INI BUKAN FESTIVAL. Panitia “Ini Bukan Festival” melakukan rapat, di Etika Studio, Jalan Tamalate 1 Makassar, Sabtu, 31 Oktober 2020. (ist)
----------
Senin, 02 November 2020
Berbagai
Pertunjukan Seni Ditampilkan di Arena “Ini Bukan Festival” di Makassar
-
Digelar
di Etika Studi, 15-20 November 2020
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Medio November 2020, warga Makassar disuguhkan
aneka macam pertunjukan seni. Mulai dari pertunjukan tari, teater, musik,
pembacaan karya sastra, hingga pameran seni rupa dan kerajinan.
Bukan itu saja, ada juga dongeng, pameran foto, peluncuran
dan diskusi buku, dan workshop. Gelaran pertunjukan yang dikemas dalam acara
bertajuk “Ini Bukan Festival” tersebut, akan diadakan di Etika Studio, Jalan
Tamalate 1 Makassar, mulai 15-21 November 2020.
“Event ini merupakan kolaborasi lintas seniman.
Bertujuan untuk membuka ruang silaturahmi, sembari berkreasi dan berekspresi di
tengah pandemi,” jelas Rimba, salah seorang inisiator acara, kepada wartawan di
Makassar, Sabtu, 31 Oktober 2020, usai rapat pemantapan panitia di Etika Studio.
Bahar Merdu, seniman teater yang akan memboyong
anak-anak binaannya tampil di acara ini mengatakan, gagasan “Ini Bukan Festival”
berawal dari ide yang sederhana. Bahwa para seniman tidak melihat situasi
pandemi Covid-19 sebagai kendala untuk terus berkarya. Bahkan menjadi ujian
ketaatan bagi seniman dalam memaknai kondisi sosial masyarakat saat ini.
“Masyarakat butuh hiburan setelah lama mereka
dirumahkan. Tentu dengan tetap diingatkan agar taat dan disiplin pada protokol
kesehatan,” kata Bahar Merdu.
Irfan Jaury, sebagai penanggung jawab, mengatakan,
perhelatan “Ini Bukan Festival” bisa menjadi cara bagi para seniman mencari
format penyelenggaraan event di tengah pandemi. Selain itu, bisa juga dijadikan
cara krearif untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar peduli dan
berkontribusi dalam memutus mata rantai virus Corona.
Karena itu, sambung Agus Linting, Stage Manager,
para pengunjung akan diatur agar tetap sesuai protokol kesehatan. Maksudnya,
agar mereka nyaman mengikuti pertunjukan yang ditampilkan sesuai minatnya
masing-masing.
Panitia membagi area “Ini Bukan Festival” atas tiga
zona. Zona 1 terdiri dari pertunjukan teater, tari, musik, dan performing art.
Zona 2, berupa pemutaran film, dongeng, pameran foto, seni rupa, pembacaan
karya sastra dan peluncuran buku. Sedangkan zona 3, diperuntukkan bagi area
pameran kerajinan, bursa buku, dan seni rupa.
“Kami juga menyediakan aneka kuliner dan
bunga-bunga, sehingga bagi pecinta tanaman, ajang ini menarik untuk dikunjungi,”
papar Dede Leman, person in charge (PIC) area pasar.
Konsep pasar dan bazar dihadirkan untuk memberikan
kesempatan kepada pelaku UMKM berpartisipasi dalam kegiatan ini. Apalagi ada
tren beberapa jenis tanaman, yang mungkin bisa menambah daya tarik acara. Begitupun
dengan kuliner, diharapkan bisa menjadi pilihan kudapan bagi pengunjung saat
menikmati suguhan pertunjukan.
Beberapa seniman yang ikut dalam acara menyambut
gembira event ini. Goenawan Monoharto, menyatakan akan menampilkan pertunjukan “Two
Man Play”, dengan judul Seniman Pengkhianat karya Amal Hamzah.
Goenawan Monoharto akan berkolaborasi dengan
Soeprapto Budisantoso, mantan birokrat yang sangat menyukai bidang seni.
Begitupun Syahril Patakaki Daeng Nassa, yang baru
saja menerbitkan buku berjudul Sanja Mangkasara “Attayang Ri Masunggua”,
menyatakan kesiapannya hadir mendiskusikan bukunya.
Antusiasme juga disampaikan oleh Dr Syahriar Tato,
Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Sulsel, yang akan tampil dalam
diskusi bertema perfilman.
Koordinator Pelaksana “Ini Bukan Festival”, Adham
Nugraha, menyampaikan bahwa ada sejumlah seniman, sanggar, dan komunitas
terlibat dalam acara yang diagendakan bakal jadi event tahunan ini, yakni dari
Rumah Seni Kasumba, Grup Sandiwara Pettapuang, Photonesia, Narasi Art Space,
Aco Dance Company, Music Community Bahar Karca, Asosiasi Pemuda Pelestari
Sastra Daerah, Bilul Art Love Jakarta, Galery de Lamacca Art, Lembaga Seni
Budaya Batara Gowa, Komunitas Puisi (KoPi) Makassar, dan #kakmullbercerita. (dinto)