PEDOMAN KARYA
Rabu, 10 Maret 2021
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Kalau
Ada Pembantu Presiden Mengambil-alih Sebuah Parpol Secara Illegal, Haruskah Dia
Dipecat?
“Kalau ada pejabat di lingkungan kepresidenan atau
pembantu presiden yang melakukan pengambil-alihan kepemimpinan dan kepengurusan
sebuah partai politik secara illegal, haruskah dia dipecat atau dibiarkan saja?”
tanya Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat jalan-jalan pagi seusai shalat
subuh berjamaah di masjid.
“Harus dipecat, karena pasti akan mengganggu
tugasnya sebagai pembantu presiden dan akan merusak citra presiden, apalagi
kalau dia melakukan pengambil-alihan parpol tanpa seizin presiden,” jawab Daeng
Tompo’.
“Bagaimana kalau pengambil-alihan parpol secara illegal
itu memang seizin presiden?” kejar Daeng Nappa’.
“Wah, itu berarti presiden melakukan intervensi
terhadap parpol yang diambil-alih kepemimpinan dan kepengurusannya. Dan itu
preseden buruk bagi demokrasi dan merusak citra presiden,” kata Daeng Tompo’.
“Oh, berarti kalau presiden mau aman, mau baik
namanya, dia harus pecat itu pejabatna?” tanya Daeng Nappa’.
“Harus!” jawab Daeng Tompo’ dengan tegas.
“Serba salahna itu kodong presidenga,” ujar Daeng
Nappa’.
“Tidak gampang memang jadi presiden. Jangankan jadi
presiden, jadi Ketua RW saja tidak gampang,” kata Daeng Tompo’.
“Ka biarki’ maju calon Ketua RW, belum tentuki’ juga
terpilih,” kata Daeng Nappa’ sambil tertawa dan keduanya pun tertawa-tawa. (asnawin)
Rabu, 10 Maret 2021
#TettaTompo