Suatu hari, di bulan
Ramadhan, Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid, mantan Ketua Umum Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama dan mantan Presiden RI) mengundang Pak AR Fakhruddin (Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
1971-1990) ke Tebuireng, Jombang, untuk mengisi pengajian atau ceramah Ramadhan.
--------
PEDOMAN KARYA
Senin, 27 April 2020
Ketika
Pak AR Jadi Imam Tarwih Jamaah NU di Jombang
Suatu hari, di bulan
Ramadhan, Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid, mantan Ketua Umum Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama) mengundang Pak AR Fakhruddin (Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
1971-1990) ke Tebuireng, Jombang, untuk mengisi pengajian atau ceramah Ramadhan.
Tiba waktu tarwih, Gus
Dur mempersilakan Pak AR Fakhruddin memimpin ribuan jemaah tarwih yang tentu saja
sebagian besar warga Nahdlatul Ulama (NU).
Sebelum mulai tarwih,
Pak AR bertanya kepada jemaah.
“Ini mau tarawihnya
cara NU yang 23 rakaat, atau Muhammadiyah yang 11 rakaat?” tanya Pak AR.
“NU……”, jawab jamaah
dengan kompak sebagai bentuk rasa heroik pada ke-NU-an mereka di hadapan tokoh
besar Muhammadiyah.
Pak AR mengiyakan saja
sambil tersenyum lembut. Lalu dimulailah salat tarwih. Cara Pak AR mengimami pelan,
halus, kalem, sehingga baru usai delapan rakaat saja, durasinya sudah melampaui
kebiasaan salat tarwih ala NU.
Sebelum melanjutkan ke
rakaat berikutnya, Pak AR berbalik ke para jamaah shalat arwih dan bertanya.
“Ini mau lanjut 23
rakaat ala NU beneran?” tanya Pak AR.
“Ala Muhammadiyaaaah…..”
jawab jamaah dengan kompaknya.
Pak AR pun menyetujui,
diiringi tawa gelak para jamaah, dan Pak AR langsung memimpin shalat witir.
Tuntas shalat tarwih dan witir, Gus Dur berkata kepada para jamaah, di hadapan
Pak AR.
“Baru kali ini ada
sejarahnya warga NU di kandang NU, di-Muhammadiyah-kan secara massal oleh
seorang Muhammadiyah saja….” kata Gus Dur sambil tertawa, dan semua orang pun
ikut tertawa, termasuk Pak AR. (Ditulis ulang oleh Asnawin Aminuddin)
------
Sekadar
informasi:
-- Pak AR Fakhruddin lahir
di Yogjakarta, 14 Februari 1914, dan wafat di Solo, 17 Maret 1995. Ia menjadi
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menggantikan Kiai Faqih Usman. Pak AR
kemudian digantikan oleh Kiai Azhar Basyir. Kiai Faqih Usman, AR Fakhruddin,
dan Kiai Azhar Basyir dikenal dekat dengan para tokoh NU, termasuk dengan Gus
Dur.
-- Kisah nyata ini sudah
lama beredar luas di tengah masyarakat, dan kembali beredar di grup-grup media
sosial WhatsApp (WA) pada bulan Ramadhan 1441 H / 2020 M. Nah, karena kisah nyata
ini mengandung pelajaran yang sangat bermanfaat, maka kami memuatnya di Majalah
PEDOMAN KARYA daring ini.
------