertanya kepada mereka.
“Bagaimana? Apakah
kalian siap ujian ulang pekan depan? Siap ya?” tanya Hernita.
“Jangan bu! Kami minta
maaf bu!” pinta kedua mahasiswa tersebut.
“Oke, saya check ulang
nilai ujiannya ya,” kata Hernita sambil membuka lembar nilai hasil ujian
skripsi.
Setelah memeriksa ulang
nilai hasil ujian skripsi keduanya, ternyata nilai mereka di atas 3,0, artinya
lulus.
“Sebenarnya saya mau
kalian berdua ujian ulang pekan depan, tapi karena kalian sudah dihukum dan
kalian sudah minta maaf, maka kalian dinyatakan lulus. Ini pembelajaran bagi
kalian berdua, bahwa kita harus disiplin dan menghargai orang lain, terutama para
dosen,” kata Hernita.
Tidak
Lulus
Setelah itu Hernita
kembali melanjutkan menyebut satu per satu nama mahasiswa yang telah mengikuti
ujian skripsi, serta menanyakan kepada mereka judul skripsinya dan nama-nama
dosen pengujinya masing-masing.
Tak lama kemudian, ia
meminta dua mahasiswa perempuan untuk keluar dari barisan dan berdiri di sudut
kiri ruangan.
“Kalian berdua saya
minta ke depan. Saya mau tanya kenapa nilai ujian kalian sangat rendah dan
bahkan tidak lulus?” tanya Hernita.
Ia kemudian bertanya
kepada salah seorang dosen penguji, mengapa nilai yang diperoleh kedua mahasiswa
tersebut sangat rendah sehingga tidak lulus. Salah seorang dosen penguji pun memberi
penjelasan dan sekaligus meminta maaf kepada dosen penguji yang lain, juga
kepada kedua mahasiswa tersebut.
Kedua mahasiswa itu pun
tampak meneteskan air mata, karena tidak menyangka bahwa mereka tidak lulus ujian
skripsi.
“Kalian mengulang pekan
depan. Inilah bagusnya kalau kita mengikuti ujian skripsi agak awal, karena
masih ada waktu mengulang supaya bisa mengikuti wisuda bulan November
mendatang,” tutur Hernita.
Kedua mahasiswa itu pun
tampak tertunduk dan terus-menerus mengalir air matanya. Suasana kembali
tegang. Tak ada satu pun dosen dan mahasiswa yang bersuara.
“Terus terang saya
meminta kalian berdua berdiri di depan, bukan karena kalian tidak lulus, tapi
karena nilai ujian kalian terlalu tinggi, terutam Kartika. Kenapa bisa nilai
ujiannya sampai 4,0,” kata Hernita sambil tersenyum.
Mendengar penjelasan pimpinan
perguruan tinggi itu, suasana pun langsung menjadi cair. Kedua mahasiswa yang
berdiri di sudut ruangan itu pun langsung tersenyum bahagia.
“Ternyata air mata
buayaji,” teriak salah seorang dosen penguji sambil tertawa dan ruangan acara yudisium
pun dipenuhi suara tawa.
Setelah “mengerjai”
mahasiswanya, Hernita pun meyudisium mereka dan meminta kepada mereka agar
tetap tekun belajar mempersiapkan diri terjun di tengah masyarakat dengan gelar
Sarjana Manajemen yang disingkat SM, serta menjaga nama baik almamater
STIM-Lash Jaya Makassar di tengah masyarakat.
Acara yudisium diakhiri
dengan salam-salaman antara mahasiswa dan dosen. Beberapa di antara mereka juga
saling berpelukan sambil meneteskan air mata bahagia. (asnawin)
------
Klik dan baca juga: