-----
PEDOMAN KARYA
Senjn, 31 Agustus 2020
Obrolan Daeng Tompo' dan Daeng Nappa':
Jadi Terpaksa Malu-maluki' Ini?
"Tadi sebelum shalat lohor di masjid, singgahka' di warung makan siang," ungkap Daeng Tompo' kepada Daeng Nappa' saat ngopi siang di warkop terminal.
"Tidak tong ajak-ajak, menelponmaki' itu bedeng," kata Daeng Nappa' sambil tersenyum.
"Anu, laparma' kurasa tadi belah, jadi langsungka singgah di warung," kata Daeng Tompo' juga sambil tersenyum.
"Apa kimakan belah?" tanya Daeng Nappa' masih sambil tersenyum.
"Seperti biasa, ikan bolu yang dibakarka, tapi ada pengalaman berkesan tadi," kata Daeng Tompo'.
"Pengalaman apa itu belah?" tanya Daeng Nappa'.
"Waktu makanka', saya berdekatan duduk dengan seorang mahasiswa. Dia kebetulan berasal dari provinsi lain," kata Daeng Tompo'.
"Terus," potong Daeng Nappa'.
"Sambil makan, saya cerita-cerita sama dia. Selesai makan, saya bayarki makanan untuk dua orang. Kebetulan uangku masih ada Rp25 ribu, tapi ternyata yang mau dibayar semuanya Rp30 ribu," tutur Daeng Tompo'.
"Jadi?" tanya Daeng Nappa'.
"Terpaksa saya bilang sama itu anak, tambahmaki' Rp5 ribu," ungkap Daeng Tompo'.
"Jadi dia tambahki Rp5 ribu?" tanya Daeng Nappa'.
"Bukannya menambah Rp5 ribu, justru dia kasi' keluar uang pecahan Rp50 ribu dari dompetna, terus dia yang bayarki semuanya," ungkap Daeng Tompo'.
"Jadi apami kita' bilang sama dia?" tanya Daeng Nappa'.
"Jadi saya kasiki itu uang yang Rp25 ribu, tapi tidak mau na ambil. Nabilang, sudah pak, tidak apa-apa. Baru na kasi liatka' lagi isi dompetna, ternyata banyak uang Rp50 ribuna," ungkap Daeng Tompo'.
"Jadi terpaksa malu-maluki' ini?" tanya Daeng Nappa' sambil tersenyum.
"Tidaktongji, sedikitji," kata Daeng Tompo' sambil tertawa dan keduanya pun tertawa-tawa. (asnawin)
Senin, 31 Agustus 2020