Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya). (QS 8 / Al Anfâl: 20). (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)
---------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 21 Juni 2020
Al-Qur’an
Menyapa Orang-orang Beriman (45):
Perintah Taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan Larangan Berpaling Dari-Nya
Oleh: Abdul
Rakhim Nanda
(Wakil Rektor I Unismuh / Wakil
Sekretaris Muhammadiyah Sulsel)
Wahai
orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah
kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya). (QS 8 / Al Anfâl: 20)
Salah satu sifat yang sejatinya ada
pada orang-orang beriman yang membedakannya dengan orang-orang yang tidak
beriman, yakni mendengar.
Mendengar dalam artian ‘menyimak, memahami, dan menerimanya dengan baik.’ Allah SWT menunjuk dan mengakui sifat
‘mendengar’itu. Allah menyapa dengan
lembut menyentuh identitas keimanan itu, dengan mengatakan, “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya.
Allah meminta konsekuensi keimanan hamba-Nya yakni membuktikannya
dengan senantiasa taat kepada-Nya dan juga kepada Rasul-Nya, taat dalam menunaikan segala perintah-Nya dan taat dalam
meninggalkan larangan-Nya.
Inilah bukti keimanan, jangan mengaku
beriman tetapi tidak mampu membuktikannya. Buktikan itu! “Dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya. Jangan berpaling,lalu
mendurhakai perintah Allah dalam
kondisi apapun.
Janganlah menjadikan Al-Qur’an sebagai mahjûra‘ tidak dihiraukan’ yakni seperti orang yang hidup
sezaman dengan Rasulullah, tapi dikeluhkan oleh beliau kepada Allah, karena mereka acuh kepada
Al-Qur’an, hingga berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an itu sesuatu yang tidak
dihiraukan.” (QS Al Furqan/25: 30)
Atau janganlah seperti sebagian orang
dari suatu kaum yang diberikan kitab
kepadanya malah menjadikan mereka zhalim
terhadap diri mereka sendiri (QS Fâtir/35: 32). Jangan begitu wahai hamba Allah yang beriman; “sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya).”
Karena sesunggunya kalian itu orang-orang
yang mendengar, bukan orang tuli. Dan telah diperdengarkan kepada kalian kitab Allah yang dibacakan kepada kalian
tertang perintah-perintah-Nya, wasiat-wasiat dan nasehat-nasehat-Nya.
Adalah sesuatu yang amat buruk bagi
kalian, bila sudah mendengar firman-firman Allah
kemudian malah berpaling darinya. Jangan begitu! karena itu bukan jati diri
kalian sebagai orang beriman.
Setelah Allah SWT meminta komitmen iman dari hamba-hamba-Nya, kemudian Dia
menasehati orang beriman itu dengan firma-Nya:“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) yang berkata:
"Kami mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan” (QS Al Anfâl/8: 21).
Itulah ciri kemunafikan yakni
mendengar tapi tidak mengerti atau tidak mau mengerti. Syekh Abdurrahman bin Nashir
AsSa’di mengatakan jangan seperti orang munafik; “Yakni merasa cukup dengan
klaim kosong yang tanpa –makna- hakikat, karena hal tersebut tidak diridhai
oleh Allah dan RasulNya.
Iman bukanlah angan-angan dan impian,
akan tetapi ia adalah apa yang menancap dalam hati dan dibenarkan –atau
dibuktikan- oleh perbuatan.” Demikian dari Syekh As Sa’di.
Orang-orang beriman tidaklah pantas
berperilaku demikian itu, karena itu bukan perilaku manusia apalagi
orang-orang yang menyandang predikat beriman.
Allah SWT justru mengkategorikan
sifat itu sebagai sifat dawabb, ‘binatang melata’, sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah
ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun.” (QS Al Anfal/8: 22)
Orang-orang beriman bukanlah orang
yang pekak dan tuli seperti itu, melainkan orang yang memahami hakekat bahwa
pendengaran, penglihatan, dan hati akan dimintai pertanggung-jawabannya.
“Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (QS Al A’raf/7: 36),
sekaligus juga mengerti konsekuensinya jika mereka tidak mempergunakan potensinya sesuai
dengan tujuan Allah SWT memberikannya kepada mereka.
Allah berfirman:"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS Al Isra’/7: 179)
Taatilah Allah dan Rasul-Nya dan jangan berpaling dari-Nya, karena kalian adalah orang-orang yang mendengar!
Taatilah Allah dan Rasul-Nya dan jangan berpaling dari-Nya, karena kalian adalah orang-orang yang mendengar!
--------
Artikel sebelumnya:
Larangan Mundur dari Serangan Orang Kafir
Perintah Allah dalam Hal Wasiat
Perintah Menjaga Kepribadian untuk Solidaritas Muslim