Selasa, 20 Juli 2021. Sekira pukul 15.40 Wita. Usai salat ashar. Saya menerima ucapan selamat merayakan Idul Adha dari seorang teman. Saya membalasnya dengan senang. Menanyakan kabar. Dan, seperti biasa, bercanda. Juga, sempat mengingatkan satu sama lain untuk menjaga diri di masa pandemi Covid-19. Singkat cerita, entah kenapa, tiba-tiba WA saya tidak bisa saya gunakan (dibajak orang lain, red).
-------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 20 Juli 2021
SURAT PEMBACA
WA Saya Dibajak, Petaka
di Hari Kurban
Selasa, 20 Juli 2021.
Sekira pukul 15.40 Wita. Usai salat ashar. Saya menerima ucapan selamat
merayakan Idul Adha dari seorang teman. Saya membalasnya dengan senang.
Menanyakan kabar. Dan, seperti biasa, bercanda. Juga, sempat mengingatkan satu
sama lain untuk menjaga diri di masa pandemi Covid-19.
Singkat cerita, entah
kenapa, tiba-tiba WA saya tidak bisa saya gunakan (dibajak orang lain, red). Tak lama berselang, beberapa
teman menghubungi. Mereka, antara lain; Humas Unhas, DR Ishak, yang juga senior
saya dahulu di Fakultas Sospol Unhas.
Selanjutnya, teman main
saya, H Ashura yang juga notaris. DR Irzal Nur, dosen Geologi Unhas. Owner
Warkop TKP, H Agus. Dan, masih banyak lagi.
Intinya, mengabarkan
kalau WA saya, mencurigakan. "Benar Kak, WA saya tiba-tiba berpindah
tangan. Ada yang hack. Tolong, saya dikeluarkan dari grup. Sekalian, minta
bantuan agar dikabarkan ke teman-teman lain agar tidak menjadi korban penipuan,
misalkan," pinta saya, yang masih seakan tak percaya.
Setelah itu, saya hubungi
tim IT. Kebetulan di kantor ada yang jago IT. Putri saya, Dea, juga saya minta
untuk kembali mencari solusi. Bagaimana pun caranya, kembalikan WA itu atau
matikan secara total.
Sekira pukul 17.00 Wita,
Dea mengabarkan kalau WA itu sudah bisa direbut kembali. Selama kurang lebih
dua jam, WA berpindah tangan. Dan, nyaris semua grup dimasuki untuk meminta
macam-macam.
Rekan-rekan semuanya,
dengan penuh kerendahan hati, saya memohon maaf. “Petaka” di hari kurban ini,
menjadi pembelajaran berarti.
Sebagai catatan, jika ada
yang chat untuk meminta kode,--walaupun saya juga tidak sadar ngasih kode atau
tidak--perlu berhati-hati. Penegasan saya; siapa pun. Dan, sebaiknya, untuk
klarifikasi, perlu menelepon langsung yang bersangkutan.
Sehingga, kepastian
informasinya akurat. Salahnya saya, karena teman,---yang mungkin juga hpnya
dihack---tidak saya hubungi terlebih dahulu. Atau mungkin juga, ini yang
disebut musibah.
Kedua, dunia maya
mengajarkan kita untuk super selektif. Saya kembali menekankan, perlu super
selektif. Karena, bisa jadi, subjek yang menginfokan sesuatu, bukan orang yang sesungguhnya.
Dan terakhir,-- sekali
lagi---maafkan atas kejadian ini. Semoga menjadi pembelajaran buat saya.
Sekaligus, informasi yang bisa membuat kita,--semua-- lebih berhati-hati. Terima
kasih.
Hormat saya,
Subhan
Yusuf
(Warga Makassar)