----------
Selasa, 26 Oktober 2021
Buku
Kumpulan Cerpen Alumni Unismuh Makassar Dibahas di Sastra Sabtu Sore
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Buku Kumpulan Cerpen “Memeluk Retak”,
karya Irhyl R Makkatutu, alumni Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, dibahas
pada acara “Sastra Sabtu Sore”, di The King Coffee, Jl Skarda N, Makassar,
Sabtu, 23 Oktober 2021.
Buku kumpulan cerpen
tersebut dibahas oleh Dr Asis Nojeng (akademisi) dan Damar I Manakku (penerbit),
dan dipandu oleh pendongeng Mami Kiko.
Acara yang berlangsung
dalam suasana santai tersebut dihadiri sastrawan dan sutradara teater Yudhistira
Sukatanya, sutradara dan wartawan senior Goenawan Monoharto, penulis dan
sastrawan Maysir Yulanwar, Rusdin Tompo, akademisi Fadi Andi Natsif, serta
beberapa sastrawan lainnya seperti Rosita Desriani, Rahman Rumaday, Nasrul, dan
Ainun Mubin Misbah.
Penulis buku, Irhyl R
Makkatutu, adalah alumni Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unismuh Makassar, serta salah seorang
penggagas Ikatan Pemerhati Seni dan Sastra (IPASS) Sulawesi Selatan.
“Saya memberi judul Memeluk
Retak pada bukul saya, karena kalau Memeluknya, bisa membuat luka,” jelas Irhyl
saat memberi penjelasan tentang buku kumpulan cerpennya.
Dia mengatakan, ada hal
baru yang coba ia lakukan dalam buku tersebut, yakni menggunakan paragraf yang
lebih singkat. Tujuannya, supaya tidak membuat jenuh ketika membaca buku ini.
Kisah-kisah dalam
kumpulan cerpen ini, katanya, sebagian besar pernah dimuat di media cetak dan
media daring, namun disunting kembali ketika dirangkum menjadi satu buku.
“Menulis adalah kebebasan
dan pembebasan diri. Karena itu, tulisan-tulisan saya juga ingin membebaskan
diri memasuki ruang-ruang imajinasi dan hati pembaca,” kata Irhyl.
Menurut dia, ada budaya
di Makassar yang cukup positif.
“Kalau ada buku baru,
selalu ada ajakan untuk mendiskusikannya,” kata Irhyl sambil tersenyum.
Dia mengaku kini tengah
mewujudkan mimpinya membangun ekowisata yang diberi nama Tandabaca, di Dusun
Sapaya, Desa Kindang, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba.
“Tempat itu semacam taman
baca, tempat rekreasi dan kegiatan masyarakat yang terbuka. Rencananya, di situ
juga akan ada mushallah yang meski kecil tapi bisa memenuhi kebutuhan ibadah
masyarakat,” jelas Irhyl.
Istilah
Makassar dan Konjo
Asis Nojeng yang diberi
kesempatan pertama mengomentari buku kumpulan cerpen “Memeuk Retak”, mengaku
salut pada Irhyl Makkatutu sebagai penulis.
“Penulis menggunakan
istilah-istilah bahasa Makassar dan Konjo dalam cerpennya, misalnya ungkapan
bahasa daerah yang kemudian jadi idiom politik, seperti bantuka’ cappo,” sebut
Asis.
Dosen pada FKIP Unismuh
Makassar juga menyebut Irhyl punya keberanian menggunakan sastra untuk
menyampaikan kritikan, dan punya kemampuan membayangkan makna magis dengan
menghadirkan peristiwa biasa menjadi luar biasa.
Damar I Manakku, dari
penerbit Pakalawaki, menyebut buku kumpulan cerpen “Memeluk Retak” patut hadir,
karena penulisnya punya gaya tersendiri.
“Tulisan-tulisan dalam
buku ini tidak terlalu berat, karena penulisnya mengolah kata-kata menjadi
tulisan berdasarkan apa yang ada di masyarakat. Saya percaya, setiap kali
kata-kata yang dia tulis, pasti dia yakin mengapa mesti menuliskannya,” tutur Damar.
Sebagai penerbit, Damar
mengajak perlunya kolaborasi tiga pihak, antara penulis, penerbit, dan pembaca.
Konkretnya, perlu dilakukan gerakan membeli buku teman, sehingga baik penulis
maupun penerbit bisa hidup dan tumbuh bersama.
Dia mengataan, hasil dari
penjualan buku tersebut akan didonasikan untuk membangun mushallah di area
ekowisata Tandabaca, di Dusun Sapaya, Desa Kindang, Kecamatan Kindang,
Kabupaten Bulukumba.
Tur
Sastra
Yudhistira Sukatanya yang
membuka acara Sastra Sabtu Sore mengatakan, Sastra Sabtu Sore merupakan upaya
kecil para penggiat literasi untuk menggairahkan sastra di Sulawesi Selatan.
Sastrawan dan sutradara
teater itu berharap, kelak acara ini dikembangkan dan menjadi semacam tur
sastra. Untuk itu, dibutuhkan kolaborasi dan sinergitas dengan para penggiat
sastra di daerah.
Ide ini bisa dimulai
dengan mengajak penulis dan penggiat literasi di Gowa, Takalar, Jeneponto, dan
Bulukumba. Bisa juga diawali dari Maros, Pangkep Barru, hingga ke Parepare.
Acara Sastra Sabtu Sore
yang digelar Komunitas Puisi (KoPi) Makassar ini, dibuka dengan pembacaan puisi
oleh Maysir Yulanwar. Dia tampil membacakan puisi karya Srie Astuti Asdy
berjudul “Pulang ke Dasar Hatimu.”
Rusdin Tompo dari KoPi
Makassar berharap, kegiatan Sastra Sabtu Sore tak hanya sebatas membahas buku
dan membaca puisi tapi benar-benar menumbuhkan gerakan literasi bersama.
Acara Sastra Sabtu Sore
ditutup dengan pembacaan puisi oleh Rosita Desriani, yang tampil membaca karya
Irhyl R Makkatutu berjudul, “Senapan Angin.” (rt)