---------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 21 September 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (16):
Muhammad
Mengikuti Kafilah Dagang ke Negeri Syam
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Hati Muhammad kecil
merasa pengap dengan kehidupan di Mekah. Setiap hari, dilihatnya anak-anak
fakir miskin seusianya bekerja bersama-sama dengan bertelanjang tanpa rasa
malu.
Muhammad juga melihat
setiap malam pintu rumah orang-orang kaya tertutup rapat. Di dalam, mereka
berpesta pora, menyaksikan para penari, dan bermabuk-mabukan sampai pagi sambil
dijaga oleh para budak. Padahal, di tempat lain, ia melihat orang-orang
berjuang mencari rezeki antara hidup dan mati.
Muhammad sering sekali
melintas di depan gubuk-gubuk reyot dan rumah-rumah kumuh. Pintu-pintu mereka
juga tertutup rapat, tetapi di dalamnya tinggal orang-orang yang hidup
menderita.
Orang-orang itu jika
tidak memiki bahan makanan, besok atau lusa terpaksa menggadaikan anak gadis,
istri atau ibunya untuk dikumpulkan menjadi budak para saudagar demi melepaskan
diri dari lilitan hutang.
Di depan gubuk-gubuk itu,
Muhammad melihat para pemuda berkumpul. Pikiran mereka dipenuhi impian tentang
datangnya mukjizat yang akan mampu membebaskan Mekah dari kebiadaban. Para
pemuda itu berkumpul mengelilingi seorang laki-laki yang bercerita tentang
legenda-legenda indah orang-orang terdahulu yang berjuang melawan raja yang
sewenang-wenang.
Suatu saat, pada usia
Muhammad 12 tahun, Abu Thalib berniat pergi berdagang ke Syam untuk mencari
nafkah.
“Ajaklah aku, paman!”
pinta Muhammad
“Tetapi, perjalanan
padang pasir begitu sulit dan jauh! Aku tidak tega mengajak anak sekecilmu
menempuh kesulitan sedemikian berat!” jawab Abu Thalib.
Saat itu, hanya Abu Thalib
tempat Muhammad berlindung. Ia merasa amat kesepian jika harus menghadapi
kehidupan Mekah seorang diri, tanpa ada paman di sampingnya.
“Kepada siapakah paman
akan meninggalkan aku seorang diri apabila paman pergi nanti?” tanya Muhammad
begitu mengiba.
Abu Thalib sangat
terharu,
“Demi Allah, aku pasti
membawanya pergi. Ia tidak boleh berpisah denganku dan aku tidak boleh berpisah
dengannya selama-lamanya,” kata Abu Thalib dalam hati.
Lihb
Si Peramal
Orang-orang Quraisy
sering mendatangi Lihb dengan membawa anak-anaknya untuk diramal. Suatu hari,
Lihb melihat Muhammad.
“Kemarilah, hai anak
muda!” serunya.
Namun, Abu Thalib segera
menyembunyikan Muhammad dan membawanya pergi hingga Lihb berteriak-teriak,
“Celakalah kalian, bawa
ke sini anak muda yang aku lihat tadi! Demi Allah, anak ini akan menjadi orang
besar di kemudian hari!” kata Lihb.
Jamuan
Buhaira
Berangkatlah rombongan
kafilah Quraisy menuju ke Syam 1). Ketika tiba di Busra, mereka melewati rumah
ibadah seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira. Ia adalah pendeta yang pandai.
Di rumah ibadahnya, selalu ada pendeta dan umat Nasrani yang menuntut ilmu
kepada Buhaira.
Biasanya, Buhaira tidak
pernah menggubris rombongan Quraisy yang setiap tahun melintas di tempat itu.
Namun, kali ini ada yang berubah pada diri Buhaira. Ketika rombongan Quraisy,
termasuk Abu Thalib dan Muhammad, singgah di dekat rumah ibadahnya, Buhaira
memerintahkan para pembantunya untuk membuat masakan yang banyak.
Buhaira berbuat begitu
karena dari jendela rumah ibadahnya, ia melihat hal yang aneh pada rombongan
Quraisy. Ada awan kecil yang bergerak pelan mengikuti ke mana pun kafilah
pergi. Ada sesuatu atau seorang di dalam kafilah yang dilindungi awan itu dari
terik matahari.
Buhaira bergegas
mendatangi kafilah yang tengah beristirahat di bawah pepohonan rindang dan
berkata, “Hai orang-orang Quraisy, sungguh aku telah membuat makanan untuk
kalian. Aku ingin kalian semua, anak kecil, orang dewasa, budak, dan orang
merdeka, singgah di rumahku.”
Salah seorang Quraisy
bertanya, “Demi Allah, hai Buhaira, alangkah istimewanya apa yang engkau
perbuat kepada kami hari ini. Padahal, kami sering melewati tempatmu ini. Apa yang
sebenarnya terjadi padamu?”
“Engkau benar,” jawab
Buhaira, lalu ia melanjutkan, “Dulu aku memang seperti yang engkau katakan.
Namun, kalian, semuanya, adalah tamuku kali ini dan aku ingin menjamu kalian.
Aku telah membuat makanan dan kalian semuanya harus ikut makan.”
Dengan senang hati,
rombongan Quraisy pun masuk ke rumah Buhaira untuk memenuhi undangannya. Hanya
saja, Muhammad tidak ikut karena ia masih kecil. Ia ditugaskan menjaga
perbekalan kafilah. (bersambung)
………
1) Negeri Syam
Abu Thalib berangkat
tahun 582 Masehi ke negeri Syam.
Syam saat itu adalah
sebuah negeri yang wilayahnya (sekarang) meliputi Syria, Yordania, dan
Palestina.
Syam berada di bawah
pemerintahan Romawi Timur.
Kisah Nabi Muhammad SAW (15):
Abdul Muthalib Wafat, Muhammad Diasuh Abu Thalib