ADAGIUM. Ada dua
adagium klasik dalam dunia jurnalistik, yang hingga kini masih banyak wartawan
maupun media massa yang “memakai” atau menjadi “penganut” kedua adagium itu. Adagium
pertama yaitu good news is bad news, bad
news is good news. Berita baik adalah berita buruk, berita buruk adalah
berita baik.
------
Sabtu,
09 Mei 2020
KOLOM JURNALISTIK
Kriteria Berita yang Baik (1)
Oleh : Asnawin Aminuddin
(Wartawan / Pengajar)
Ada dua
adagium klasik dalam dunia jurnalistik, yang hingga kini masih banyak wartawan
maupun media massa yang “memakai” atau menjadi “penganut” kedua adagium itu.
Adagium
pertama yaitu good news is bad news, bad
news is good news. Berita baik adalah berita buruk, berita buruk adalah
berita baik.
Seorang
bupati misalnya. Dia berhasil memperoleh penghargaan karena daerah yang
dipimpinnya ditetapkan sebagai daerah dengan tingkat kelahiran bayi terendah.
Itu sebenarnya berita baik, tetapi di mata wartawan atau media massa, itu
adalah berita buruk karena tidak banyak orang yang tertarik membaca atau
mendengarkan beritanya.
Sebaliknya,
bila bupati tersebut ketahuan korupsi, sesungguhnya itu adalah berita buruk,
tetapi di mata wartawan atau media, itu adalah berita yang baik untuk diangkat
karena pasti akan banyak orang yang tertarik membaca atau mendengarkan
beritanya.
Adagium
kedua, when a dog bites a man, that is
not news, because it happens so often, but if a man bites a dog, that is news.
Jika seekor anjing menggigit orang, itu bukan berita, karena hal itu terlalu
sering terjadi, tapi jika ada orang menggigit anjing, itulah berita.
Misalnya
jika seorang juara dunia catur mengalahkan beberapa pecatur pemula dalam sebuah
pertandingan simultan, itu bukanlah berita, karena memang wajar jika sang juara dunia
itu menang.
Sebaliknya,
jika seorang pecatur pemula berhasil mengalahkan sang juara dunia dalam 31
langkah misalnya dalam pertandingan simultan tersebut, maka itulah berita, karena
akan menarik bagi banyak orang untuk membaca atau mendengarkan beritanya.
Dalam
peristiwa ini, wartawan media cetak atau media daring bisa memilih judul
seperti ini, “Pecatur Pemula Mengalahkan Juara Dunia dalam 31 Langkah.”
Kedua
adagium ini sangat melekat di benak wartawan dan pengelola media hingga akhir
tahun 90-an. Setelah itu, muncul kesadaran baru dan kemudian dilakukan berbagai
upaya mengubah paradigma tersebut.
Lalu
muncullah istilah good news is good news
(berita baik adalah berita baik) dan sebaliknya bad news is bad news (berita buruk adalah berita buruk).
“Adagium
baru” ini diterapkan oleh sejumlah media arus utama dengan berbagai macam
pertimbangan. Paling tidak, persentase atau porsi bad
news (berita buruk) dikurangi, terutama berita-berita keras seperti pembunuhan,
pemerkosaan, tawuran, dan juga berita-berita korupsi pejabat.
Namun media
massa lain, terutama media daring, tetap lebih banyak yang memakai kedua
adagium klasik tersebut. Mereka tidak puas dan merasa tidak nyaman kalau memuat
berita-berita baik, apalagi berita seremoni.
Nilai Berita
Terlepas
dari kedua adagium itu, kiranya perlu diperkenalkan kepada para calon wartawan
atau para wartawan muda tentang pentingnya memahami nilai berita (news value).
Nilai
berita (news value) merupakan acuan
yang dapat digunakan olek para wartawan untuk memutuskan fakta yang pantas
dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik.
Dengan
kriteria tersebut, seorang reporter dapat dengan mudah mendeteksi mana
peristiwa yang perlu diliput dan dilaporkan, dan mana peristiwa yang tak perlu
diliput dan harus dilupakan.
Dengan kata
lain, nilai berita adalah nilai yang dibawa atau dikandung oleh sebuah berita.
Nilainya bisa tinggi dan bisa juga rendah, tergantung tingkat penerimaannya di
tengah masyarakat pembaca, pendengar, atau pemirsanya.
Kriteria Berita yang Baik
Untuk
menilai tinggi-rendahnya sebuah berita, maka dibuatlah beberapa kriteria yang
penulis istilahkan sebagai kriteria berita yang baik.
Cukup
banyak kriteria berita yang baik yang dikemukakan para pakar atau para praktisi
media, antara lain pengaruh (magnitude),
penting (significance), aktualitas (timeliness), kedekatan (proximity), ketokohan (prominence), dampak (impact), konflik (conflict), kemanusiaan (human
interest), keanehan (unusualness), dan seks (sex).
Selain itu,
juga ada beberapa kriteria lainnya, seperti kejutan (suprising), ketegangan (suspense),
dan humor. (bersambung)
-------
Artikel sebelumnya:Bahasa Indonesia Jurnalistik (4-Habis)
Bahasa Indonesia Jurnalistik (3)
Bahasa Indonesia Jurnalistik (2)
-------
Referensi:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
“Berita”, https://id.wikipedia.org/wiki/Berita,
dikutip pada Selasa, 05 Mei 2020
Muda, Dedy Iskandar; 2003; “Jurnalistik
Televisi: Menjadi Reporter Profesional”, Penerbit Rosda
http://e-journal.uajy.ac.id/1885/2/1KOM02724.pdf
“10
Nilai Berita (News Values)”, https://romeltea.com/10-nilai-berita-news-values/, dilansir
pada 06 Mei 2017, dikutip pada Selasa, 05 Mei 2020
“10 Nilai Berita (News Values)”, https://www.komunikasipraktis.com/2013/05/10-nilai-berita-news-values.html,
dilansir pada 06 Mei 2013, dikutip pada 05 Mei 2020