SERAHKAN BUKU. Penulis Rusdin Tompo (kedua dari kiri) foto bersama Muhammad Rumatora (kedua dari kanan), Talib Rumadaul (paling kiri) dan Rahman Rumaday, seusai penyerahan buku,.di salah satu kafe di bilangan Skarda, Makassar, Kamis, 31 Desember 2020. (ist)
----
Jumat, 01 Januari 2021
Rusdin Tompo Sumbang Buku Untuk Perpustakaan di Seram Bagian Timur Maluku
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Hujan deras di pengujung Desember 2020, tak menyurutkan Rusdin Tompo, penulis dan editor buku membawa sekardus buku untuk disumbangkan bagi pengembangan gerakan literasi di Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku.
Buku-buku yang ditaruh dalam dus bekas kotak helm itu kemudian diserahkan kepada Muhammad Rumatora, pembina perpustakaan Komunitas Walang Baca Kelurat (KWBK), Dusun Kelurat, Desa Amar Sikaru, Kecamatan Pulau Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur.
"Ini donasi buku pertama untuk perpustakaan yang baru kami rintis," ungkap Muhammad Rumatora, saat menerima penyerahan buku-buku itu di salah satu kafe di bilangan Skarda, Makassar, Kamis, 31 Desember 2020.
Penyerahan buku-buku itu disaksikan Talib Rumadaul, warga Kabupaten Seram Bagian Timur yang tengah kuliah magister (S2) di Universitas Indonesia Timur (UIT), dan Rahman Rumaday, founder Komunitas Anak Pelangi (K-Apel).
Muhammad Rumatora bercerita, Komunitas Walang Baca Kelurat (KWBK), didirikan oleh Arsani Rumbouw, saat pandemi Covid-19, tepatnya pada Rabu, 17 Juni 2020.
Latar belakang pendirian komunitas baca ini didasarkan karena pendidikan di luar sekolah dianggap sangat penting guna merawat potensi yang ada pada generasi penerus bangsa.
Selain itu, didorong oleh kepedulian agar terbangun budaya literasi. Apalagi anak-anak saat ini lebih cenderung asyik menghabiskan waktunya bermain gawai ketimbang membaca.
"Mereka lebih banyak bermain games dan bermedsos, yang kontennya mungkin saja tidak mendukung pembelajarannya," terang lelaki yang akrab disapa Ahmad itu.
Tujuan lain dari pendirian komunitas baca ini adalah agar dapat menjadi wadah positif bagi para pelajar di kampung Kelurat, Desa Amar Sikaru, biar mereka tak hanya keluyuran tapi mengisi waktu dengan menambah wawasan yang akan jadi motivasi bagi mereka, sehingga anak-anak sejak dini diperbiasakan membaca.
Rusdin Tompo menyampaikan, buku-buku yang diserahkan itu ada beberapa macam. Ada buku yang ditulisnya, ada juga yang dia sebagai editor.
Di antaranya, buku kumpulan puisi "Mantra Cinta" dan "Kata Sebagai Senjata", buku bunga rampai artikel tentang media "Mozaik Penyiaran" dan buku hasil studi lapang tentang "Pekerja Anak di Panampu". Masih ada lagi sejumlah buku pelajaran bekas, yang tak lagi digunakan anaknya.
Rahman Rumaday, yang sudah lebih 10 tahun bekerja dengan anak-anak di komunitas, berbagi pengalaman tentang pentingnya membangun jejaring dan bersinergi. Menurutnya, menjaga kesinambungan komunitas selain butuh komitmen, juga butuh dukungan dari para pemangku kepentingan.
Ahmad berharap, hadirnya Komunitas Walang Baca ini dapat memberi kontribusi kepada warga sekitar, sehingga mereka dapat membangun kesadaran dan tanggung jawab sebagai penerus bangsa.
"Meski mereka berada di pelosok pedesaan, tapi kami yakin dengan modal semangat yang dimiliki, mereka kelak mampu menjawab tantangan global dan membanggakan daerahnya," kata Ahmad. (zak)