---------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 13 Agustus 2021
In
Memoriam Arief Djasar, Wartawan Olahraga Harian Pedoman Rakyat (4-habis):
Postingan
Religius dan Postingan Inspiratif Jelang Kematian
Oleh:
Asnawin Aminuddin
(Wartawan Pedoman Karya)
Ia cukup aktif mengikuti
atau mengadakan berbagai kegiatan sebagai Ketua ORW 01 Kelurahan Mappala, Kecamatan
Rappocini, dan hampir setiap kegiatannya ia posting di akun Facebook-nya,
sehingga warga ORW yang dipimpinnya dapat mengetahui, termasuk masyarakat umum.
Kegiatan yang
diselenggarakan antara lain pengajian rutin Majeli Taklim Nurul Falah RW 01
Kelurahan Mappala, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, pekan olahraga dan seni
tingkat RW (lomba panjat pinang, pertandingan bulutangkis, lomba senam, pertandingan
sepak takraw, dll), bersama warga menciptakan lorong cantik nan produktif, serta
membuat jembatan setapak / lorong.
Arief Djasar sebagai
Ketua RW juga aktif mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan oleh pemerintah
kecamatan, pemerintah kota, maupun Anggota DPRD Kota Makassar dan Anggota DPRD
Sulsel, antara lain Sosialisasi Ranperda Baca Tulis Al-Qur’an.
Guna menciptakan
keakraban dengan berbagai pemangku kepentingan dan warga, Arief Djasar juga
kerap ngopi bersama dengan Babinsa dan Bhabinkamtibmas, serta para Ketua RW dan
Ketua RT di Kelurahan Mappala.
“Ketemu dengan ibu lurah,
Binmas dan babinsa Mappala. Tdk ada topik khusus dibahas, murni hanya menjaga
imun dengan sekali2 candaan yg bisa memperpanjang umur,” tulis Arief Djasar di
akun Facebooknya.
Postingan
Religius
Dalam beberapa tahun
terakhir menjelang kematiannya, Arief Djasar sering memposting video, foto,
atau artikel yang berbau religius di akun Facebook-nya.
Video religius yang ia
posting antara lain seorang pasien yang melaksanakan shalat dalam keadaan
diopname di rumah sakit dengan selang infus di hidung, serta beberapa selang di
beberapa bagian tubuhnya.
Juga video seorang
perempuan yang tidak punya tangan dan memberi makan, memandikan, dan memakaikan
pakaian kepada anak bayinya dengan menggunakan kedua kakinya.
Video lain yaitu seorang
pria cacat yang tetap bekerja membanting tulang meskipun ia berjalan dengan
punggungnya sambil memegang sebuah gerobak, membawa batu bata, serta membawa
kardus bekas.
Postingan
Inspiratif
Arief Djasar juga
memposting foto pelari asal Kenya, Mutai, dan pelari Spanyol, Ivan Fernandes.
Peristiwa terjadi pada Desember 2012. Pelari asal Kenya, Abel Mutai, berada di
depan para pelari lain menjelang garis finish pada sebuah lari cross-country di
Burlada, Spanyol.
Mutai pun merasa sudah
menyelesaikan larinya. Namun, Ivan Fernandes Anaya, pesaingnya dari Spanyol,
yang berada tepat di belakang Mutai, melihat yang sebenarnya terjadi. Mutai
belum benar-benar melewati garis finish.
Namun bukannya mengambil
keuntungan dari kondisi tersebut, Anaya malah memberikan tanda melalui gerakan
tangan agar Mutai melanjutkan langkahnya, agar benar-benar melewati garis
finish dan menjadi juara pertama.
“Saya tidak berhak untuk
memenanginya,” ujar Anaya seusai lomba.
Dia menambahkan, “Saya
hanya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan. Dialah pemenang yang sah. Dia
kesalahan yang tidak dapat saya manfaatkan.”
Seorang jurnalis bertanya
kepada Ivan, “Mengapa Anda melakukan itu?”
Ivan menjawab, “Impian
saya adalah suatu hari nanti kita hidup bersama dan memiliki moral yang baik di
dalam masyarakat.”
Wartawan itu bersikeras,
“Tapi mengapa Anda membiarkan orang Kenya itu menang?"”
Ivan menjawab, “Saya
tidak membiarkan dia menang, memang dia akan menang.”
