SEMINAR INTERNASIONAL. Dr H Shamsi Ali Lc MA (Founder Nusantara Foundation, New York AS) tampil sebagai salah seorang pembicara pada “Seminar Internasional Komunikasi Islam, Komunikasi Islam di Dunia Digital”, di Balai Sidang Muktamar 47 Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Selasa, 17 September 2019. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)
---------
Selasa, 17 September
2019
Shamsi Ali: Dakwah dan Komunikasi Islam itu Butuh Seni
-
Jadi
Pembicara pada Seminar Internasional Komunikasi Islam di Unismuh Makassar
-
Panitia
Juga Hadirkan Wagub Sulsel dan Direktur Asia Muslim Charity Foundation Jakarta
-
Serta
Dekan FDK UIN Alauddin dan Sekretaris Majelis Tarjih Muhammadiyah Sulsel
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA).
Dakwah dan komunikasi Islam itu butuh seni. Kita tidak boleh saling
menyalahkan, tidak boleh merasa benar sendiri, dan jangan langsung marah
apabila ada orang yang mencaci-maki agama Islam.
Seni berkomunikasi dalam Islam itu sangat penting dan besar pengaruhnya, baik untuk komunikasi antar-sesama umat Islam, maupun untuk komunikasi antara umat Islam dengan umat agama lain.
Hal
itu dikemukakan Dr H Shamsi Ali Lc MA, Founder Nusantara Foundation, New York
AS, saat tampil sebagai salah seorang pembicara pada “Seminar Internasional
Komunikasi Islam, Komunikasi Islam di Dunia Digital”, di Balai Sidang Muktamar
47 Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Selasa, 17 September
2019.
Pria
kelahiran 1967 asal Kajang, Bulukumba, itu kemudian menceritakan beberapa
pengalamannya sebagai seorang Imam di Amerika Serikat, dalam menghadapi atau
berkomunikasi dengan umat agama lain.
“Suatu
hari ketika saya sedang mengajar di kelas khusus non-muslim di Islamic Centre
New York, saya didatangi seorang kulit putih. Orang itu berdiri di pintu sambil
berteriak-teriak memaki, mengutuk dan mengacungkan telunjuk ke ara saya. Sebagai
orang Kajang (Bulukumba), darah saya sebenarnya sudah naik. Kalau ada orang
Islam tidak marah padahal agama dan Nabi-nya dicaci, perlu dipertanyakan itu ke-Islam-annya.
Maka saya pun marah, marah sekali,” ungkap Shamsi Ali.
Namun
ia segera sadar dan mencoba mengingat serta berimajinasi. Ia membayangkan
bagaimana bila Rasulullah Muhammad SAW yang berada dalam posisi seperti
dirinya. Bagaimana jika Rasulullah dicaci-maki.
“Rasulullah
itu tidak pernah marah, meskipun ia dicaci. Saya akhirnya hanya tersenyum.
Orang itu kemudian pergi begitu saja, tapi saya segera keluar kelas dan menyusulnya
dan ternyata dia sangat tinggi. Saya tersenyum dan ia terlihat kaget. Dia
bilang kamu mau apa? Saya tersenyum semanis mungkin dan saya bilang, bolehkah
saya berjabat-tangan dengan Anda? Dia kaget, tapi mau juga dia berjabat-tangan
dengan saya,” tutur Shamsi.
Satu
pekan kemudian, pada hari yang sama, yakni Hari Sabtu, kata Shamsi, orang itu
datang lagi ke tempatnya, tapi tidak lagi marah-marah.
“Sabtu
berikutnya dia datang lagi, tapi dia tidak marah-marah lagi dan bahkan duduk
sambil mendengarkan presentase saya tentang Islam. Justru saya yang penasaran,
kenapa dia datang lagi. Setelah saya tanya, dia bilang dalam beberapa hari
terakhir dia kurang tidur, karena merasa bersalah dan salah paham dengan Islam
dan tentang Rasulullah,” ungkap Shamsi.
Orang
itu mengaku bahwa keinginan Shamsi Ali berjabat-tangan dan tersenyum kepadanya Sabtu
sebelumnya, walau dia telah bersikap sangat jahat kepada Rasulullah,
menjadikannya merasa bersalah dan tidak bisa tidur.
“Singkat
cerita, teman kita ini kemudian belajar tentang Islam dan akhirnya masuk Islam.
Sekarang, dia rajin membagi-bagikan Alqur’an dan terjemahannya, serta informasi
tentang Islam kepada warga Amerika,” tutur Shamsi.
Hadirkan Lima
Pembicara
Seminar
Intenasional Komunikasi Islam tersebut diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Program
Studi (Himaprodi) Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Agama Islam (FAI)
Unismuh Makassar.
Dalam
seminar ini, panitia menghadirkan lima pembicara. Selain Shamsi Ali, empat
pembicara lainnya yaitu Andi Sudirman Sulaiman (Wagub Sulsel, pembicara utama),
Ahmad Faisal Siregar SE MM (Direktur Asia Muslim Charity Foundation Jakarta), Dr
Firdaus Muhammad MAg (Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, Dewan
Pakar ASKOPIS Indonesia), dan Dr H Abbas Baco Miro Lc MA (Sekretaris Majelis Tarjih
dan Tajdid PWM Sulsel). Seminar dipandu oleh dosen FAI Unismuh, Dr Abdul Aziz.
Ketua Himaprodi KPI FAI
Unismuh, Wahyudi, mengatakan, seminar ini mengusung empat tema, yaitu “Peluang
dan Tantangan Dakwah di Masyarakat Barat”, “Diseminasi Komunikasi Islam Era
Disrupsi”, “Konsep Komunikasi dalam Presfektif Al-Qur’an dan Hadist”, serta “Komunikasi
Dakwah AMCF di Indonesia.”
Seminar
yang dibuka Wakil Rektor IV Unismuh HM Saleh Molla, dihadiri Dekan FAI Unismuh
KH Mawardi Pewangi, Ketua Prodi KPI FAI Dr Ilham Mukhtar Lc, Ketua BEM FAI
Unismuh Mustakim, serta seribuan dosen dan mahasiswa Unismuh Makassar. (asnawin)
--------
Baca juga:
Shamsi Ali: Ada Guy di Amerika yang Akhirnya Sembuh
Rektor Unismuh: Sebenarnya Saya Mau Ketemu Shamsi Ali di Amerika
IMM FAI Unismuh Gelar 15 Jenis Lomba