Selamat jalan teman. Terima kasih atas pelajaran (baik secara langsung maupun secara tidak langsung) yang engkau berikan kepada kami dan banyak orang lainnya, pelajaran tentang sopan santun pelajaran tentang demokrasi, dan pelajaran tentang kehidupan. (int)
-----
PEDOMAN
KARYA
Ahad,
16 Mei 2021
In
Memoriam:
Ahmad Hanura, Demokrasi,
dan Teater Kampong
“Demokrasi
sesungguhnya adalah pengawal perbedaan untuk satu tujuan yang lebih baik, bukan
membangun perpecahan...”
Kalimat
yang sangat bijak penuh makna ini bukan ditulis oleh seorang filsuf, bukan pula
oleh seorang pakar ilmu komuniksi. Kalimat ini ditulis oleh seorang pemuda
biasa-biasa saja bernama Ahmad Hanura, di akun Facebook-nya pada 05 Maret 2020,
dan saya sangat terkesan membacanya.
Saya
menemukan postingan ini setelah mencari-carinya di internet, karena ingin
mengenang Ahmad Hanura yang meninggal dunia pada Ahad dini hari, 16 Mei 2021,
di Bulukumba.
Saya
penasaran mencarinya karena Ahmad Hanura adalah teman kecil kami di Bulukumba.
Saya dan beliau berteman sejak kecil, sejak masih bocah. Kami bertemu dan
sering bermain-main di Lapangan Pemuda Bulukumba.
Kami
bermain kelereng, kami bermain layang-layang, dan kami bermain sepakbola
bersama bocah-bocah lainnya hingga kami menanjak remaja.
Usia
saya dengan Nura’, sapaan akrab Ahmad Hanura, hanya terpaut satu tahun. Saya
lebih tua satu tahun tapi kami lahir pada bulan yang sama, bulan Agustus. Sejak
tahun 1986, ketika saya tamat SMA, kami pun sudah jarang bertemu, karena saya hijrah
dan kuliah di Makassar (dulu Ujungpandang).
Sepanjang ingatan saya, Nura’ selalu bersikap sopan kepada semua orang, bicaranya sangat sopan, setidaknya kepada saya dan beberapa teman yang seusia atau yang lebih tua dari kami.
Teater Kampong
Sejak
masih sekolah, Nura’ sudah terlihat memiliki banyak bakat seni, antara lain
pandai bernyanyi dan sering tampil menyanyi di panggung. Juga jago main drama. Kalau
tidak salah, Nura’ juga aktif di Komunitas Seni Teater Kampong, teater yang
didirikan oleh pemuda kerempeng berambut gondrong bernama Dharsyaf Pabottingi.
Teater
Kampong di bawah polesan tangan dingin Cacca, sapaan akrab Dharsyaf Pabottingi,
bukan hanya “jago kandang”, melainkan juga kerap tampil di Makassar, bahkan
hingga ke Jakarta.
Teater
Kampong didirikan oleh Cacca bersama beberapa seniman dan budayawan muda di
Bulukumba pada 10 Oktober 1979, antara lain Idris Aman, Karim Sandi, Kadi Rampa,
dan Idris.
Konsistensinya
berteater di Teater Kampong, membawa Cacca meraih banyak prestasi dan
penghargaan, baik pada tingkat dan provinsi, maupun tingkat nasional.
Supel dan Percaya Diri
Hasil
dari “sekolah” di Teater Kampong itu pulalah yang mengantarkan Ahmad Hanura
menjadi seorang pemuda yang supel dan mudah bergaul, serta selalu percaya diri. Pergaulannya cukup luas.
Belakangan saya dengar dan saya baca di internet (media sosial), Ahmad Hanura menjadi aktivis dan kerap berunjukrasa bersama para aktivis memperjuangkan kepentingan orang banyak.
Di akun Facebook-nya, Nura' jarang membuat postingan. Justru teman-temannyalah yang kerap menandai dirinya dalam berbagai postingan, terutama postingan foto yang dirinya di dalam foto itu. Itu menunjukkan betapa pergaulannya cukup luas dan dirinya disenangi banyak orang.
Dari
berbagai pengalamannya sebagai aktivis itulah, lahir kalimat; “Demokrasi
sesungguhnya adalah pengawal perbedaan untuk satu tujuan yang lebih baik, bukan
membangun perpecahan...”
Selamat
jalan teman. Terima kasih atas pelajaran (baik secara langsung maupun secara
tidak langsung) yang engkau berikan kepada kami dan banyak orang lainnya,
pelajaran tentang sopan santun pelajaran tentang demokrasi, dan pelajaran tentang
kehidupan.
Semoga
amal ibadahmu diterima oleh Allah SWT, dosa-dosamu diampuni, serta kuburmu
dilapangkan dan diterangi. Amin. (Asnawin Aminuddin, wartawan, lahir dan besar
di Bulukumba)
Gowa,
Ahad, 16 Mei 2021