Masyarakat menyambut kehadiran agama Islam dengan kelong: “Battu lau’minjo mae, kappala’na Karaeng Makka, mallurang kitta’, mappadongko’ tupanrita.”
Arti bebasnya: Kapal Raja Mekah-Arab Saudi, tiba dari arah barat, membawa kitab Al-Qur’an dan menyertakan ilama penyebar ajaran Islam. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)
-------
PEDOMAN KARYA
Senin, 03 Mei 2021
Kelong Pendidikan Religius (4):
Battu
Lau’minjo mae, Kappala’na Karaeng Makka, Mallurang Kitta’, Mappadongko’ Tupanrita
Oleh:
Bahaking Rama
(Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin)
Awalnya, ada 4 (empat) unsur, yaitu; (1) Ade’/Ada’, (2)
Bicara, (3) Rapang, dan (4) Wari’. Setelah Agama Islam datang, ditambah satu
unsur, yaitu Sara’/Syari’at, sehingga pangngadakkan terdiri atas 5 (lima) unsur.
Unsur sara’ / syari’at
menjiwai ke-4 unsur sebelumnya. Unsur ade’/ada’
yang mengandung aturan-tata krama dalam tatanan kehidupan, diisi dan dijiwai
oleh ajaran Islam.
Sama juga unsur bicara
(yang mengandung aturan hukum), unsur rapang
(yang mengandung aturan qiyas atau perumpamaan), unsur wari’ (yang mengandung aturan kepantasan) semuanya diisi dan
diintegrasikan dengan ajaran Islam, sehingga pangngadakkang masyarakat Bugis-Makassar identik dengan ajaran
Islam.
Al-Qur'an sumber utama ajaran Islam, wajib diimani,
wajib diketahui-dibaca, wajib dipahami, dan wajib diamalkan.
Masyarakat menyambut kehadiran agama Islam dengan kelong:
“Battu lau’minjo mae, kappala’na Karaeng Makka, mallurang kitta’, mappadongko’ tupanrita.”
Arti bebasnya: Kapal Raja Mekah-Arab Saudi, tiba
dari arah barat, membawa kitab Al-Qur’an dan menyertakan ulama penyebar ajaran
Islam.
Pelajaran dasar pendidikan Islam adalah Al-Qur’an.
Wajib diajarkan pada anak, baik di lembaga pendidikan informal (rumah tangga),
formal (sekolah), maupun nonformal (masyarakat).
Pada tahun 1603, awal abad-17 Masehi, masa kerajaan
Imangngarangi Daeng Manrabbia (Sultan Alauddin) disepakati secara formal Islam
masuk dan berkembang di Sulawesi Selatan.
Tupanrita menurut kelong di atas adalah (1) Abdul
Makmur Khatib Tunggal (Datuk Ribandang) mengambil posisi pusat dakwah di daerah
Tallo-Makassar, (2) Khatib Sulung Sulaiman (Datuk Ripattimang) mengambil posisi
pusat dakwah di Pattimang Luwu, (3) Maula Abdul Jawad khatib Bungsu (Datuk
Ritiro) mengambil posisi pusat dakwah di Hila-hila Bontotiro, Bulukumba.
Sebelumnya, ada Tuan Anak koda Bonang, mendakwahkan
Islam pada komunitas saudagar Islam melayu di Kampung Mangngallekana Somba Opu,
Gowa.
Pihak kerajaan sangat mendukung dan berperan aktif
menyebarkan Islam dan mengajarkan Al-Qur’an di berbagai lembaga pendidikan.
Para ulama pewaris nabi bertanggung jawab penuh dan ikhlas beramal, demi
kemajuan Islam dan keselamatan umat, dunia dan akhirat.
Masyarakat berharap, supaya generasi muda menjadi
generasi Qur’ani. Para guru mengaji dan ulama dapat melaksanakan tugas sucinya
sebagai pembawa nur cahaya keselamatan dari gangguan kezdaliman, minazzulumati
ilannur.
Pemerintah melindungi para guru mengaji dan ulama,
sehingga masyarakat damai, maju, dan modern karena Islam membumi sebagai
rahmatallil aalamin.
Dekatkan diri dan anak-anak dengan masjid, dekatkan
diri dan anak-anak dengan ulama, dekatkan diri dan anak-anak dengan Al-Qur’an.
Hiasi rumah tangga dengan tadarrus Al-Qur’an.
Dengan Al-Qur’an, manusia bisa sehat. Dengan Al-Qur’an,
peradaban maju, dan dengan Al-Qur’an, manusia selamat dunia akhirat karena
berada di jalan lurus, jalan kebenaran. Semoga. Amin. (bersambung)
-----
Artikel sebelumnya:
Kelong Pendidikan Religius (3): Teaki Lanre Mannyomba, Rikaraeng Mappa’jari
Kelong Pendidikan Religius (2): Teako Malanre Nikatuwo Kasiasi
Kelong Pendidikan Religius: Sambayannu Alle Lipa’, Puasanu Alle Baju