SEKOLAH ADIWIYATA. Rosmiaty SPdI, Ketua Tim Adiwiyata SD Negeri Borong, Makassar, foto bersama murid-murid di kelas. (Foto: Rusdin Tompo)
------
Ahad, 08 Maret 2020
Tips
Penerapan Sekolah Adiwiyata di SD Negeri Borong Makassar
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Menanamkan peduli dan cinta lingkungan
itu sederhana, cukup dengan praktik langsung. Begitu tips yang disampaikan
Rosmiaty SPdI, Ketua Tim Adiwiyata SD
Negeri Borong, Makassar.
Selama kurang lebih
lima tahun diberi amanah sebagai Ketua Tim Adiwiyata, ia mengaku selalu terjun
langsung melakukan penanaman pohon, penataan pot-pot bersama guru dan peserta
didik di sekolah yang berada di Kecamatan Manggala.
“Metode yang saya
gunakan, yakni melalui praktik langsung supaya anak-anak paham tujuan dan
manfaat Adiwiyata,” jelas Rosmiaty, Sabtu, 07 Maret 2020.
Bu Ros, yang
sehari-hari merupakan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) itu, memahami betul
makna kalimat “kebersihan itu bagian dari iman”. Karena itu, ia tak segan
memimpin murid-muridnya melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
program-program Adiwiyata agar sekolahnya bersih, indah, dan sehat.
SD Negeri Borong sudah
meraih Adiwiyata Provinsi dan kini tengah berupaya agar bisa mencapai Adiwiyata
Nasional. Keberhasilan ini, kata Rosmiaty, tak lepas dari peran Kepala SD
Negeri Borong, Dra Hj Hendriati Sabir MPd, dan dukungan Komite SD Kompleks
Borong, yang dipimpin Drs H Marzuki. Sekalipun diakui karena keterbatasan lahan,
mereka belum bisa membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Hj Hendriati Sabir tak
henti-henti memotivasi para guru dan peserta didik agar mewujudkan sekolah yang
hijau nan asri. Bahkan orang tua murid juga diajak berpartisipasi.
Kontribusi orang tua di
antaranya berupa menyumbang bibit tanaman dan tanah yang digunakan sebagai
media tanam, serta ban-ban bekas yang dicat dan difungsikan sebagai pot-pot
bunga.
“Salut kepada ibu
Kepsek atas kepemimpinan dan cara membimbingnya yang selalu mencarikan solusi bagaimana
agar sekolah ini maju,” puji Bu Ros, usai mengajar di kelas 5B.
Para guru memang diharapkan
memahami Adiwiyata karena dituntut mampu mengintegrasikan pendidikan lingkungan
hidup (PLH) pada semua mata pelajaran. Seperti yang dilakukan Nuraini SPd, wali
kelas 3B. Guru yang akrab disapa Bu Nining itu menjelaskan bahwa PLH yang
diajarkan terdapat pada tema 5 sub tema 3, tentang memelihara lingkungan
sekitar, seperti rumah dan sekolah.
“Saya mengajarkan
bagaimana cara memelihara tanaman, di antaranya diberi pupuk dan disirami,”
ungkap Bu Nining.
Selain praktik
langsung, anak-anak juga diberi pengetahuan tentang Adiwiyata. Alifah Nur
Aulia, kelas 5B, menyebutkan bahwa ia dan teman-temannya di kelas diajarkan
tentang visi misi dan pengertian Adiwiyata. Mereka juga diajarkan cara memilah
sampah, sebagaimana dikemukakan Naila Putri Almira.
“Misalnya, warna kuning
untuk sampah kaleng aluminium, botol dan kantong kresek. Biru untuk sampah
kertas, seperti koran dan majalah. Merah itu untuk sampah yang berbahaya,
seperti lampu bekas, baterai bekas, dan bekas jarum suntikan,” papar Naila.
Anak-anak rupanya
memahami tindak-tindakan praktis yang bisa dilakukan sebagai perilaku ramah
lingkungan. Salmaya Putri Asyifa, teman sekelas Naila dan Alifah, mengatakan
yang bisa dilakukan untuk sekolah Adiwiyata, misalnya selalu membuang sampah
pada tempatnya, menghemat air, menghemat listrik dan menamam pohon di sekitar
kelas.
Anak-anak mudah
memahami konsepsi dan tujuan Adiwiyata karena pendekatan yang diberikan melalui
yel-yel dan games sederhana. Muhammad Fadli Akram Hamza, murid kelas 3A
mencontohkan tepuk Adiwiyata, yang sudah diajarkan gurunya.
“SD Negeri Borong,
selalu menjaga lingkungan agar bersih dan sehat, yess,” teriak Fadli sambil
bertepuk-tangan dengan irama tertentu.
Hj Hendriati Sabir
menekankan bahwa penerapan program Adiwiyata ini dilakukan sebagai bagian dari
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Menurutnya perubahan perilaku ramah
lingkungan yang ditanamkan sejak kanak-kanak itulah yang akan menjamin
keberlangsungan lingkungan hidup di masa mendatang. (din)