------------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 16 Desember 2020
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Berarti
Akan Selalu Ada Fir’aun dan Musa
“Berarti akan selalu ada Fir’aun dan Musa. Akan
selalu ada penguasa yang zalim dan ulama yang berani,” kata Daeng Nappa’ kepada
Daeng Tompo’ saat ngopi pagi di teras rumah Daeng Tompo’.
“Apa lagi ini yang kita bicarakan kah?” tanya Daeng
Tompo’ sambil tersenyum.
“Tadi malam saya hadiri pengajian magrib isya di
masjid dekat rumahnya kakak,” kata Daeng Nappa’.
“Apa dibahas dalam pengajian itu?” tanya Daeng
Tompo’.
“Ustadz bercerita kisah Nabi Musa, bahwa di zaman
Nabi Musa, berkuasalah seorang zalim bernama Fir’aun," tutur Daeng Nappa’.
“Terus,” potong Daeng Tompo’.
“Saking zalim dan gilanya pada kekuasaan, Fir’aun
bahkan mengangkat dirinya sebagai tuhan,” kata Daeng Nappa’.
“Terus,” potong Daeng Tompo’.
“Fir’aun mengancam memenjarakan Nabi Musa kalau Nabi
Musa menyembah tuhan selain dirinya,” tutur Daeng Nappa’.
“Terus,” potong Daeng Tompo’.
“Nabi Musa memperlihatkan tanda-tanda kenabiannya
melalui tongkatnya yang bisa berubah jadi ular besar dan tangannya yang bisa
berubah menjadi putih bercahaya, tapi Fir’aun tetap tidak mau mengakui kenabian
Musa,” tutur Daeng Nappa’.
“Jadi bagaimana endingna?” tanya Daeng Tompo’.
“Singkat cerita, Fir’aun dan bala tentaranya
tenggelam di laut saat mengejar Nabi Musa dan pengikutnya,” kata Daeng Nappa’.
“Jadi maksudta’, sejarah Fir’aun dan Nabi Musa
berulang lagi sekarang?” tanya Daeng Tompo’.
“Ustadz yang bilang begitu. Jadi saya bilang, berarti akan selalu ada Fir’aun dan Musa, akan selalu ada penguasa yang zalim dan ulama yang berani,” kata Daeng Nappa’.
“Pertanyaannya sekarang, beraniki’ kah kita’ Daeng
Nappa jadi Nabi Musa yang melawan penguasa zalim?” tanya Daeng Tompo’.
“Saya jadi pengikutnama’ saja Nabi Musa,” kata Daeng Nappa’. (asnawin)
----
Rabu, 16 Desember 2020