-----
Sabtu, 26 Desember 2020
Lomba Baca Puisi Berpasangan, Ibu dan Anak Malah Nangis di Panggung
- K-Apel Bikin Festival Hari Ibu di Makassar
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Lomba Festival Hari Ibu yang diadakan Komunitas Anak Pelangi (K-apel), membuat beberapa peserta tak kuasa menahan tangis saat membacakan puisi bersama ibunya. Bahkan ada anak yang sempat berhenti membaca puisi dan langsung memeluk ibunya.
Penonton yang menyaksikan lomba bertema “Meraih Kasih Ibu dalam Berbagi Cinta Kepada Sesama” itu pun dibuat terharu. Bukan hanya penonton, dewan juri juga mengaku ikut terbawa suasana penuh emosional itu. Mata mereka berkaca-kaca.
“Lomba ini memang sengaja dirancang untuk memperkuat kedekatan emosional antara anak dengan ibunya. Momen Hari Ibu dipilih agar anak memberikan persembahan spesial, menunjukkan cinta dan sayangnya kepada ibunya,” papar founder K-apel, Rahman Rumaday, dalam sambutannya di hadapan peserta dan warga Jalan Dg Jakking, Kelurahan Parangtambung, Kecamatan Tamalate, Makassar, Selasa, 22 Desember 2020.
Lomba yang dikelola sendiri oleh anak-anak K-apel ini, menunjukkan keberhasilan komunitas tersebut dalam melakukan pembinaan.
Ketua Panitia Festival Hari Ibu ini adalah Anggraeni, siswa SMA YP PGRI 1 Makassar. Panitia bersama anak-anak lainnya mampu mengorganisir kegiatan, menunjukkan bakatnya dalam bidang seni, dan mendorong partisipasi warga.
“Semua kegiatan ini ditangani langsung oleh anak-anak dan mendapat dukungan warga,” ungkap lelaki yang akrab disapa Bang Maman itu.
Misalnya, kata Maman, panggung yang digunakan peserta lomba bukan dirancang khusus untuk kegiatan festival. Tapi pelaminan atau lamming yang belum dibongkar setelah pesta perkawinan dilangsungkan sehari sebelumnya.
Karena itu dekorasi panggung tampak jelas serupa dengan hiasan hajatan perkawinan. Dia cuma meminta izin kepada empunya pesta untuk meminjam dan melanjutkan penggunaan panggung pelaminan tersebut.
Rusdin Tompo, pemerhati isu anak, mengapresiasi kegiatan yang diadakan oleh K-apel ini.
Penyair dan penulis buku itu mengakui bahwa puisi mampu menggugah orang karena ditulis dari lubuk hati paling dalam, apalagi puisi karya sendiri seorang anak kepada ibunya, pasti merupakan bentuk ekspresi cinta dan tanda hormatnya kepada orang tua.
“Lomba ini unik, karena jarang ada lomba membaca puisi bersama oleh ibu dan anak. Biasanya, anak-anak membaca puisi sebagai peserta, yang disaksikan oleh orang tuanya,” kata Rusdin yang diundang sebagai Dewan Juri bersama Ibu Shinta, guru SMA Negeri 8 Makassar.
Sejumlah peserta mengaku senang karena mereka berkesempatan tampil di depan warga bukan semata-mata untuk meraih juara tapi untuk membangun kebersamaan.
Selain anak-anak, peserta lomba yang diadakan K-apel ini ada yang merupakan pasangan suami istri, ada juga yang sudah berusia di atas 60 tahun. Peserta dari kalangan orang tua ini malah tampak lebih bersemangat menunjukkan kebolehannya. Mereka juga mengaku berlatih mempersiapkan diri sebelum hari “H” perlombaan.
“Seumur hidup saya baru pertama kali tampil di atas panggung ikut lomba,” aku Daeng Memang salah seorang peserta lomba toeng.
Toeng merupakan kegiatan ibu saat meninabobokan anaknya dalam budaya Sulawesi Selatan. Lomba ini untuk mengingatkan peserta akan masa kecilnya, sekaligus untuk mengaktualisasikan lagi budaya Bugis-Makassar yang penuh nilai-nilai petuah itu.
Selain lomba membaca puisi berpasangan ibu dan anak, serta dan lomba toeng, K-apel juga mengadakan lomba Lomba Mewarnai (anak TK), Lomba Menulis Surat untuk Ibu (SD-SMA), Lomba Menulis Surat untuk Suami, Lomba Dongeng (kategori SD-SMP), Lomba Fashion Show Ibu dan Anak, serta Lomba Fashion Show Berpasangan Suami dan Isteri. (ima)