“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan
seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya
kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.” (QS
Al Anfâl/8: 24). (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)
----------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 25 Juni 2020
Al-Qur’an
Menyapa Orang-orang Beriman (46):
Perintah Memenuhi Seruan Allah dan Rasul-Nya
Oleh: Abdul
Rakhim Nanda
(Wakil Rektor I Unismuh / Wakil
Sekretaris Muhammadiyah Sulsel)
“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.” (QS Al Anfâl/8: 24)
Dalam meniti jalan menuju kedekatan
seorang hamba kepada Allah SWT (taqarrub
ilallâh),
ada dua sikap utama yang dapat hamba lakukan, yakni menaati perintah dan
menjauhi
larangan Allah dan Rasul-Nya, serta istijabah ‘menyambut’ seruan Allah dan Rasul-Nya.
Jika pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an, Allah SWT menyapa orang-orang beriman agar taat kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, maka dalam ayat ini
Allah SWT memanggil orang-orang beriman agar lebih proaktif menyambut seruan apabila diseru oleh Allah dan Rasul-Nya.
Menyambut (istijabah) atau menyongsong seruan Allah dan Rasul-Nya adalah cara yang lebih
aktif dari taat. Menyambut berarti tidak sekadar taat, namun harus lebih giat,
bersemangat, dan
bangkit untuk menjemput seruan Allah
dan Rasul-Nya untuk dijunjung
tinggi.
Hal ini dapat terlaksana bila orang-orang
beriman itu dapat memahami dan merasakan bahwa memenuhi seruan Allah itu adalah untuk memenuhi
kehidupan mereka, hidup yang sesungguhnya, yakni hidup sesuai dengan aturan Allah SWT, dan tentu saja sesuai dengan fitrah manusia.
Firman Allah SWT: Wahai orang-orang
yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru
kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu.
Inilah seruan yang apabila dipenuhi
akan membawa pada kehidupan yang sejati, kehidupan yang mengenal Allah. Hidup sejati adalah hidup dengan tauhîd, ibâdah, ilmu, hikmah, akhlaqul karîmah,
amal shâleh atas dasar iman.
Hidup seperti inilah yang bermakna. Inilah arti hidup sebagai
manusia, dan kepada kehidupan seperti inilah yang Allah dan Rasul-Nya serukan kepada orang-orang beriman untuk dipenuhi.
Kemudian Allah SWT mengingatkan dengan firman-Nya: “Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan
hatinya.
Firman Allah SWT ini mengingatkan agar orang-orang beriman itu tidak menunda-nunda
apalagi menentang seruan Allah jika
sudah ada seruan-Nya dan seruan Rasul-Nya, karena sesungguhnya Allah
membatasi antara manusia dan hatinya.
Artinya tidak akan selau bersesuaian
antara keinginan hati seorang hamba dengan peluang dan kemampuan dirinya untuk
mewujudkannya, karena ada saja faktor penghalang untuk itu.
Terkadang sudah ada perencanaan yang
matang namun ada-ada saja penghalang untuk mewujudkannya yang sama sekali tidak
disangka atau tidak diperhitungkan sebelumnya.
Karena itu pelajarannya adalah; (1)
bersegeralah memenuhi kesempatan selagi Allah
SWT memberi kesempatan itu, (2) tidak ada kata pasti dalam setiap langkah
manusia kecuali selalu disandarkan kepada Allah
dengan ungkapan Insya Allah ‘jika
Allah menghendaki’, dan (3) Allah SWT
membolak balik hati seorang hamba-Nya dan memalingkannya kemana saja
yang Dia inginkan.
Untuk itu Allah dan Rasul-Nya
mengajarkan do’a kepada hamba-Nya:
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).”
------
“Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hatiku kepada ketaatan kepada-Mu. Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
Kemudian sesudah itu Allah SWT mengingatkan bahwa: “Dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan. Kepada Allah semua manusia akan mempertanggung-jawabkan perbuatannya, dimana semuanya akan dikumpulkan pada hari akhirat, hari pembalasan sesuai dengan amalannya, hari yang tidak ada keraguan padanya. (QS Ali Imrân/3: 9) (bersambung)
--------
Artikel sebelumnya: