---------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 22 Mei 2021
In
Memoriam:
Senyum
Bahagia Guruku AGH Sanusi Baco
Oleh:
Bahaking Rama
(Guru Besar Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar)
Tujuh hari sudah berlalu,
almarhum Dr (HC) AGH Muhammad Sanusi Baco Lc (mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia Sulsel, dan mantan Ketua Nahdlatul Ulama Sulsel) telah meninggalkan kita semua.
Beliau wafat Sabtu malam, 15 Mei 2021, dua hari setelah Hari Raya Idul Fitri
1442 Hijriyah, hari kemenangan karena mensucikan diri selama bulan Ramadhan.
Manusia diciptakan oleh Allah
SWT, lahir dalam keadaan fitrah, suci-bersih tanpa dosa. Setiap muslim selalu
berupaya dan berdo’a supaya kembali menghadap Ilahi dalam keadaan fithrah,
suci-bersih tanpa dosa sebagai waktu dilahirkan.
AGH Sanusi Baco telah kembali
menghadap Ilahi, dalam keadaan fitrah, ridha, dan diridhai. Beliau akan
menempati surga, tempat hidup bahagia, kekal-abadi selamanya dengan izin dan
ridha Allah, aamiin YRA.
Dalam pengalaman saya
bersama Anregurutta (sapaan akrab yang artinya sama dengan Kiai, red), ada empat kejadian penting beliau
memperlihatkan “senyum, bahagia.”
Pertama, pada tahun 1974,
sebagai dosen, beliau mengajarkan mata kuliah Fiqhi Ibadah (salah satu pokok
bahasannya adalah shalat wajib) kepada mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin
Makassar. Saya salah seorang di antara mahasiswa itu.
Materi ajar mudah
dipahami karena cara mengajarnya sistematis, tenang, dari hati yang dalam, dan
tampak sangat ikhlas. Dalam mengajar, beliau sangat piawai memfungsikan
pendengaran, penglihatan, dan hati mahasiswanya untuk memahami materi kuliah
yang diajarkan.
Beliau gunakan metode
ceramah untuk fungsi pendengaran, metode examples untuk fungsi penglihatan, dan
metode drama, fi’liyah, praktek untuk memfungsikan hati mahasiswanya.
Setelah menjelaskan
materi kuliah, beliau membuka kesempatan bertanya. Ada beberapa pertanyaan
sekaitan perbedaan paham dan amalan dalam shalat. Tanya jawab berjalan dinamis.
Beliau menjawab semua pertanyaan dengan banyak merujuk pendapat para Imam
Mazhab.
Beliau sangat demokratis,
toleran, dan moderat, menyerahkan pilihan pada mahasiswa, pendapat mazhab mana diyakini. Pada
kesempatan tanya jawab itulah, beliau selalu terlihat senyum, pertanda bahagia
menyaksikan antusiasme, kesungguhan, dan keikhlasan mahasiswanya bertanya untuk
menerima ilmu dari Anregurutta.
Kedua, pada akhir tahun 1983,
saya menemui Anregurutta memohon kesediaannya membawakan ceramah takziyah, pada
tanggal 30 Desember di salah satu desa di Jeneponto atas wafatnya tante saya
(Lantera Daeng Romba). Mendengar permohonan itu, beliau dengan senyum khasnya
langsung memenuhi permohonan saya.
Pada jam 17.00 sore di tanggal
30 Desember itu, saya jemput beliau di rumah jalan Pongtiku Makassar. Sepanjang
perjalanan pergi dan pulang Makassar-Jeneponto, saya banyak mendapat petuah,
nasehat, dan ilmu dari beliau, apalagi saya masih tergolong dosen muda, baru.
Pada acara malam takziyah
di Jeneponto, jamaah takziyah tergolong besar (banyak). Maklum karena
masyarakat sangat berharap bisa bertemu dan mendengar langsung Pak Kiai
membawakan ceramah, yang selama ini hanya mengenal namanya.
Jamaah takziyah yang tergolong
besar itu, sangat antusias dan tenang, khusuk mengikuti ceramah beliau yang
memang menarik. Anregurutta “senyum, bahagia"” menyaksikan bahwa masih
banyak umat yang mau mendengar ceramah agama. Beliau senyum, bahagia menyaksikan
kesungguhan dan keikhlasan jama'ah ta'ziyah mengikuti ceramah.
Ketiga, pada bulan Mei
tahun 1987, kembali saya jumpai beliau (seingat saya masih di Jalan Pongtiku,
Makassar) memohon kesediaan Anregurutta membawakan ceramah takziyah di Jalan
Baji Gau Makassar, atas wafatnya mertua perempuan saya.
Seperti biasanya, dengan
senyum khasnya, beliau langsung menerima dan memenuhi permohonan itu. Pada
acara malam takziyah, banyak hadir mahasiswa program khusus (qiraat, ulumul Qur'an)
IAIN Alauddin Makassar.
Sepanjang ceramah, jamaah
takziyah sangat khusyuk mendengarkan ceramah agama. Anregurutta “senyum,
bahagia” menyaksikan kehadiran banyak mahasiswa, generasi muda beratensi,
sangat khusyuk menyimak dan mendengarkan ceramah talziyah.
Keempat, pada Bulan Juni
tahun 2016, bertepatan bulan Ramadhan, kembali beliau ditemui oleh Dr Halim
Talli (dosen UIN Alauddin Makassar, yang juga keluarga kami) dan dimohon
perkenan dan kesediaannya semoga Anregurutta bersedia membawakan ceramah
takziyah di Jalan Bontotangngang, Pao-pao, Gowa, atas wafatnya Dra Hj Mantasiah
M Daeng Riolo (istri saya).
Pak Kiai langsung menerima
dan memenuhi permohonan. Jamaah takziyah, selain dari unsur keluarga, handai tolan
dan masyarakat, juga hadir dari unsur pimpinan, dosen, dan karyawan UIN
Alauddin Makassar.
Anregurutta “senyum,
bahagia” menyaksikan kehadiran pimpinan, dosen dan karyawan UIN Alauddin
Makassar (mahasiswanya dahulu) sebagai jamaah takziyah, yang khusyuk dan ikhlas,
kembali meneriama wejangan dan ilmu dari gurunya.
Dari keempat pertemuan di
atas, saya menemukan bahwa Anregurutta adalah sosok pribadi yang (a) sangat
mencintai, menyayangi, dan memperhatikan keluarga. (b) sosok yang tidak mau
mengecewakan siapa saja yang bermohon do’a dan bermohon kesediaan beliau
membawakan ceramah agama, takziyah.
(c) Pribadi yang moderat
(tidak fanatik memaksakan kehendak) kepada mahasiswanya agar mengikuti aliran
mazhab keagamaan yang dianutnya, (d) gemar menanyakan keadaan kesehatan
keluarga teman bicaranya dan senang memberikan petuah keagamaan untuk
keselamatan hidup bagi teman bicaranya.
(e) Merasa bahagia
melihat orang lain sukses (terutama kalau itu murid atau mahasiswanya), (f) gembira
melihat masyarakat, generasi muda yang aktif mengikuti tauziyah, menuntut ilmu,
dan mendengarkan nasihat ulama.
(g) Hidup sederhana,
menerima apa adanya, tidak mempersoalkan kondisi dan jenis kendaraan apa yang
dipakai menjemput, mengantar ke acara takziyah, baik dalam maupun luar kota.
Tanteku, mertua
perempuanku, dan istriku adalah perempuan yang saya sangat cintai, insya Allah ketiganya selamat dan bahagia di
alam kuburnya atas berkat do’a dari Anregurutta pada acara malam takziyahnya
masing-masing dan do’a dari anak, keluarga.
Almarhum Anregurutta Sanusi
Baco, guruku, tetap “Senyum, bahagia” di alam kuburnya menerima do’a
keselamatan dari setiap murid dan mahasiswanya, kita semua.
Selamat jalan gurunda, do’aku
selalu menyertai, semoga tetap senyum, hidup bahagia di alam yang baru atas
ridha dan kasih sayang Allah SWT. Aamiin YRA.
Pao-pao, Gowa, Sabtu, 22
Mei 2021