---------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 15 Mei 2021
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Dulu
Menggonggong Penguasa, Sekarang Menggonggong untuk Penguasa
“Sejarah kadang-kadang berulang,” kata Daeng Tompo’ kepada Daeng Nappa’ saat ngopi sore di
teras rumah Daeng Nappa’.
“Sejarah apa seng?” tanya
Daeng Nappa’.
“Dulu, pada zaman Nabi
Musa, pernah ada seorang ulama yang diberi kelebihan oleh Allah SWT dan selalu
dikabulkan do’anya oleh Allah,” tutur Daeng Tompo’.
“Terus,” potong Daeng
Nappa’.
“Dia kemudian ditugaskan
oleh Nabi Musa ke sebuah negeri untuk menyebarkan agama Allah,” lanjut Daeng
Tompo’.
“Terus,” potong Daeng
Nappa’ lagi.
“Tiba di negeri yang
dituju, dia dijamu oleh raja dan diberi fasilitas tempat tinggal lengkap dengan
pembantu rumah tangga, serta berbagai fasilitas lainnya,” tutur Daeng Tompo’.
“Nyamanna itu. Biasa itu
ulama berjuang dari bawah dan butuh perjuangan berat untuk menyebarkan agama,”
potong Daeng Nappa’.
“Setelah mendapat
berbagai macam fasilitas, ulama itu akhirnya lupa dengan tugas yang diberikan
oleh Nabi Musa. Seharusnya dia mendakwahi raja, ini malah dia yang ikut
agamanya raja yang bertentangan dengan agama Allah,” lanjut Daeng Tompo’.
“Jadi?” potong Daeng
Nappa’ penasaran.
“Tetaptongji dijadikan
ulama, tapi bukan lagi ulama yang berdakwah dan menyebarkan agama Allah,
melainkan mengikuti agama yang dianut raja. Dia yang seharusnya berdiri sejajar
bahkan lebih tinggi derajatnya dibandingkan raja, justru berubah menjadi ulama
yang mengikuti keinginan raja. Maka jadilah ia seperti anjing penjaga rumah,
disuruh apa saja selalu menjulurkan lidah dan mengikuti dengan setia segala
perintah tuannya,” tutur Daeng Tompo’.
“Terus apak maksudta’
tadi bilang sejarah kadang-kadang berulang?” tanya Daeng Nappa’.
“Kukhawatirkangi sekarang ini
ada yang seperti itu. Dulu menggonggong penguasa, sekarang menggonggong
untuk penguasa,” tanya Daeng Tompo’ sambal tersenyum.
“Aih, tidak mengertika’,”
kata Daeng Nappa’.
“Janganmaki’ padeng
mengerti sekarang, nantipi. Lihat-lihatmaki’ dulu keadaan, mudah-mudahan
bisatongjaki’ mengerti,” kata Daeng Tompo’ sambil tertawa, sementara Daeng
Nappa’ hanya bisa garuk-garuk kepala. (asnawin)
@TettaTompo
Sabtu, 15 Mei 2021
Obrolan sebelumnya:
Saudara Kita di Palestina Ditembaki, Kita Disini Ketawa-ketawa Saja