-----
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 03 Oktober 2020
Obrolan Daeng Tompo' dan Daeng Nappa':
Lima Bungkusmo Dulu
"Dimanaki' shalat Jumat kemarin?" tanya Daeng Nappa' kepada Daeng Tompo' saat ngopi pagi di teras rumah Daeng Tompo'.
"Kemarin saya keluar kota dan singgah shalat Jumat di masjid jalan poros," jawab Daeng Tompo'.
"Apa isi ceramahnya?" tanya Daeng Nappa'.
"Isi ceramahnya umumji, tapi ada yang lain di masjid itu," kata Daeng Tompo'.
"Apa itu?" tanya Daeng Nappa'.
"Selesai shalat Jumat, saya tidak langsung keluar. Duduk-dudukka' dulu sebentar sebelum melanjutkan perjalanan, sambil buka-buka WA (WhatsApp) dan FB (Facebook) dan sambil saling lempar senyum dengan beberapa pengurus dan jamaah tetap di mesjid itu yang ngumpul menghitung uang celengan mesjid," tutur Daeng Tompo'.
"Terus," potong Daeng Nappa'.
"Tiba-tiba ada seorang jamaah yang membawa dua kantong besar berisi nasi bungkus. Semua jamaah yang tinggal dapat nasi bungkus," kata Daeng Tompo'.
"Termasuk kita'?" tanya Daeng Nappa'.
"Termasuk saya. Saya juga dapat nasi bungkus, baru kita makan bersama sambil ngobrol-ngobrol," kata Daeng Tompo'.
"Deh, enakna tawwa di'?" ujar Daeng Nappa'.
"Ternyata nasi bungkus itu sumbangan warga yang tinggal di sekitar masjid," ungkap Daeng Tompo'.
"Deh, coba begitutommi di masjidta' di'? Setiap Jumat ada warga yang membawa nasi bungkus, biar sepuluh bungkusmo, karena biasa tidak sampaijaki' sepuluh orang yang tinggal-tinggal sesudah shalat Jumat," ujar Daeng Nappa' sambil tersenyum.
"Bagaimana kalau kita' Daeng Nappa' yang memulai Jumat depan, lima bungkusmo dulu," kata Daeng Tompo' juga sambil tersenyum.
"Baa, bisatongji," kata Daeng Nappa' masih sambil tersenyum. (asnawin)