“Sebenarnya tidak ada rahasianya. Kebetulan isteriku tak pernah memarahiku, sedangkan anakku sering dimarahi oleh isterinya, dan cucuku pun lebih sering dimarahi oleh isterinya,” papar kakek tua itu sambil tersenyum.
-------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 08 Oktober 2019
Isteriku Tak Pernah Memarahiku
Diceritakan ulang oleh: Asnawin Aminuddin
Usia Daeng Ruppa sudah hampir 30 tahun, tapi ia belum juga menikah. Kedua orangtuanya sebenarnya sudah lama mendesaknya untuk segera menikah, tapi Daeng Ruppa belum juga mau menikah.
Tentu kedua orangtuanya
gundah-gulana, karena dari tujuh anaknya, sisa Daeng Ruppa yang belum menikah,
padahal Daeng Ruppa sudah cukup mapan dari segi ekonomi, karena memiliki sebuah
toko serba ada.
Daeng Ruppa sebenarnya
sudah lama ingin menikah, tapi ia belum menemukan perempuan yang dianggapnya
cocok jadi isterinya. Sudah banyak gadis yang ditunjukkan oleh orangtua maupun
saudara-saudaranya, tapi Daeng Ruppa belum juga menemukan perempuan yang
dianggapnya cocok jadi isterinya.
Suatu hari, ia pergi
keluar kota. Di tengah perjalanan, ia singgah shalat lohor di sebuah masjid.
Seusai shalat, ia berkenalan dengan seorang lelaki yang tampaknya sangat kalem,
tapi wajahnya penuh dengan kerutan. Lelaki itu baru saja selesai shalat sunat
rawatif ba’diah dan shalatnya terbilang lama.
“Saya sangat kegum
kepada bapak. Saya lihat tadi, bapak shalat lama sekali. Saya melihat bapak ini
sepertinya orang bijak. Berapa umur bapak sekarang? Apakah bapak adalah orang
tertua di kampung ini?” tanya Daeng Ruppa.
“Saya memang sudah
cukup tua dan saya memang dituakan di kampung ini, tapi saya bukan orang tertua
di kampung ini. Umur saya baru 65 tahun, tapi wajah saya memang terlihat jauh
lebih tua dari umur saya,” ungkap bapak tua tersebut.
“Saya mau bertemu
dengan orang yang lebih tua dari bapak,” kata Daeng Ruppa.
“Temuilah bapak saya. Dia
tinggal di kampung sebelah, rumahnya juga berdekatan dengan masjid,” kata bapak
tua itu.
Daeng Ruppa kemudian
menemui bapak dari bapak tua tersebut. Ia juga tampak sangat kalem dan
berwibawa, tapi kerutan di wajahnya lebih sedikit dibandingkan kerutan di wajah
anaknya yang ditemui Daeng Ruppa di masjid waktu shalat lohor. Daeng Ruppa juga
menemui bapak ini di masjid seusai shalat ashar.
“Saya tadi bertemu anak
bapak, tapi kelihatannya wajah anak bapak lebih tua dibandingkan wajah bapak. Kerutan
di wajahnya lebih banyak dibandingkan kerutan di wajah bapak. Berapa usia
bapak? Apakah bapak adalah orang tertua di kampung ini?” tanya Daeng Ruppa.
“Banyak orang yang bilang
begitu, katanya wajah saya tampak lebih muda dibanding wajah anak saya, tapi
saya bukan orang tertua di kampung ini. Umur saya 85 tahun,” kata bapak itu.
“Saya mau bertemu
dengan orang yang lebih tua dari bapak,” kata Daeng Ruppa.
“Temuilah bapak saya. Dia
tinggal di kampung sebelah, rumahnya tepat berada di samping kanan masjid,”
kata bapak itu.
Daeng Ruppa pun menuju
ke kampung sebelah dan menemui bapak dari bapak yang ditemuinya sebelumnya,
alias kakek dari bapak yang pertama ditemuinya. Daeng Ruppa menemui bapak tua
tersebut di masjid seusai shalat magrib berjamaah.
