------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 01 Juli 2021
Doa
Berjiwa Diamku
Oleh:
Maman A Majid Binfas
(Dosen Pascasarjana Uhamka
Jakarta, dan Unismuh Makassar)
Esensi saling mendoakan
antara sesama makhluk Tuhan, terutama yang diyakini oleh kaum mukmin sangat
dianjurkan. Di mana hakikat untuk saling mendoakan adalah dimensi keimanan
berlogika tinggi di atas rata-rata, dikarenakan radius doa akan berbuah butiran
cahaya yang didapatkan setimpal, baik yang didoakan maupun mendoakannya.
Untuk itu, kaum beriman
pada Tuhan sangat dianjurkan dan sebaiknya tidak terlalu kikir untuk saling
mendoakan. Walaupun, ia pernah menyakitkan hati kita sekalipun, baik secara
terang-terangan maupun secara ghaib tanpa diketahui. Tidak mesti kita balas
dendam dan kikir untuk memaafkannya, serta mendoakan guna dilapangkan jalan di
sisi-Nya. Akan lebih baik, kita saling mendoakan tanpa sepengetahuannya,
sebagaimana esensi hadits diriwayatkan oleh HR Muslim, no 4094, _yang artinya:
“Tidak ada seorang hamba
Muslim yang berkenan mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang
didoakan kecuali malaikat mendoakan orang yang berdoa tersebut dengan kalimat
‘Kamu juga mendapat sama persis sebagaimana doa yang kamu ucapkan itu,”
Kemudian, Muhammad
Abdul Baqi, dan dunukilkan oleh Ahmad Mundzir (2020) memaknai esensi diksi
“zhahrul ghaib” dalam redaksi hadits di atas adalah tanpa sepengetahuan orang
yang didoakan.
Apabila kita mendoakan
orang lain secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang yang kita doakan, dan
bermanfaat bagi pribadi kita sendiri. Kadarnya pun sebagaimana isi doa yang
kita panjatkan untuk orang lain tersebut, tanpa berkurang sama sekali.
Mengapa mendoakan perlu
tanpa sepengetahuan orang yang didoakan?
Tentu esensial menjadi
rahasianya, di mana orang yang mendoakan secara diam-diam tentu lebih ikhlas
tanpa mengharap imbalan apa pun dari orang yang didoakan.
Oleh karena itu, semakin
banyak kita mendoakan orang lain, malaikat semakin banyak pula mendoakan kita
sebagaimana esensi hakikat dari kandungan hadits di atas.
Kenapa kita mesti kikir
saling mendoakan, padahal mendoakan orang lain juga untuk kita pula. Rasa kikir
koq dipelihara biar dengan diri sendiri dikikirin pula.
Minimal dalam diksi
dilantunkan, baik berupa ucapan biasa maupun syair puisi berjiwa sekalipun.
...
Sukma cinta tiada jua
mesti dimiliki secara kasat mata
tetapi tertancap dalam
jiwa__
Walau
sungguh tiada dapat
terukir dengan durasi diksi betapapun
nestapa atau apapun
tetapi ampunan
mesti terjalin
melalui suratan Tuhan
Sukma Cinta berjiwa
mungkin tanpa antara
denyutan rasa dalam hati
Tentu
anugerah takdir Tuhan
dan kenyataan
mesti
diterima
tiada dapat dipungkiri
bertautan
menjadi poros atmosfir
kehidupan tetapi ada pilar mesti jadi pilihan tanpa menodai
kemilauan Arsy nur Ilahi
_aku mengenali
dan berjejak
juga hampa jarak
akan mendoakan
semoga
tetap menjadi sukma
berjiwa
pada Arsy poros Ilahi
sesuai lafad kosa kata
namamu _
tiada berjarak
juga sesak
dan terjebak
harapan terbaik
Dariku
untuk raga jiwamu
Dalam doa nafas diamku__
(30 Juni, 2021)
Esensi diksi “Doa Berjiwa
Diamku” boleh saja dimulti-tafsirkan oleh orang lain. Itu hal yang bersifat
wajar, dan esensi kebebasan juga di dalam memaknai tanpa memahami arti yang
sesungguhnya, menjadi soal biasa saja. Tidak mesti dikerangkeng atau di-lockdown,
seperti logika budaya ketakutan berlebihan karena radiasi depresi oposan di era
zaman lelangan ini.
Tidak juga kita mesti
ikutan ketakutan berlebihan karena bias Covidien, kemudian ikutan beringas
menglockdown doa dengan kekikiran berlebihan untuk saling mendoakan sesama
mahluk Tuhan, yang lagi tertimpa musibah bencana.
Prosais “Lagi Lockdown”
berikut ini, juga merupakan esensi rasa iba dalam gelora jiwa yang bersifat “zhahrul
ghaib” dalam dimensi lain, namun tersirat makna hampir sama dengan diksi “doa
berjiwa diamku” di atas.
LAGI
LOCKDOWN LAGI
Lockdown lagi di Jakarta
bukan jua maut hitam
Lalu, melepas maskeran
__ seakan mencekam tanpa
ampun
Hingga tiada boleh
berpose santai,
sekalipun pada gedung
berlantai begini
walau sekali
lagi santai, _tiada mesti
berkali-kali
_juga lockdown
Kini, berjauhan kerumunan
dari rutinitas literasi, boleh jadi pilihan kehidupan dalam pengabdian kepada
Sang Keabadian
_tanpa lockdown
_di lain sisi
Boleh jadi
juga sebagai wujud fardhu
kifayah, berdimensi pilihan, tentu lebih bermakna dalam fantasyiru fil-ardhi
bersuratan
hingga tiada berlaku lagi
Lockdown
Bukan jua
Lockdown
hampa tiada berhingga__
Salam doa kami
semoga kita terbebas dari
bencana,
menjadi diksi cinta
sesama__
Mungkin jua mesti
Lockdown ?
LAGI
LOCKDOWN LAGI
JAKARTA
Biasanya siang begini
jalan ini tiada sepi
bahkan prapatan
super mampet
juga lengket di atas
rata-rata__
...(23 Juni 2021)
Mari saling lengketkan
ukhuwah Islamiah, minimal jangan kikir untuk saling mendoakan antara sesama,
bahkan kepada musuh sekalipun dengan secara diam-diam semoga ia segera siuman
pula.
Wallâhu a’lam bis shawâb.