"Orang Islam itu umumnya pemarah. Ada yang memprotes adzan, marah. Ada yang membakar Al-Qur'an, marah. Ada yang melecehkan surat Al-Maidah, marah. Ada yang membuat kartun Nabi Muhammad, marah," tutur sang dosen. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)
------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 04 November 2020
ANEKDOT
Orang Islam Itu Pemarah
Seorang dosen yang terkenal liberal, suatu hari masuk ke salah satu ruangan kelas untuk mengajar. Namun ia tidak langsung mengajar.
Ia terlebih dahulu berbicara tentang fenomena umat Islam. Ia mengatakan, orang Islam itu umumnya pemarah.
Setelah mengucapkan kata-kata itu, ia berhenti sejenak sambil melihat reaksi dan raut wajah para mahasiswa.
Mahasiswa semua terdiam. Hening, tapi sedikit tegang. Raut wajah mereka umumnya tampak tegang.
"Orang Islam itu umumnya pemarah. Ada yang memprotes adzan, marah. Ada yang membakar Al-Qur'an, marah. Ada yang melecehkan surat Al-Maidah, marah. Ada yang membuat kartun Nabi Muhammad, marah," tutur sang dosen.
Tak ada satu pun mahasiswa yang mengacungkan tangan. Mereka semua diam seribu basa.
"Al-Qur'an yang dibakar itu hanya kertas, sedangkan Al-Qur'an yang sebenarnya ada di lauhul mahfuzh. Tak bisa dibakar, tak bisa dilecehkan. Saya benar-benar heran dengan umat Islam. Terlalu lebay, menurut saya," lanjut sang dosen.
Mahasiswa tetap diam, tapi suasana tegang sangat terasa.
"Hanya karena ada yang menginjak mushaf Al-Qur'an, mereka marah lalu ribuan orang menggelar demonstrasi di mana-mana, padahal yang dibakar itu cuma kertas. Kertas itu hanya media tempat menulis Al-Qur'an. Al-Qur'an aslinya ada di lauhul mahfuzh. Saya pikir para mahasiswa harus dicerdaskan soal ini," kata sang dosen.
Ruang kuliah itu hening beberapa saat. Sebagian mahasiswa agaknya setuju dengan pemikiran sang dosen. Namun tiba-tiba ada seorang mahasiswa yang dikenal cerdas mengacungkan tangan.
"Silakan," kata sang dosen.
"Memang Al-Qur'an itu hakikatnya ada di lauhul mahfuzh,” kata mahasiswa itu sambil berjalan mendekati sang dosen.
"Maaf, Pak. Boleh saya melihat makalah Bapak?” kata mahasiswa itu dengan nada tanya.
Wajah mahasiswa lainnya tampak menegang. Mereka khawatir akan ada insiden yang tidak terduga antara mahasiswa yang dikenal sebagai aktivis dakwah itu dengan dosennya yang liberal.
“Makalah ini bagus Pak,” kata.mahasiswa itu
Wajah-wajah mahasiswa lainnya yang tadinya sempat tegang, kini normal kembali, tapi itu hanya sesaat, karena setelah itu, mahasiwa tersebut membanting keras makalah itu ke lantai kemudian menginjaknya.
“Sayang sekali analisanya kurang komprehensif !!” kata mahasiswa itu.
Tak cukup menginjak, ia pun meludahi makalah sang dosen kemudian ia injak-injak lagi. Tentu saja makalah tersebut menjadi kotor dan rusak.
Di dekatnya, sang dosen melotot. Mukanya merah padam. Kedua telapak tangannya menggenggam erat.
"Kurang ajar...!!! Kamu menghina karya ilmiah saya. Kamu menghina pemikiran saya,” kata sang dosen sembari melayangkan tangannya ke arah mahasiswa, tapi dengan cekatan mahasiswa itu menangkisnya.
“Marah ya Pak? Saya hanya menginjak kertas kok, Saya hanya meludahi kertas !! Saya hanya melecehkan kertas. Saya tidak melecehkan pemikiran Bapak, karena pemikiran Bapak ada di kepala Bapak. Saya kan tidak menginjak kepala Bapak. Saya pikir Bapak harus dicerdaskan soal ini," kata mahasiswa itu.
Mendengar kata-kata mahasiswa itu, sang dosen tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia seperti mendapatkan serangan balik yang mematikan.
Sang dosen pun segera mengemasi buku-bukunya dan kemudian meninggalkan ruang kuliah itu dengan muka merah padam. ***
---
Keterangan:
-- Anekdot ini sudah cukup lama beredar di media sosial dengan status anonim alias tanpa nama penulis.
- Kami memformulasi ulang kisahnya untuk pembaca sekalian, karena kami menganggap anekdot ini sangat bermanfaat dan inspiratif. Mudah-mudahan anekdot ini menjadi amal jariyah buat penulis aslinya, amin. (asnawin)