“Saya tadi bertemu cucu
bapak, dan kemudian bertemu dengan anak bapak. Berapa umur bapak sekarang?”
tanya Daeng Ruppa.
“Umur saya sekarang 105
tahun,” jawab bapak tua itu.
“Mohon maaf pak,” kata
Daeng Ruppa.
“Mengapa kamu minta
maaf?” tanya kakek tua itu.
“Mohon maaf, saya
heran, heran sekali,” kata Daeng Ruppa.
“Apa yang kamu herankan?”
tanya kakek tua itu.
“Apakah bapak adalah
orang tertua di kampung ini?” Daeng Ruppa balik bertanya.
“Betul, saya orang
tertua di kampung ini,” kata kakek tua itu.
“Makanya saya heran,”
ujar Daeng Ruppa.
“Heran kenapa?” tanya
kakek tua itu.
“Saya heran karena
wajah kakek tampak lebih muda dan juga lebih cerita dibandingkan anak kakek
yang saya temui tadi di kampung sebelah waktu shalat ashar. Tidak banyak
kerutan di wajah bapak,” ungkap Daeng Ruppa.
“Oh,” gumam kakek tua
itu.
“Yang lebih
mengherankan lagi, wajah anak kakek juga tampak lebih muda dan lebih ceria
dibandingkan wajah cucu kakek yang saya temui tadi di kampung sebelah waktu
shalat lohor. Bagaimana ini bisa terjadi? Apa rahasia awet muda bapak?” tanya
Daeng Ruppa.
Kakek tua itu pun langsung
tertawa lepas sambil menepuk-nepuk bahu Daeng Ruppa. Setelah tawanya reda, ia
pun menjawab pertanyaan Daeng Ruppa.
“Kamu sudah punya
isteri?” tanya kakek tua itu.
“Belum pak,” jawab
Daeng Ruppa.
“Berapa umur kamu
sekarang? Mengapa kamu belum menikah?” tanya kakek tua itu.
“Umur saya 29 tahun. Saya
belum menemukan perempuan yang cocok untuk saya jadikan isteri,” jawab Daeng
Ruppa.
“Sebenarnya kamu sudah
agak terlambat menikah, tapi tidak apa-apa,” kata kakek tua itu.
“Bapak belum menjawab
pertanyaan saya,” kata Daeng Ruppa.
“Pertanyaan yang mana?”
tanya kakek tua itu.
“Apa rahasia awet muda
bapak? Mengapa wajah bapak tampak lebih muda dan lebih ceria dibandingkan wajah
anak bapak? Kerutan di wajah bapak lebih sedikit dibandingkan kerutan di wajah
anak dan cucu bapak,” tanya Daeng Ruppa.
“Sebenarnya tidak ada
rahasianya. Kebetulan isteriku tak pernah memarahiku, sedangkan anakku
sering dimarahi oleh isterinya, dan cucuku pun lebih sering dimarahi oleh isterinya,”
papar kakek tua itu sambil tersenyum.
Mendengar penjelasan
itu, Daeng Ruppa pun langsung tersenyum. Ia merasa telah menemukan jawaban atas pertanyaan
kedua orangtua dan saudara-saudaranya tentang alasannya belum menikah di usianya
yang hampir 30 tahun.
Jenetallasa, 08 Oktober 2019
Jenetallasa, 08 Oktober 2019
---------
Keterangan: Cerita ini beredar
luas di tengah masyarakat melalui jaringan media sosial Facebook dan WhatsApp
(WA) dalam berbagai versi. Sepintas lalu, cerita ini tergolong cerita humor,
tapi sesungguhnya ini mengandung pelajaran yang sangat berarti bagi kita semua.
Agar cerita ini lebih menarik, Asnawin
Aminuddin mencoba memformulasi ulang jalan ceritanya dan memberinya judul “Isteriku
Tak Pernah Memarahiku.”
Baca juga:
Tas Berisi Uang Ketinggalan di Masjid