RAPAT PARIPURNA. Rektor Unhas, Dwia Aries Tina (kedua dari kiri), memberikan laporan pada Rapat Paripurna Senat Akademik Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar Rapat Paripurna, di Ruang Rapat Senat, Lantai 2 Gedung Rektorat, Kampus Unhas Tamalanrea, Jum’at, 20 Desember 2019. (ist)
------------
Ahad, 22 Desember 2019
Scopus Sudah Muat 1.391 Artikel Ilmiah Dosen Unhas
-
Unhas
Posisi ke-5 Terbanyak Secara Nasional
-
Urutan
1-4 Ditempati UI, ITB, UGM, dan Unair
-
Prestasi
Dosen-dosen Fisipol Agak Menonjol
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Jurnal internasional terkemuka di dunia
yang direkomendasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai
rujukan bagi para dosen di Indonesia, sudah memuat 1.391 artikel ilmiah para
dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Rektor Unhas Prof Dwia
Aries Tina Palubuhu mengatakan, Unhas sebenarnya menargetkan 1.250 artikel
terindeks Scopus, namun ternyata target tersebut terlampaui, yakni menjadi
1.391 artikel.
Hal itu diungkapkan
Dwia Aries Tina pada Rapat Paripurna Senat Akademik Universitas Hasanuddin
menggelar Rapat Paripurna, di Ruang Rapat Senat, Lantai 2 Gedung Rektorat,
Kampus Unhas Tamalanrea, Jum’at, 20 Desember 2019, untuk membahas dua agenda
strategis, yaitu: penggantian antar waktu (PAW) anggota senat, dan mendengarkan
Laporan Capaian Kinerja Rektor Tahun 2019.
Rapat Paripurna ini
dipimpin oleh Ketua Senat Akademik, Prof Dadang Achmad Suriamihardja,
didampingi oleh Sekretaris Senat Akademik, Prof Abdul Latief Toleng, serta
dihadiri Rektor Unhas dan para wakil rektor, serta para anggota senat lainnya.
Dwia Aries Tina dalam
laporannya menyampaikan capaian kinerja sepanjang tahun 2019 yang scara umum,
Unhas berhasil memenuhi seluruh target yang dicanangkan untuk tahun ini, bahkan
untuk beberapa hal target tersebut terlampaui.
“Untuk capaian kinerja
sepanjang tahun ini alhamdulillah tercapai.
Bahkan untuk beberapa bagian kita berhasil melampaui target. Misalnya,
untuk kinerja publikasi, kita menargetkan 1.250 artikel terindeks Scopus, namun
hingga kemarin sore (Kamis, 19 Desember 2019), data Scopus menunjukkan kita
telah mencapai 1.391 artikel,” kata Dwia.
Capaian ini menempatkan
Unhas berada pada posisi ke-5 nasional di bawah Universitas Indonesia (UI),
Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan
Universitas Airlangga (Unair).
Dengan strategi yang
tepat, kata Dwia, potensi publikasi terindeks Scopus dapat dicapai.
“Kita memiliki banyak
dosen yang tersebar di setiap fakultas. Kami mendelegasikan target publikasi
ini kepada setiap fakultas, dimana kami meminta komitmen dari pimpinan fakultas
berapa artikel terindeks Scopus yang akan mereka capai tahun ini. Disitulah
kami merumuskan target pada awal tahun lalu. Ternyata, dengan cara demikian
cukup efektif. Setiap fakultas
berlomba-lomba untuk mendorong kinerja publikasi terindeks Scopus,” ungkap Dwia.
Fisipol
Menonjol
Dwia selanjutnya
memaparkan capaian setiap fakultas dan ternyata capaian para dosen Fakultas
Ilmu-ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) agak menonjol peningkatannya.
Pada tahun 2016,
dosen-dosen Fisipol hanya memiliki tiga artikel terindeks Scopus. Tahun 2017,
meningkat menjadi lima artikel, lalu tahun 2018 hanya naik menjadi enam artikel
“Sekarang, pada tahun
2019, Fisipol berhasil mencatatkan 41 artikel terindeks Scopus,” sebut Dwia.
Rektor Unhas mengatakan
bahwa apa yang telah dicapai merupakan hasil kerja seluruh sivitas
akademik. Dirinya percaya bahwa
kolaborasi dan koordinasi merupakan salah satu strategi yang dapat mendorong
pencapaian kinerja.
“Setiap bulan saya
mengadakan rapat dengan dekan-dekan dan pimpinan lembaga, saya memeriksa sudah
sejauh mana capaian kinerja yang sudah menjadi komitmen. Dengan cara seperti
ini, seluruh elemen terdorong untuk bersama-sama meningkatkan target kita. Saya
mengucapkan terima kasih kepada kita semua atas capaian ini,” kata Dwia.
Rapat Paripurna Senat
Akademik yang diikuti 80 anggota senat selanjutnya mendengarkan berbagai
masukan dan saran dari anggota Senat Akademik Unhas.
Umumnya, anggota senat
memberi input untuk memaksimalkan beberapa hal yang dianggap masih perlu
menjadi perhatian, misalnya mengenai pembukaan program studi baru, pengelolaan
beberapa laboratorium, termasuk tuntutan untuk membenahi sarana dan prasarana. (kia)