GOWA, (PEDOMAN KARYA). Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A), Kabupaten Gowa merasa kecewa kepada Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWSJ) pasalnya pekerjaan tanggul bendung Kampili sangat jauh dari harapan petani.
Sekarang kondisinya sangat parah karena lebih banyak air terbuang dari yang bisa di manfaatkan. Jatah irigasi untuk 3 DI yaitu Bendung Bili-Bili, Bendung Bissua dan Bendung Kampili sebanyak 5,5 Meter kubik /detik. Sekarang karena mengalami kebocoran yang masuk ke pintu saluran induk Kampili hanya kurang lebih 1 meter kubik/ detik,"jelasnya
Lanjut jelasnya, air masih lebih banyak mengalir terbuang di sela - sela tanggul bronjong yang berdampak air irigasi yang masuk di pintu saluran induk kampili sangat sedikit sehingga sangat mengkhawatirkan kegagalan tanam MT 2019 - 2020 dan di pastikan kegagalan panen dengan melihat kondisi air terbuang ke sungai lama lebih besar debit di banding dengan yang masuk di pintu saluran induk kampili. Pekerjaan tanggul bendung Kampili kalau dimaksimalkan anggarannya tentu saja tidak seperti ini dampaknya.
IP3A tidak akan berhenti merongrong pihak BBWSJ sampai tanggul bendung Kampili diselesaikan. Perlu juga menjadi catatan buat pihak PPK OP2, Hasbi agar mendesak pihak kontraktor agar menyelesaikan sebelum memasuki musim penghujan,"tegas Jamil
Terkait hal ini Ketua MAPANKAN Gowa, Fajar Fajhri mengatakan sudah saatnya pihak KPK untuk turun memperlihatkan tajinya. Sudah banyak laporan ke KPK yang dilakukan teman teman penggiat anti korupsi terkait proyek pekerjaan di BBWSJ namun tidak satupun yang ditindak lanjuti.
Kami siap mengawal dan menunjukkan proyek proyek bermasalah di tubuh BBWSJ yang merugikan negara milyaran rupiah. Proyek pekerjaan bendung Kampili ini salah satunya yang menelan anggaran sebesar 8 Milyar namun kalau dilihat dari fisiknya diduga hanya sekitar 5 milyar yang dipergunakan. Proyek pekerjaan Kampili ini sepertinya mempergunakan anggaran mitigasi dan penanggulangan bencana alam," tutur Fajar
Sebenarnya walaupun tidak terjadi bencana alam longsor tahun lalu bendung Kampili sudah sangat memprihatinkan karena diduga terjadi pembiaran aktivitas tambang oleh pihak BBWSJ. Bendung Kampili hanya menunggu waktu saja sebelum terjadi bencana alam longsor karena aktivitas penambang menggali di bawah kaki tanggul,"pungkasnya
Kepala BBWSJ, Suparji saat dikonfirmasi via WhatsApp mengatakan "Memang itu penanganan tanggap darurat. nanti dipermanenkan 2020"
Sementara itu PPK OP2 BBWSJ, Hasbi mengatakan memang pihaknya mengakui ada kebocoran namun itu akan perbaiki oleh pihak rekanan. Mengenai anggaran 8 Milyar itu hanya nilai perkiraan awal namun belum dibayarkan, hasil pekerjaan rekanan masih menunggu hasil audit dari beberapa pihak
"Jadi Terkait Pekerjaan Tanggul yang mengalami rembesan masih dalam penanganan pihak kontraktor yang di tunjuk untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dan pekerjaan tersebut sampai sekarang belum terbayarkan oleh pihak Balai, sebelum dilakukan penyempurnaan dan pemeriksaan/audit dari Inspektorat,"pungkasnya saat di konfirmasi via telepon selularnya.(Red/WANI)