BERSAMA KELUARGA. Sahban Liba (duduk kedua dari kanan) foto bersama isteri, anak, menantu, dan cucu, dengan latar belakang pemandangan yang indah. (ist)
-------
PEDOMAN
KARYA
Jumat,
07 Februari 2020
Biografi Sahban Liba (37-habis):
Rumus 4Sa + 1Ya: Dipaksa, Terpaksa, Bisa, Biasa, Budaya
Penulis: Hernita Sahban Liba
Poin
ke-12 atau poin terakhir dari Mutiara Pemikiran Hidup Sahban, yaitu 4Sa + 1Ya. Rumus
4Sa + 1Ya ini digunakannya
untuk menanamkan sifat disiplin diri.
Empat
Sa atau 4Sa,
yaitu dipaksa, terpaksa, bisa, biasa, sedangkan satu Ya atau 1Ya, yaitu budaya. Artinya, disiplin
diri berkembang karena adanya paksaan dari eksternal diri seseorang yang
membuat seseorang merasa terpaksa melakukan hal tersebut.
Setelah
terpaksa berdisiplin, seseorang akhirnya akan menjadi mampu disiplin dengan
baik. Akhirnya, orang tersebut akan merasa terbiasa dalam hidupnya untuk menjadi disiplin.
Semua
ini kemudian dibalut secara kolektif lewat budaya disiplin di lingkungan
seseorang, entah itu lingkungan pendidikan atau pun di lingkungan pekerjaan.
Pedoman
ini yang menjadi alasan bagi Sahban untuk menerapkan pendidikan yang bersifat
semi-militer di STIM-Lasharan Jaya Makassar. Sebagaimana
pengalaman hidupnya yang dipaksa untuk disiplin, baik di desanya, di Makassar, di Surabaya, di Malang, di Banyuwangi, dan di Jakarta, begitu pula ia
ingin mendidik para mahasiswanya.
Sahban
telah dipaksa untuk disiplin oleh kebutuhan hidup dengan menghidupi kudanya.
Sahban telah terpaksa disiplin di Surabaya karena hanya memiliki bekal uang
pas-pasan. Sahban akhirnya menjadi disiplin selama masa pendidikan dan menjadi
marinir. Dan akhirnya, selama bekerja di Pemda DKI Jakarta, ia telah begitu
terbiasa dengan kedisiplinan sehingga menjadi darah dagingnya.
Demikianlah,
ada sejumlah pelajaran yang dapat dipetik dari kisah hidup Sahban, langsung
dari penuturan Sahban sendiri. Kita tidak perlu menjadi Sahban untuk mengetahui
itu semua. Sahban telah dengan sangat baik hati berbagi pengalaman hidupnya
kepada kita.
Ia
telah mengumpulkannya dengan susah payah selama 80 tahun
untuk dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Apakah kita harus menjalani
berpuluh-puluh tahun lagi untuk mendapatkan pelajaran yang sama seperti yang
kita dapatkan hari ini?
Sayang
sekali jika ilmu ini kita tepis,
karena belum kita rasakan atau berbagai pembenaran lainnya yang kita buat-buat.
Inilah harta yang sangat berharga, yang semestinya kita ambil dan kita terapkan
dalam hidup kita yang masih panjang. Terima kasih Sahban Liba, terima kasih
telah menghidupi sejarah yang panjang untuk memberikan saripatinya kepada kami.
Garis Waktu Sejarah
Hidup Sahban Liba
18 Agustus 1937: Sahban Liba lahir di Kalosi, Enrekang
April 1951: Sahban pindah ke Makassar bersama kakaknya
1953: Sahban berhenti belajar di SMP
dan membantu kakaknya berjualan kain di Pasar Butung
7 Maret 1954: Sahban berangkat ke Surabaya dengan bekal Rp
140
1 April 1954: Ujian masuk sekolah Pendidikan Guru Agama
Negeri Surabaya
Mei 1954: Pengumuman kelulusan. Sahban lulus ujian.
Oktober 1954: Sahban masuk ke asrama PGAN.
Desember 1965: Penyerangan PKI pada Asrama Sulawesi. Sahban
berhasil lolos dari penyerangan.
1967: Sahban dilantik sebagai perwira marinir Angkatan Laut
1 Juli 1970: Sahban mulai bertugas di bawah Ali Sadikin di
Jakarta
3 Juli 1971: Sahban menikah dengan Andi Nurlaela
1972: Sahban berkenalan dengan Andi Sose
Agustus 1974: Kelahiran anak pertama, Hernita, yang berarti
“hari ini dapat jutaan”
1977: Ali Sadikin pensiun, Sahban tetap bekerja di Pemda DKI Jakarta
1980: Kegiatan reuni angkatan marinir AL. Sahban mulai mempertanyakan masa
depannya setelah pensiun.
1985: Sahban sekeluarga pulang ke Makassar dan membeli tanah dari dua orang warga Makassar asli
1990: Sahban pergi ke notaris bersama istrinya untuk mewujudkan gagasannya
membangun bisnis dan mendirikan PT Lasharan
17 Agustus 1995: Sahban memasuki masa pensiun dan bekerja di
PT Betamix, Jakarta
1998: Sahban mendirikan Akademi Manajemen Perdagangan (Amdag)
Juli 2001: Amdag menjadi Sekolah Tinggi Manajemen Lasharan Jaya (STIM-Lash Jaya)
15 Oktober 2009: Sahban meraih gelar Doktor di bidang
Manajemen Pendidikan dari Universias Negeri Jakarta
20 Februari 2010: Sahban meraih penghargaan Tokoh Teladan
Pendidikan dari AS Center
2 Mei 2010: Sahban meraih penghargaan penulis buku ilmiah dari Kopertis Wilayah IX
Sulawesi
14 Januari 2011: STIM-Lash Jaya mendapatkan akreditasi B dari BAN-PT
2011: Pembangunan villa dan waterpark Kalimbua Indah dimulai
26 Februari 2014: STIM-Lash Jaya berhasil membangun kerjasama
dengan Northern Illinois University
2015: Sahban digantikan oleh anaknya, Hernita, sebagai Ketua STIM-Lash Jaya
Daftar Pustaka
Sebagian besar paparan dalam buku ini
berdasarkan beberapa kali wawancara dengan Sahban Liba sendiri. Walau begitu,
beberapa informasi ditambahkan dari sejumlah sumber sebagaimana didaftarkan
sebagai berikut:
Informasi tentang
trem di Surabaya. Firman, M (2013)
Jejak dan Sosok di
balik Trem Surabaya. http://ayorek.org/2013/07/jejak-dan-sosok-di-balik-trem-surabaya/#sthash.EwHnZdKd.dpbs
Tabloid Cerdas (Mei
2010) Profil Dr. H. Sahban Liba, MM. Kopertis Wilayah IX Sulawesi.
Nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar. Berilmu.com (10 Maret 2013)
Sejarah Nilai Tukar
Rupiah dari Tahun ke Tahun. http://berilmu.com/blog/sejarah-nilai-tukar-rupiah-dari-tahun-ke-tahun/
Adat
perkawinan Bugis. Kadir, N., & Maf’ul, M. A. (2016).
Adat
Perkawinan Masyarakat Bugis Dalam Perspektif UU No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan Di Desa Doping Kecamatan Penrang Kabupaten Wajo. Jurnal
Tomalebbi, 1(3), 55-70.
Biografi Andi Sose.
Harian Fajar (2016) 100 Tokoh Sulsel.
Makassar: Harian Fajar
Biografi Andi Sose. Tirto (2 Agustus 2016)
Beda Tahiya dengan
Selle dan Sose. https://tirto.id/beda-tahiya-dengan-selle-dan-sose-bwvR
Biografi E.W.A
Pangalila. Geo Kalin (13 Desember 2014)
Letkol KKO E.W.A
Pangalila. http://fotofotojadul.blogspot.co.id/2014/12/letkol-kko-ewa-pangalila_13.html
Editor: Asnawin Aminuddin
--------
Artikel sebelumnya:
Biografi Sahban Liba (36): Kalau Ada Jangan Dimakan, Kalau Tidak Ada Baru Dimakan
Biografi Sahban Liba (35): Dari Desa ke Kota Kembali ke Desa
Biografi Sahban Liba (35): Tujuan Akhir Hidup adalah Mencari Ketenangan
--------
Artikel sebelumnya:
Biografi Sahban Liba (36): Kalau Ada Jangan Dimakan, Kalau Tidak Ada Baru Dimakan
Biografi Sahban Liba (35): Dari Desa ke Kota Kembali ke Desa
Biografi Sahban Liba (35): Tujuan Akhir Hidup adalah Mencari Ketenangan