Cerpen: Akhirnya Dia Tumbang Juga (3-habis)

Adik saya meninggal dunia sebagai driver ojek online sejati. Hidupnya berakhir sebagai driver ojek online yang tengah membawa penumpang.

 

------

PEDOMAN KARYA

Senin, 30 November 2020

 

CERPEN  


Akhirnya Dia Tumbang Juga (3-habis)


Karya: Asnawin Aminuddin

 

Di tengah kesibukannya menjadi driver ojek online, adik saya tetap rajin menyapa keluarga, menyapa ayah kami, bahkan meluangkan waktu mengunjungi ayah kami, serta mengunjungi kami, saudara-saudaranya untuk bersilaturrahim.

Tak jarang ia memberikan uang jajan kepada ponakan-ponakannya dari hasil pendapatannya sebagai driver ojek online. Saya kadang-kadang melarangnya untuk memberikan uang kepada anak-anak kami, dan saya pun melarang anak-anak kami menerima uang darinya, tapi tetap saja ia sering memberi.

“Sekadar uang jajan kak, supaya mereka juga gembira,” kata adik saya.

Saya melarangnya selalu memberi uang jajan kepada ponakan-ponakannya, karena saya sangat tahu bahwa sesungguhnya ia tidak dalam keadaan berkantong tebal, bahkan tak jarang ia terpaksa meminjam uang dari kami saudara-saudaranya atau temannya yang bisa membantu bila sedang terdesak untuk membayar sesuatu.

Yang membuat saya dan saudara-saudara kami kagum kepada adik kami, karena ia tidak pernah mengeluh dan selalu mampu menyembunyikan “deritanya” di balik senyum dan sikapnya yang selalu tenang.

Di tengah suasana seperti itulah, di tengah perjuangannya bertahan hidup dengan menjadi driver ojek online, ia akhirnya tumbang juga.

Ia meninggal dunia secara indah saat membawa penumpang ojek online. Ia tidak langsung meninggal di tempat. Saat sedang menyetir untuk mengantar penumpang, tiba-tiba perasaannya kurang enak.

Ia pun meminggirkan mobilnya ke tepi jalan, dan kemudian merebahkan sekitar 45 derajat jok atau sandaran kursinya sambil memegang dadanya dengan kedua tangan lalu berbaring dengan tenang.

Ia masih sempat meminta tolong kepada penumpang yang dibawanya untuk menelpon salah satu nomor, setelah itu ia pun tertidur tak sadarkan diri. Sang penumpang segera menelpon nomor yang ditunjuk adik saya dan tak lama kemudian datanglah Satgas Kesehatan perusahaan ojek online dengan membawa mobil ambulans.

Satgas kesehatan ojek online memberikan pertolongan pertama dan kemudian membawa adik saya yang sudah dalam kondisi koma ke rumah sakit terdekat. Tiba di rumah sakit, di ruang IGD, dokter dan perawat kemudian dengan sigap memberikan pertolongan.

Saat diberikan pertolongan tersebut, keluarga pun berdatangan. Isteri dan anak-anaknya, kami saudara-saudaranya, serta keluarga dan handai taulan lainnya. Semuanya sedih setelah melihat kondisi adik saya.

Puluhan driver ojek online pun berdatangan ke rumah sakit untuk melihat dan mendoakan adik saya, bahkan ada juga pemilik warung kopi yang datang khusus ke rumah sakit dari rumahnya yang cukup jauh dari rumah sakit.

“Adik bapak selalu nongkrong di warkop saya. Kami sering berdiskusi, dan selalu bersama-sama ke masjid jika adzan sudah berkumandang. Dia sangat baik,” kata pria pemilik warung itu kepada saya.

“Beliau dulu pimpinan saya di perusahaan pembiayaan, sekarang kami sama-sama driver ojek online. Kami hampir setiap hari bersama-sama. Beliau sangat baik,” ujar seorang driver ojek online.

“Kami mematikan aplikasi, karena kami ingin ke sini. Kami ingin melihat saudara kami,” ujar seorang driver lainnya.

Saya pun meminta mereka mendo’akan, semoga adik saya masih diberi umur panjang, dan para driver ojek online mengaminkan. Namun ternyata, nyawa adik saya tidak tertolong lagi. Allah SWT telah “memanggilnya pulang.”

Adik saya meninggal dunia sebagai driver ojek online sejati. Hidupnya berakhir sebagai driver ojek online yang tengah membawa penumpang.

Ia pergi selama-lamanya diiringi do’a dari rekan-rekannya sesama driver ojek online. Ia pergi meninggalkan kenangan yang indah bagi rekan-rekannya sesama driver ojek online.

Dan ia pergi menemui Sang Pencipta dalam keadaan tidak meninggalkan harta bagi isteri dan anak-anaknya. Dia pergi sebagai seorang ahli shalat, ahli ibadah. Surgalah tempatmu adikku. 

------

Cerpen: Akhirnya Dia Tumbang Juga (1) 

Cerpen: Akhirnya Dia Tumbang Juga (2)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama