“Bu.. ibu mau parkir?
Saya bantuin untuk parkir mobilnya ya,” katanya.
“Belum sekarang, saya
mau istirahat dulu,” jawabku.
--------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 29 Februari 2020
CERPEN:
CERPEN:
Kirain Kamu Tukang Minta-minta
Penulis:
Anonim
Suatu malam setelah
maghrib, aku mengendarai mobil menuju rumah. Tiba-tiba rasa migrain nyeri
menyerang kepala hingga aku menepikan mobilku.
Berhenti sejenak
menunggu rasa nyeri berkurang, aku berusaha mengalihkan pikiran dengan melihat
sekeliling. Tiba-tiba kaca mobilku diketuk seorang anak laki-laki kira-kira
umur 12 tahun.
“Bu.. ibu mau parkir?
Saya bantuin untuk parkir mobilnya ya,” katanya.
“Belum sekarang, saya
mau istirahat dulu,” jawabku.
“Kalau gitu apa ibu
punya uang 2000?” tanya anak itu.
Karena aku sedang tidak
mau diganggu, aku buru-buru serahkan selembar uang pecahan Rp2.000. Lalu aku
mulai mengamati anak itu. Dia mendekati tukang gorengan lalu membeli gorengan.
Kemudian gorengan itu
dia berikan kepada sesosok orang tua yang duduk di bawah tiang listrik. Setelah
ia meninggalkan orang tua itu dan melangkah pergi. Ketika dia melewati samping
mobilku, aku buka kaca dan memanggilnya.
“Eh.. dik sini, itu
siapa?” tanyaku.
“Gak tau bu, saya juga
baru saja ketemu” jawabnya.
“Loh, tadi kamu minta
uang ke saya untuk beli gorengan, kenapa diberikan ke bapak tua itu?” tanyaku.
“Oh.. saya tadi duduk
di situ, ngobrol sama bapak itu. Bapak itu katanya puasa. Tadi saya lihat buka
puasanya cuma minum. Katanya uangnya habis. Hari ini saya nggak jualan koran.
Tanggal merah bu. Jadi gak punya uang. Saya cuma ada uang Rp1.000. Kalau beli
gorengan cuma dapat satu kasihan gak kenyang. Makanya saya minta ibu Rp2.000.
Biar dapat tiga,” tuturnya.
Saya terus-menerus
memandangnya dan menunggu ucapan berikutnya.
“Ibu mau parkir
sekarang? Saya bantuin parkir ya bu. Ibu kan udah bayar. Kalau saya sebenernya
bukan tukang parkir,” katanya tertawa sambil garuk-garuk pipinya.
Aku terdiam. Tadi aku
pikir anak ini pengemis seperti anak-anak yang biasa mangkal di jalan. Ternyata
aku salah besar.
“Terus uang kamu habis
dong dik?” tanyaku.
“Iya bu. Nggak apa-apa.
Besok bisa jualan koran. Insya Allah ada rejekinya lagi,” jawabnya.
“Kalau gitu ibu ganti
ya uangnya dik. Sekalian sisanya buat jajan,” kataku sambil menyerahkan
lembaran uang Rp20.000.
“Nggak usah bu, Jangan.
Ibu saya sebetulnya melarang saya minta-minta. Makanya saya tawarin ibu
parkirin mobil. Soalnya tadi saya kasihan bapak tua itu aja. Cuma saya
bener-bener nggak punya uang,” katanya lagi.
“Eh dik, ibu minta maaf
ya, tadi salah sangka sama kamu. Kirain kamu tukang minta-minta,” kataku merasa
bersalah.
“Saya yang minta maaf
bu. Saya jadi minta uang duluan sama ibu, padahal saya belum kerja,” jawabnya.
“Sama-samalah. Ini
ambil uangnya. Ini kamu nggak minta, ibu yang beri,” kataku.
“Nggak bu, Makasih. Ibu
mau parkir sekarang?” tanyanya lagi.
“Nggak. Ibu nggak usah
dibantu parkir,” kataku.
“Beneran bu? Soalnya
saya mau jemput adik saya ngaji dulu. Takut nangis kalau kelamaan telat
jemputnya,” katanya.
“Udah, sana jemput aja
adikmu,” kataku tersenyum.
“Makasih ya bu,”
katanya setengah berlari meninggalkan saya yang termangu.
Aku menoleh ke tiang
listrik, bapak tua itu sudah pergi. Aku lihat dari spion mobil, anak itu
berjalan setengah berlari.
------
Keterangan:
-
Kisah ini banyak beredar di media sosial
dan tidak jelas siapa penulisnya, maka kami menulis nama penulisnya dengan Anonim
alias tanpa nama. Kami juga tidak tahu apa judul asli dari kisah ini, maka kami
memberinya judul: “Kirain Kamu Tukang Minta-minta.”
-
Kami mengedit dan memuat kisah ini untuk
pembaca sekalian, karena kisah ini kami anggap sangat inspiratif dan bermanfaat.
-
Mohon maaf dan terima kasih kepada penulis
aslinya. Kisah yang Anda tulis ini, insya Allah, akan menjadi amal jariyah buat
Anda. Terima kasih.