"Siapa calon walikota baik dipilih, puang?"
Dorrrrr, rupanya itu pertanyaannya.
"Iye inai baji', puang?" Hampir serempak teman-temannya bertanya dengan pertanyaan serupa.
-------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 04 Desember 2020
Siapa Kita' Mau Pilih?
(Sepenggal Dialog Demokrasi di Pojok Lelong)
Oleh: AM Iqbal Parewangi
(Mantan Anggota DPD RI)
Pilkada era Covid-19 punya liuk-laiknya sendiri, tidak kecuali juga bagi saya.
Kemarin saya ke lelong. Selain cari hasil laut segar, juga refreshing setelah beberapa hari terbaring akibat diare dan gangguan di lambung.
Tapi rupanya yang saya dapat bukan cuma itu. Saya juga peroleh sepenggal dialog demokrasi menarik di pojok lelong. Begini ikhwalnya.
***
Usai transaksi dan mengucapkan terima kasih kepada penjual cumi langganan saya, saya bergeser ke ikan-ikanan hingga tiba di udang sitto. Saya tertarik yang kecil, enak dimasak nasu alikku urang.
Tiba-tiba seseorang menggamit pundak saya dari belakang. Saya berbalik, rupanya salah seorang penjual ikan langganan saya.
"Iye kenapa ki'? Kurang bayaranku he he he?" tanya saya.
"Teai, puang," jawabnya dalam bahasa Makassar yang berarti "Bukan, tuan."
"O begitu..."
"Iye. Ada mau kutanya?"
"Apa mi itu?"
Saya ikuti tarikan tangannya ke arah 5-6 orang temannya yang melihat kami seperti menunggu sesuatu.
"Siapa calon walikota baik dipilih, puang?"
Dorrrrr, rupanya itu pertanyaannya.
"Iye inai baji', puang?" Hampir serempak teman-temannya bertanya dengan pertanyaan serupa.
Setelah menimbang sejenak, saya balik bertanya ke mereka.
"Siapa kita' mau pilih? Yang menentukan siapa baik terpilih, ya kita'. Kan kita yang punya suara, kita juga nanti yang rasakan."
"Saya 2, puang. Appi," jawab salah seorang di antara mereka dengan polos. Saya tatap satu-per-satu, dua orang spontan mengiyakan.
Saya lihat yang menggamit saya ke lingkaran itu justru belum menjawab. Saya tanya, "Kalau kita' siapa kita mau pilih?"
"Sebenarnya 2 juga, puang. Tapi..."
"Tapi kenapa?"
"Tapi saya tidak tahu politik. Makanya kutanyakki', supaya tidak salah pilihka'," katanya polos.
"Kenapa saya kita' tanya?" tanya saya sambil tersenyum.
"Karena kutahu ki', puang. Yang lalu kita kupilih waktu DPD, gambar ta' kutusuk."
Saya tersenyum sambil kutepuk pundaknya. "Terima kasih. Tidak salah pilihan ta', saribbattang."
***
Saat perjalanan pulang dari lelong, saya senyum-senyum sendiri.
Sekelebatan ide sederhana muncul di benak saya : insya Allah besok lanjut berkunjung ke daerah-daerah yang juga mau Pilkada, untuk bertanya langsung ke orang-orang kecil, penentu siapa yang pantas dipilih, sambil tamasya kuliner...
Terima kasih inspirasinya, sahabat lelongku.
--
Salam Takzim
Makassar 212 2020