“Tidak enak memang,
apalagi ternyata adatongji warga yang melaksanakan shalat ied di masjid dan
bahkan ada yang melaksanakan shalat ied di lapangan, sementara kita shalat ied
di rumah masing-masing,” timpal Daeng Tompo’. (Foto: Asriadi Aminuddin / PEDOMAN KARYA)
----
PEDOMAN KARYA
Selasa, 26 Mei 2020
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Tidak
Enakna Ini Dirasa Tidak Shalat Ied di Lapangan
“Tidak enakna ini
dirasa tidak shala ied di lapangan,” kata Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat
ngopi pagi di teras rumah Daeng Tompo’.
“Tidak enak memang,
apalagi ternyata adatongji warga yang melaksanakan shalat ied di masjid dan
bahkan ada yang melaksanakan shalat ied di lapangan, sementara kita shalat ied
di rumah masing-masing,” timpal Daeng Tompo’.
“Iye’, itumi juga,”
ujar Daeng Nappa’.
“Saya kalau pemerintahji
yang mengimbau tidak ke masjid untuk shalat berjamaah dan tidak ke lapangan
untuk shalat ied, tidak kupeduliji,” kata Daeng Tompo’.
“Kenapaki’ bilang
begitu?” tanya Daeng Nappa’.
“Karena pemerintah juga
sering tidak konsisten. Buktinya, penerbangan dibuka dan toko-toko besar juga
dibolehkan buka, sementara kita disuruh berubadah di rumah,” kata Daeng Tompo’.
“Jadi kenapaji padeng tetapki
shalat berjamaah di rumah?” tanya Daeng Nappa’.
“Itu karena MUI yang
mengimbau dan para ulama juga mengaminkan, apalagi Masjidil Haram dan Masjid
Nabawi di Tanah Suci juga belum dibuka untuk umum,” kata Daeng Tompo’.
“Jadi sampai kapanki’
ini begini?” tanya Daeng Nappa’.
“Mudah-mudahan
secepatnya,” jawab Daeng Tompo’ singkat.
“Amin,” kata Daeng
Nappa’, seraya mengambil cangkir di meja dan menyeruput kopi pahitnya. (asnawin)
-------
Obrolan sebelumnya:
Kenapakah Itu Ada Konser Amal Covid-19?
Masih Bisakah Itu Gubernur Disebut Profesor?
Naikmi Lagi Tarif BPJS-ka