Namun ingat! Ini pesta demokrasi bukan pesta prestasi dan penghargaan. Dan demokrasi kita tengah mendaki menuju puncak. Artinya sedikit terpeleset bisa terjungkal ke bawah dan pembangunan yang telah ditata tumpah sia-sia.
- Ahmadi Haruna -
--------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 16 September 2020
OPINI
Kotak
Kosong di Pintu Alternatif di Pilkada Gowa
Oleh:
Ahmadi Haruna
(Wartawan Senior)
Keberhasilan Adnan Purichta
dengan wakilnya H Abdul Rauf Malaganni, memimpin Kabupaten Gowa di tahun kelima,
tak dapat dipungkiri cukup berhasil terutama di bidang religius dan pendidikan,
dan banyak lagi penilaian yang menghujani media sosial memuji sikap kepemimpinan
Adnan Purichta- H Abdul Rauf.
Kita cukup maklum apa
yang dicapai bupati termuda dari timur Indonesia ini, telah mengukir sederet penghargaan
yang membanggakan dan tentunya untuk kalangan birokrat tak segan mengayunkan
jempol untuknya berdua.
Namun ingat! Ini pesta
demokrasi bukan pesta prestasi dan penghargaan. Dan demokrasi kita tengah
mendaki menuju puncak. Artinya sedikit terpeleset bisa terjungkal ke bawah dan
pembangunan yang telah ditata tumpah sia-sia.
Lagi pula masyarakat
bawah tak paham tata bahasa pembangunan atau perubahan. Yang mereka pikirkan
tata kehidupannya yang senantiasa ingin diperbaiki. Dan ini maunya instant
tanpa negosiasi atau konsultasi macam- macam.
Hal ini yang perlu
dibedah oleh petahana agar gerbong suara dari TPS, 9 Desember 2020 mendatang,
tetà p menyertainya.
Saya menilai petahana
selama ini telah membangun raga kabupaten berjuluk Gowa Bersejarah namun jiwa warganya
masih perlu diopname lebih jauh sehingga benar-benar segar bugar.
Dalam filosofi Ilmu
kesehatan, jika seseorang mengalami sehat jasmani dan rohani kecendrungan untuk
mengambil keputusan yang tepat dalam kondisi alternatif atau memilih satu dari
dua pilihan akan jernih.
Dan kaitan Pilkada (Pemilihan
Kepala Daerah, red) di Bumi Sultan Hasanuddin, kondisi warga berada di depan
pintu alternatif saat ini. Lengah sekilas, kotak kosong jadi kuda hitam.
Secara terang-benderang
memang belum. Namun sikap kegelisahan sebagian anggota masyarakat Gowa, khususnya
yang di tahun 2015 menjadi laskar tim sukses Andi Maddusila Kr Ijo mulai
mengelus-elus kotak kosong biar mengubah wujud jadi ayam jantan yang mampu
menggeleparkan penantangnya.
Tiga bulan masih cukup
waktu merancang skenario strategi untuk mengubah psikologis warga dalam memilih
di TPS, apalagi pemilih pemula yang masih labil menentukan pilihan. Demikian
juga pemilih pendatang yang baru hengkang berdomisili di Gowa, ini lahan suara
bagi KK.
Artinya kita jangan
terlalu rasa percaya diri dan memandang remeh Kolom Kosong, sehingga program
tahapan menabur simpati dijalankan seadanya dan tidak rapi. Ingat, segalan
sesuatu yang dijalankan tanpa perencanaan matang, jangan harap tepuk tangan
menggemuruh saat pesta usai.
Sebagai penutup penulis
melakukan survei pribadi dengan mengunjungi beberapa warkop di Sungguminasa dan
berbincang dengan tokoh pemuda, LSM, penggiat Sosmed, pada umumnya masih belum
final akan pilihannya.
Alasannya, waktunya
masih lama dan tak ingin disebut munafik jika pilihannya berubah di hari “H”, namun
meski tidak membeberkan pilihannya, tampaknya ada yang disembunyikan dari
sejumlah narasumber.
Ini tercermin dari
kalimatnya, “Kita ini barisan hati yang luka. Andalah yang terjemahkan," pinta
mereka kepada penulis. Maknanya, yah, Kotak Kosong di Pintu Alternatif.