"Berapa harimi ini mauka' pasang bendera, tapi belumpa' beli bambu untuk tiang bendera, karena benderana juga belumpi didapatki di dalam rumah. Nalupai beng iparta' dimana nasimpan itu benderayya," ungkap Daeng Nappa'. (Foto: Asnawin Aminiddin / PEDOMAN KARYA)
------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 13 Agustus 2020
Obrolan Daeng Tompo' dan Daeng Nappa':
Sudahmaki' Pasang Bendera Merah-putih di Rumahta'?
"Bagusna tawwa bendera merah-putihna balla-ballaka di kompleks perumahanta'. Dua lembar lagi benderana" ujar Daeng Nappa' kepada Daeng Tompo' saat ngopi siang di warkop terminal.
"Apanya yang bagus kita lihat?" tanya Daeng Tompo'.
"Benderana berkibar bebaski ditiup angin, karena tempatnya terbuka di pinggir sawah. Dua lembar bendera merah-putih berkibar dengan latar sawah nan hijau dan langit nan biru," tutur Daeng Nappa'.
"Eh, mauka' tanyakki',' kata Daeng Tompo' dengan mimik serius tapi sambil menahan tawa.
"Yang penting bukan pertanyaan matematika," ujar Daeng Nappa' sambil tersenyum.
"Bukanji," jawab Daeng Tompo' juga sambil tersenyum.
"Oke, silakan bertanya," kata Daeng Nappa' masih sambil tersenyum.
"Sudahmaki' pasang bendera merah-putih di depan rumahta'?" tanya Daeng Tompo'.
"Belumpi belah," jawab Daeng Nappa' sambil tersenyum menutup malu.
"Kenapaki' belum pasang, na hampirmi ini 17 Agustus?" tanya Daeng Tompo'.
"Berapa harimi ini mauka' pasang bendera, tapi belumpa' beli bambu untuk tiang bendera, karena benderana juga belumpi didapatki di dalam rumah. Nalupai beng iparta' dimana nasimpan itu benderayya," ungkap Daeng Nappa'.
"Ka bellilalomaki'. Berapaji itu hargana. Bambu satu batang dua puluh ribuji hargana. Bendera merah-putih ukuran sedang tiga puluh ribujinhargana. Jadi lima puluh ribuji uangta' keluar, berkibarmi bendera merah-putih di depan rumahta'," kata Daeng Tompo'.
"Kalau kita', sudahmaki' pasang bendera?" Daeng Nappa' balik bertanya.
"Belumpi juga, tapi adami, tinggal dipasang," jawab Daeng Tompo' sambil tertawa dan keduanya pun tertawa-tawa. (asnawin)
Kamis, 13 Agustus 2020