-----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 26 November 2020
Generasi Hainan Lulusan Singapura Buka Warkop di Makassar
Sampai saat ini, kita masih banyak menemui warung kopi (warkop) di Kota Makassar yang letaknya pada sudut pertigaan atau sudut perempatan jalan. Pemilik warkop sengaja membuka warung kopinya di sudut jalan agar mudah terlihat dari dua sisi atau dua arah bagi para pengendara atau para pejalan kaki.
Dalam sejarahnya sebelum dan sesudah kemerdekaan Republik Indonesia, warkop-warkop yang ada di sudut jalan itu umumnya milik warga keturunan Tiongkok, khususnya suku Hainan.
Karena banyaknya suku Hainan yang membuka warkop di perempatan atau di pertigaan jalan di Makassar, maka dulu mereka santer disebut China panyingkuluk (perempatan).
Mereka memilih tempat yang strategis yakni di perempatan jalan, selain agar terlihat dari dua arah, juga agar aroma kopi yang dimasak berhembus keluar dan tercium oleh orang yang melintas.
Seiring perkembangan zaman, banyak generasi muda Hainan yang enggan meneruskan usaha kakek-nenek buyutnya, padahal itulah keahlian usaha para perantau pertama yang berasal dari lumbung kopi dan kelapa di Pulau Hainan, Tiongkok.
Pilihan tidak ikut meneruskan usaha warkop kakek nenek buyut, tidak berlaku pada putra pertama Saiman Sutanto yang bernama lengkap Ronald Ivander Sutanto atau akrab disapa Ronald (22).
Ronald adalah cicit langsung pendiri Warkop Meinam yang berdiri tahun 1940-an. Tan Yu Fuk atau cucu langsung pendiri Warkop Baru, Gustawa Sutanto, membuka usaha warkop di perempatan Jl Sungai Limboto, dan Jl Veteran, Makassar.
Ronald memilih kuliah dan berhasil meraih gelar Bachelor Of Arts (Konots) in Business and Finance di Singapura, dalam bidang manajemen usaha.
Usai menyelesaikan studinya, Ronald memilih kembali ke Makassar untuk membuka warkop Tenda Mera, di Komplek Ruko Jl Gunung Latimojong, yang mulai beroperasi, 23 Februari 2020, dan tetap mempertahankan citarasa tradisional kopi Hainan dalam kemasan konsep modern atau semi-cafe.
“Saya sengaja memilih nama warkop yang berakhir dengan huruf H, dari kata merah, karena warna merah atau warna hokky atau rejeki, tapi saya sengaja tidak menulis huruf H, sedangkan tenda berarti melindungi atau mengayomi,” kata Ronald, yang didampingi seniman dan budayawan Tionghoa Peranakan Bugis Makassar, Moehammad David Aritanto, kepada wartawan di Makassar, Selasa, 24 November 2020.
Ronald sadar bahwa di tengah upaya pemerintah mendongkrak ekonomi kerakyatan yang berbasis UKM (usaha kecil menengah), ada upaya untuk mengembangkan usaha selai kaya sebagai upaya melestarikan produk khas yang diwariskan kakek-nenek moyangnya dari Pulau Hainan. (asnawin)