----------
Ahad, 02 Februari 2020
Al-Qur’an
Menyapa Orang-orang Beriman (16):
Taat Kepada Orang Kafir berarti Bersiap Menjadi Orang Kafir
Oleh: Abdul Rakhim Nanda
(Wakil Rektor I Unismuh / Wakil
Sekretaris Muhammadiyah Sulsel)
Wahai
orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu,
niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kekafiran), lalu jadilah kamu
orang-orang yang merugi. (QS Ali Imran/3: 149)
Allah SWT dalam ajakan-Nya di ayat ini bermaksud
meluruskan dan meneguhkan kehendak hati yang semangat imannya sedang memudar
sebagai efek dari perjuangan yang sedang mengalami cobaan.Menurut para ahli
tafsir, ayat
ini turun dalam suasana Perang Uhud, perang kedua setelah kemenangan kaum muslimin
dalam Perang
Badr.
Sebagaimana yang telah dipahami bahwa dalam
peristiwa Perang
Uhud, orang-orang beriman mendapat cobaan berat dengan kekalahan, yang mana salah satu
pemicunya adalah karena pasukan pemanah tidak konsisten pada perintah nabi
untuk tetap bertahan pada posisi mereka yang telah ditetapkan, apapun keadaannya
hingga ada perintah dari Nabi selanjutnya.
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menukil
penggalan sejarah mengeni suasana perang saat itu: “Melihat kaum muslimin telah
hampir terdesak, bahkan tersebar berita bahwa Rasulullah s.a.w. telah mati
terbunuh, memang ada di antara orang-orang beriman itu mengalami kegoncangan pikiran.
Mereka yang mengalami kegoncangan pikiran itu berangan-agan
untuk melakukan perjanjian damai kepada Abu Sofyan sebagai pemimpin kaum
musyrikin. Mereka
berencana meminta Abdullah bin Ubay--yang telah pulang ke Madinah bersama 300
orang pengikutnya-- untuk menjadi perantara rencana perjanjian damai tersebut.
Syukurnya bahwa orang-orang yang
lemah iman itu tidak seberapa banyak jumlahnya, sehingga tidak mampu
memengaruhi keteguhan hati para sahabat untuk mengikuti kecenderungan hati
mereka”.
Untuk orang-orang yang lemah iman
inilah ditujukan teguran, maka turunlah ayat 149 surah Ali Imran.
“Wahai orang-orang yang beriman, jika
kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke
belakang (kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang merugi” (QS Ali
Imran/3: 149).
Ayat ini menegur mereka agar tidak
merusak hati mereka dengan pemikiran yang lemah.
Allah SWT mengingatkan: Wahai kalian
yang mengaku beriman, jika kamu mentaati orang kafir dan munafik setelah
kasus yang menimpa kalian ini maupun dalam suasana lain, baik menaati mereka yang
memerangi di Uhud maupun yang lain, maka mereka akan mengembalikan kalian ke
dalam kekafiran dan kezhaliman.
Jika itu terjadi pada kalian maka
kalian menjadi orang yang rugi. Kembali kepada kekafiran dan kezhaliman itu
disebut murtad. Tidak ada kerugian yang paling rugi dari pada menjadi orang
yang murtad, karena
selain kehilangan panduan keimanan yang membahagiakan kehidupan di dunia,
tobatnya tidak akan pernah diterima (QS Ali Imran/3: 90).
Dan tidak akan diberikan petunjuk oleh
Allah SWT (QS An Nisa/4: 137), dan orang-orang murtad lalu mati dalam kekafiran, maka amalannya sia-sia
dunia dan akhirat dan ditetapkan sebagai penghuni neraka yang kekal (QS Al
Baqarah/2: 217), serta mereka akan dikumpulkan dengan sesamanya kafir dan
munafik ke dalam neraka jahannam di hari kemudian kelak (QS An Nisa/4: 140).
Inilah gambaran betapa ruginya orang yang mengikuti/menaati orang kafir.
Oleh karena itu, wahai orang yang
sedang dilanda kelemahan iman! Hapuslah keinginan untuk menaati orang kafir itu
dengan mengharapkan perlindungan dan pertolongan dari mereka, itu adalah sikap yang
keliru.
Kemana seharusnya memohon
pertolongan? Allah SWT menjawab dengan firman-Nya: “Allah-lah pelindungmu dan Dia-lah sebaik-baik penolong” (QS Ali Imran/3:
150).
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah
menjelaskan kata maw lapada ayat ini terambil dari kata waliya yang berarti
“dekat”, maka kedekatan itulah Allah SWT memberikan perlindungan,
pertolongan, dan cinta kasih-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
“Allah-lah Pelindung kami, dan Dia
sebaik-baik Penolong!” Inilah ucapan para patriot Islam di
akhir Perang
Uhud, ketika
Abu Sofyan merasa menang dan meneriakkan berhalanya “Uzza” sebagai penolong
mereka.
Untuk merasakan makna ayat ini lebih
dalam, maka dianjurkan kepada para pembaca yang budiman untuk membaca peristiwa
Perang Badar dan Perang Uhud. (bersambung)
--------
Artikel sebelumnya:
Bagian 16: Sekali Lagi Mengenai Larangan Riba
Bagian 15: Jangan Berteman Setia dengan Orang-orang di Luar Kalanganmu
Bagian 14: Bertakwalah kepada Allah dengan Sebenar-benarnya Takwa kepada- Nya
--------
Artikel sebelumnya:
Bagian 16: Sekali Lagi Mengenai Larangan Riba
Bagian 15: Jangan Berteman Setia dengan Orang-orang di Luar Kalanganmu
Bagian 14: Bertakwalah kepada Allah dengan Sebenar-benarnya Takwa kepada- Nya