PEMBELAJARAN ABAD 21. Para guru SMP Negeri 49 Makassar dan SMP Negeri 53 Makassar kini tengah mengembangkan perangkat pembelajaran abad 21. Perangkat dimaksud yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Instrument Penilaian. (ist)
-------
Selasa, 29 Oktober 2019
Guru SMP 49 dan SMP 53 Makassar Kembangkan Pembelajaran Abad 21
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Para guru SMP Negeri 49 Makassar dan SMP
Negeri 53 Makassar kini tengah mengembangkan perangkat pembelajaran abad 21.
Perangkat dimaksud yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
Siswa (LKS), dan Instrument Penilaian.
Metode yang digunakan
untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan mengadopsi mekanisme pelaksanaan
action research yang terdiri dari empat, dimulai dari perencanaan, tindakan,
observasi-evaluasi, hingga refleksi.
Pengembangan perangkat
pembelajaran abad 21 tersebut dilakukan para guru SMP 49 dan guru SMP 53
setelah masing-masing 30 guru dari kedua sekolah itu mengikuti pelatihan dan
pendampingan pengembangan perangkat pembelajaran abad 21 untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik guru.
Instruktur dan
pendamping dalam pelatihan tersebut terdiri atas dosen berbagai disiplin ilmu
dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.
Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Unismuh Makassar, Dr Munirah MPd, mengatakan, pelatihan dan pendampingan
tersebut merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang ia laksanakan bersama beberapa
dosen Unismuh Makassar
“Pada pelatihan dan
pendampingan kali ini, ada empat mata pelajaran yang difokuskan, yaitu Bahasa
Indonesia, matematika, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dan Pendidikan Agama Islam,”
kata Munirah, kepada wartawan di Makassar, Selasa, 29 Oktober 2019.
Munirah yang menjadi instruktur
sekaligus pendamping pada kegiatan tersebut mengatakan, secara keseluruhan,
kegiatan pendampingan penyusunan perangkat pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, PKn, dan Pendidikan Agama pada kedua sekolah tersebut mendapatkan
nilai yang baik.
“Keberhasilan ini
selain diukur dari ketepatan dalam menyusun komponen perangkat pembelajaran,
juga dapat dilihat dari kepuasaan dan keaktifan guru-guru yang sangat aktif
setelah mengikuti kegiatan,” kata Munirah.
Meskipun demikian,
Munirah juga mengakui bahwa kemampuan para guru dilihat dari segi penguasaan
materi, masih kurang, dikarenakan waktu yang singkat dalam penyampaian materi
dan kemampuan para peserta yang berbeda-beda terkait pengalaman guru dan
keterlibatan dalam pelatihan sebelumnya.
“Ini karena jumlah
materi yang banyak hanya disampaikan dalam waktu dua hari, sehingga tidak cukup
waktu bagi para guru untuk memahami dan mempraktikkan secara optimal,” ungkap
Munirah. (zak)