Wartawan itu bersikeras
lagi, “Tapi Anda bisa menang jika tidak membantunya?”
Ivan memandangnya dan
menjawab, “Tapi apa manfaat dari kemenangan saya? Apa kehormatan dari medali
itu? Apa yang akan ibu saya pikirkan dan katakan tentang itu kepada saya?”
Sementara ada orang
begitu bangganya terpilih jadi pemimpin dengan cara curang. Dia lupa kalau
curang itu telah merampas hak orang lain, dan apa yang dimakan dari hasil
kecurangan itu tidak halal.
Kisah
Rasulullah
Pada bulan Maret 2021, saya
mengirimkan Kisah Rasulullah Muhammad SAW secara bersambung kepada kurang lebih
40 orang keluarga dan teman melalui jaringan WhatsApp (WA). Salah satu di
antaranya yaitu Arief Djasar. Kisah Rasulullah itu saya kirimkan setiap hari.
“Mantap ustadz, brp
episode?” tanya Arief Djasar.
“Mungkin sekitar 60
episode,” jawab saya.
“O iya ustadz siap,” kata
Arief Djasar.
“Berbagi ji kodong,
mudah2an bermanfaat, he..he..he..,” kata saya.
“Insya Allah sangat
bermanfaat. Terima kasih ustadz kiriman kisahnya Nabi Muhammad,” kata Arief
Djasar.
Arief Djasar senang
sekali membaca Kisah Rasulullah, bahkan jika saya terlambat mengirim, beliau
langsung menagih. Saya tentu saja senang, karena tagihan itu menunjukkan bahwa
beliau senang membacanya.
“Knp terlambat dikirim
ustadz?” tanya Arief Djasar.
“Saya lupaki, saya kira
sudahmi saya kirim tadi pagi, he..he..he..,” jawab saya.
Beberapa hari kemudian,
saya terlambat mengirim lanjutan Kisah Rasulullah, dan Arief Djasar langsung
menagih.
“Kayaknya dua harimi tdk
dpt kiriman ustsdz,” kata Arief Djasar.
Membezuk
Ibu di Selayar
Pada bulan Ramadhan 1442
Hijriyah, yang bertepatan dengan bulan April dan Mei 2021, Arief Djasar pulang
ke Selayar. Ia kemudian mempostig di media sosial suasana buka puasa bersama
keluarga, termasuk sepupu satu kalinya, Saiful Arif.
“Alhamdulillah, di
Makassar atau di Selayar ini?” tanya saya.
“Di Selayar sama sepupu-sepupu
semua,” jawab Arief Djasar.
Sepuluh hari kemudian,
saya japrian lagi di WA bersama Arief Djasar, dan ternyata beliau masih berada
di Selayar.
“Deh, lamata’ itu di
Selayar,” kata saya.
“Ibu lagi sakit ustadz, saya
sudah 2 minggumi di Selayar,” kata Arief Djasar.
“Oh kodong, sakit apaki?
Mudah2an masih diberi kesembuhan, amin...,” kata saya.
“Sudah tuami ustadz, 89
thn mi,” kata Arief Djasar.
Ternyata kunjungannya ke
Selayar membezuk ibunya yang sakit adalah kunjungannya yang terakhir ke
Selayar, sekaligus pertemuan terakhirnya dengan sang ibunda tercinta.
Ibunya meninggal dunia
pada 05 Agustus 2021 di Selayar, dan Arief Djasar meninggal 18 jam kemudian,
tepatnya pada Jumat, 06 Agustus 2021.
“Beda 18 jam ji Om,”
ungkap salah seorang anak Arief Djasar kepada saya saat saya melayat jenazah
Arief Djasar, beberapa jam sebelum dimakamkan.
Semoga Kisah Rasulullah yang saya kirimkan secara rutin kepada Arief Djasar melalui jaringan WA, berpengaruh secara positif ke dalam dirinya, yang membuat imannya bertambah kuat hingga akhir hayat, amin.
Selamat jalan saudaraku, kakandaku yang baik hati. Semoga amal ibadahmu diterima di sisi Allah SWT dan dosa-dosamu diampuni, amin...
-------
Peduli kepada PWI Sulsel dan Wartawan
Berjuang Bersama Andi Mattalatta Melawan Gubernur Sulsel Yang Ingin Menjual Stadion Mattoanging
In Memoriam Arief Djasar, Wartawan Olahraga Harian Pedoman Rakyat (1)