“Jauhkan keledaimu dari
kudaku, supaya keledaimu tidak ditendang oleh kudaku,” kata Ibnu Sina.
Orang yang diajak
bicara itu tersenyum sambil menoleh ke kuda Ibnu Sina dan keledai miliknya.
Hanya beberapa saat
kemudian, kuda milik Ibnu Sina benar-benar menendang keledai milik orang yang
tidak dikenalnya itu. (int)
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 04 April 2020
KISAH
Jauhkan
Keledaimu dari Kudaku
Pada suatu hari, Ibnu
Sina melakukan perjalanan dengan kuda kesayangannya. Di suatu tempat yang
dianggap nyaman, ia berhenti beristirahat. Kuda diikat di tempat yang sedikit
teduh.
Diberinya makanan
jerami dicampur rumput pilihan. Ibnu Sina tahu binatang itu tidak boleh
dimusuhi, apalagi disiksa. Kuda harus disayang karena membantu manusia.
Ibnu Sina duduk di
tempat lebih teduh, tak jauh dari kudanya, sambil menikmati bekal yang
dibawanya.
Tiba-tiba datang
seseorang menunggang keledai. Ia turun dan mengikat keledainya berdekatan
dengan kuda milik Ibnu Sina. Maksudnya, supaya keledainya bisa ikut memakan
jerami dan rumput pilihan.
Tidak hanya begitu,
orang tersebut pun duduk dekat dengan Ibnu Sina berada.
Ketika ia duduk dan
ikut makan, Ibnu Sina mengingatkan orang itu.
“Jauhkan keledaimu dari
kudaku, supaya keledaimu tidak ditendang oleh kudaku,” kata Ibnu Sina.
Orang yang diajak
bicara itu tersenyum sambil menoleh ke kuda Ibnu Sina dan keledai miliknya.
Hanya beberapa saat
kemudian, kuda milik Ibnu Sina benar-benar menendang keledai milik orang yang
tidak dikenalnya itu.
Rupanya tendangan kuda
tersebut cukup keras sehingga keledai yang kena tendangan mengalami cedera. Si
pemilik keledai pun marah dan ia melaporkan Ibnu Sina kepada hakim untuk
dimintai pertanggungjawaban.
Ibnu Sina kemudian dipanggil
dan disidang di hadapan hakim. Ibnu Sina dituntut membayar atas luka dan cedera
yang dialami oleh keledai milik orang yang tidak dikenalnya itu, karena ditendang
oleh kuda milik Ibnu Sina.
Hakim bertanya kepada
Ibnu Sina, tapi Ibnu Sina hanya diam. Dia sama sekali tidak mau bicara. Dia
diam seperti orang bisu.
Karena Ibnu Sina diam,
hakim jadi penasaran. Hakim kemudian bertanya kepada orang yang mengadu.
“Apakah ia bisu?” tanya
hakim.
“Tidak, tadi ia bicara kepadaku,”
jawab orang itu.
“Apa yang ia katakan
kepadamu?” tanya hakim.
“Dia bilang, jauhkan
keledaimu dari kudaku, supaya keledaimu tidak ditendang oleh kudaku,” ungkap
orang itu.
Setelah mendengar
jawaban itu, sang hakim tersenyum dan berkata kepada Ibnu Sina, “Anda ternyata
pintar. Cukup diam dan kebenaran terungkap.”
Sambil tersenyum, Ibnu
Sina pun berkata kepada hakim, “Tidak ada cara lain untuk menghadapi orang
bodoh selain dengan diam.” (Ditulis ulang oleh Asnawin Aminuddin)
-------
-- Kisah ini banyak
beredar di dunia maya dengan beragam judul, dan kami menulis ulang dengan
memberikan judul “Jauhkan Keledaimu dari Kudaku”
-- Tokoh Ibnu Sina dalam
kisah ini, adalah seorang cerdik pandai yang hidup antara tahun 980 sampai 1037
masehi. Dia seorang filsuf, penulis, ahli obat dan pengobatan, juga ilmuwan
yang cukup andal. Karyanya yang tersohor ialah al-Qanun fi at-Tibb, tentang
ilmu obat dan pengobatan.