Satu komentar untuk
buku berjudul: “Idrus A Paturusi, Dokter di Medan Lara”, terutama bagi penyuka
baca buku tentang kisah petualangan: Wajib Baca!
Karena petualangan yang
sesungguhnya tersaji dalam buku biografi ini, yang berkisah tentang petualangan
kemanusiaan di berbagai lokasi bencana oleh kumpulan dokter yang dimotori oleh
Prof Idrus Paturusi (mantan Rektor (Universitas Hasanuddin / Unhas, Makassar,
red).
------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 07 Mei 2020
Idrus
A Paturusi, Dokter di Medan Lara
Oleh:
Hurriah Ali Hasan
(Editor)
Satu komentar untuk
buku berjudul: “Idrus A Paturusi, Dokter di Medan Lara”, terutama bagi penyuka
baca buku tentang kisah petualangan: Wajib Baca!
Karena petualangan yang
sesungguhnya tersaji dalam buku biografi ini, yang berkisah tentang petualangan
kemanusiaan di berbagai lokasi bencana oleh kumpulan dokter yang dimotori oleh
Prof Idrus Paturusi (mantan Rektor (Universitas Hasanuddin / Unhas, Makassar,
red).
Berbagai bencana telah
terjadi di muka bumi ini, baik bencana alam, perang antar-kelompok atas nama
agama dan etnis yang hanya bermodalkan parang dan anak panah, ataupun perang
skala besar dengan senjata-senjata berat. Dari semua peristiwa itu, selalu ada
korban dari pihak yang tidak berdosa. Manusia.
Peristiwa-peristiwa
tersebut telah menimbulkan korban tewas hingga ratusan ribu orang. Dan lebih
banyak lagi yang mengalami luka yang sangat parah. Di sinilah
petualangan-petualangan kemanusiaan itu bermula.
Melalui organisasi
Brigade Siaga Bencana Indonesia Timur (BSBIT), memimpin tim medis dari Unhas
untuk menyelamatkan nyawa ribuan manusia korban bencana alam di berbagai
daerah.
Mulai dari bencana alam
di Pulau Flores tahun 1992, gempa di Toli-toli tahun 1996, hingga konflik SARA
di Ambon tahun 1999. Belum lagi bencana tsunami di Aceh hingga menjalankan misi
kemanusiaan bagi korban perang di Pakistan dan Afganistan.
Petualangan yang
tersaji dalam buku ini terus bergulir dari tahun ke tahun, hingga 2019 lalu.
Tentu saja bukan hanya
kerja-kerja medis untuk menyelamatkan nyawa manusia korban bencana dan perang
yang dikisahkan.
Bagaimana tim ini harus
bekerja keras dengan peralatan medis yang seadanya dan tim medis yang terbatas,
sementara korban terluka parah yang harus ditangani mencapai ratusan setiap
hari.
Selain itu, tantangan
maut pun dihadapi oleh Prof Idrus bersama timnya, ketika berada di lapangan
berpacu dengan malaikat pencabut nyawa saat menangani korban yang sedang
sekarat.
Di Afghanistan, Prof
Idrus bersama timnya sempat mengalami todongan senjata dari pihak yang
berperang. Demikian pula saat menangani korban konflik bersenjata di Ternate,
tak ada jaminan keamanan bagi mereka dari pihak berwenang.
Itu berarti, tim ini,
selain menjalankan misi kemanusiaan, juga harus tetap menjaga sendiri nyawa
mereka agar tetap dapat dipertahankan di tubuh masing- masing.
Ini hanyalah sedikit
kisah dari buku edisi lux setebal 353 halaman ini.
Selama ini, peristiwa
bencana alam dan perang yang diberitakan oleh berbagai media, hanya
menyampaikan kejadian-kejadian dan korbannya saja. Namun melalui buku ini, saya
akhirnya dapat membayangkan bagaimana peristiwa itu benar-benar telah
menghancurkan kehidupan manusia yang mengalaminya.
Mereka telah kehilangan
harta benda, keluarga, fisik mereka menjadi cacat dan terutama trauma mental
akibat peristiwa tersebut.
Ada banyak pelajaran
penting yang dapat diambil dari kisah petualangan kemanusiaan dari buku ini,
yaitu tentang keberanian, kekompakan dalam tim, kepercayaan antar-anggota tim,
dan dukungan moral yang muncul kepada sesama manusia di tengah-tengah peristiwa
yang memilukan hati.
Dan kita patut
bersyukur bahwa selalu ada orang baik di sekeliling kita. Semoga orang-orang
baik seperti ini terus tumbuh dan bertambah di tengah kita.
Buku ini telah
menginspirasi bahwa setiap kita pun dapat membantu sesama, walau bantuan yang
diberikan hanya sebesar sebiji zarrah.
Terima kasih atas Misi
Kemanusiaannya, Prof Idrus A Paturusi.