------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 23 September 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (18):
Muhammad
Ikut Berperang pada Perang Fijar
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Abu Thalib segera
melaksanakan apa yg disarankan oleh Buhaira, karena peringatan itu memang
beralasan.
Segera, setelah Abu
Thalib dan Muhammad meninggalkan rumah Buhaira, datanglah tiga orang ahli kitab
bernama Zurair, Daris, dan Tammam kepada Buhaira. Ketiganya menyandang senjata
di pinggang. Mereka bertanya kepada Buhaira apakah ia juga melihat seorang anak
dengan ciri-ciri seperti ini dan itu.
Buhaira tahu bahwa mereka
mencari Muhammad. Rupanya, ketiga orang ini juga telah mendengar tentang Muhammad.
Buhaira memandang senjata-senjata yang mereka bawa dengan perasaan ngeri.
Buhaira tahu mereka
mencari Muhammad dengan maksud membunuhnya. Oleh karena itu, Buhaira berusaha
memberikan perlindungan kepada Muhammad.
Tidak henti-hentinya
Buhaira menasihati ketiga tamunya akan adanya kekuasaan Allah. Diingatkannya
bahwa bagaimanapun usaha mereka, mereka tidak akan mampu mendekati Muhammad
untuk membunuhnya.
Akhirnya, ketiganya pun
melihat kebenaran dalam perkataan Buhaira. Batallah niat mereka untuk mengejar
dan membunuh Muhammad, kemudian berlalulah mereka dari hadapan Buhaira.
Allah menjaga Muhammad
dari kejahatan dan kotoran-kotoran jahiliyah. Allah membimbing Muhammad tumbuh
menjadi orang yang paling ksatria, paling baik akhlaknya, paling mulia
asal-usulnya, paling baik pergaulannya, paling agung sikap santunnya, paling
murni kejujurannya, paling jauh dari keburukan dan akhlak yang mengotori kaum
lelaki, sehingga semua orang menjulukinya “Al Amin”, karena Allah mengumpulkan
sifat-sifat itu pada diri Muhammad.
Kelak setelah menjadi
Rasul, Muhammad bercerita tentang perlindungan Allah kepadanya sejak masa kecil
dari segala bentuk kejahiliyahan.
Rasulullah bersabda, “Pada
masa kecilku, aku bersama anak-anak kecil Quraisy mengangkut batu untuk satu
permainan yang biasa dilakukan anak-anak. Semua dari kami melepas baju untuk
alas di atas pundak (sebagai ganjalan) untuk memikul batu.”
Beliau kemudian melanjutkan
dengan mengatakan, “Aku maju dan mundur bersama mereka. Namun, tiba-tiba seseorang
yang belum pernah aku lihat sebelumnya menamparku dengan tamparan yang amat
menyakitkan. Ia berkata, kenakan pakaianmu! Kemudian, aku mengambil pakaianku
dan memakainya. Setelah itu, aku memikul batu di atas pundakku dengan tetap
mengenakan pakaian dan tidak seperti teman temanku.”
Membantu
Paman
Muhammad juga pernah
menjadi gembala sewaan, untuk membantu Abu Thalib yang hidup dalam kemiskinan
Perang
Fijar
Sebagai seorang remaja
yang tumbuh di lingkungan Jazirah Arab, Muhammad juga mengalami perang. Perang
itu disebut Perang Fijar. Saat peperangan dimulai, Umur Muhammad memasuki lima
belas tahun. Perang itu sendiri disebabkan sebuah pembunuhan.
Barradz bin Qois dari
Bani Kinanah membunuh Urwa Ar-Rahhal bin Utba dari Bani Hawazin, hanya karena Barradz
jengkel ketika Urwa dipilih untuk memimpin kafilah dagang Nu’man bin Mundhir
yang kaya.
Diam diam, Barradz
mengikuti kafilah Urwa dari belakang dan membunuh Urwa, padahal ketika itu
adalah bulan suci, bulan yang tidak diperkenankan bagi siapa pun untuk
menumpahkan darah.
Karena Quraisy pelindung
Barradz, Bani Hawazin mengumumkan perang terhadap Quraisy untuk membalas
kematian Urwa. Perang pun pecah pada bulan suci. Selama empat tahun
berturut-turut, kedua belah pihak saling menyerang.
Dalam pertempuran itu,
awalnya Muhammad bertugas memunguti anak panah lawan yang berjatuhan dan
memberikannya kepada paman-pamannya. Namun, pada tahun-tahun berikutnya, dia
juga meluncurkan panah ke arah lawan untuk melindungi paman-pamannya.
Perang pun berakhir
dengan perdamaian ala pedalaman: pihak yang menderita lebih sedikit korban
manusianya harus membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sejumlah selisih
kelebihan korban. Dalam hal ini, pihak Quraisy yang lebih sedikit menderita
korban harus membayar kelebihan korban sebanyak dua puluh orang Hawazin.
Barradz
bin Qois
Barradz bin Qois, si
penyebab Perang Fijar, adalah seorang pemabuk. Karena merusak citra sukunya,
dia diusir dan mendapat naungan suku lain. Namun di sana, dia juga mabuk berat
dan membuat onar kemudian diusir lagi.
Akhirnya, Harb bin
Muawiyah, ayah Abu Sofyan, menampungnya walaupun hampir saja Barradz bin Qois
diusir lagi, karena terus berbuat onar.
Dikarenakan perlindungan Harb dari Quraisy inilah, Bani Hawazin menyerang Quraisy ketika Barradz bin Qois membunuh Urwa bin Utba. (bersambung)
Kisah Nabi Muhammad (19):
Muhammad Ikut Menyaksikan Perjanjian Hilful Fudhul
Kisah sebelumnya: