PEDOMAN KARYA
Selasa, 12 Oktober 2021
Video Penderitaan Mantan
PM Israel Ariel Sharon Beredar di Dunia Maya
Oleh: Asnawin Aminuddin
Sebuah video yang
menggambarkan penderitaaan mantan Perdana Menteri (PM) Israel, Ariel Sharon,
menjelang kematiannya, beredar luas di dunia maya pada Senin, 11 Oktober 2021.
Video itu disertai
narasi, “Ariel Sharon, Perdana Menteri Israel, pemimpin terkejam di dunia yg
telah membunuh ribuan rakyat Palestina…. Mengalami koma 8 tahun dan tubuhnya membusuk
hingga belatung memakan dagingnya… walaupun nyawanya masih di kandung badan,
adzab itu benar nyata.”
Dalam video itu, Ariel
Sharon terbaring pada sebuah kamar rumah sakit dalam keadaan mulut menganga,
mata, telinga, dan seluruh bagian kepala terbungkus perban.
Kemudian seorang pria
berpakaian dokter membuka perban di bagian matanya dan terlihatlah banyak
sekali belatung hidup berkerumun di bagian mata Ariel Sharon. Begitu pun saat
perban di bagian telinga dan kepala dibuka, belatung pun banyak berjalan-jalan.
Anehnya, Ariel Sharon
belum mati. Suara erangan terdengar jelas keluar dari mulutnya yang menganga.
Belum ada pihak yang
mengkonfirmasi video tersebut, namun dalam berbagai berita dan literatur, Ariel
Sharon memang dikabarkan meninggal dunia dalam keadaan tubuh membusuk setelah
delapan tahun mengalami koma.
Sharon meninggal di pusat
medis Sheba di Tel Aviv, Israel, saat berusia 85 tahun, tepatnya pada 1 Januari
2014, setelah mengalami koma sejak 2006. Awalnya, ia terkena stroke yang
membuatnya lumpuh, di puncak kekuasaan politiknya, saat menyiapkan diri maju
kembali sebagai calon Perdana Menteri Israel.
Akhir hayatnya yang
diawali pendarahan otak, lumpuh, dan koma selama delapan tahun, tubuh membusuk,
dan belatung hidup berkerumun di bagian mata, telinga, dan kepalanya, merupakan
penderitaan yang sangat langka dialami manusia.
Penderitaan itu pun kemudian
dihubungkan dengan kekejamannya sejak masih menjadi tentara Israel, hingga
menjadi jenderal, dan puncaknya saat menduduki jabatan puncak Perdana Menteri
Israel.
Membantai Umat Islam di
Palestina
Ariel Sharon menjabat
Perdana Menteri Israel dari 07 Maret 2001 hingga 14 April 2006. Ia menjadi
terkenal di Israel karena keterlibatannya dalam Perang Enam Hari pada tahun
1967, dan Perang Yom Kippur pada tahun 1973.
Ariel Sharon juga
bertanggung jawab pada tragedi pembantaian Qibya pada 13 Oktober 1953, di mana
saat itu 96 orang Palestina tewas oleh Unit 101 yang dipimpinnya, serta
pembantaian Sabra dan Shatila di Libanon pada 1982, yang mengakibatkan antara
3.000 - 3.500 jiwa terbunuh, sehingga ia dijuluki sebagai “Tukang Jagal dari
Beirut.”
Kematian Raja Namrud
Kematian Ariel Sharon
yang sangat menderita selama beberapa tahun di akhir hayatnya mengingatkan kita
pada kematian Raja Namrud pada zaman Nabi Ibrahim. Raja Namrud yang sangat
berkuasa ketika itu mengangkat dirinya sebagai Tuhan.
Nabi Ibrahim kemudian mengingatkan
bahwa dirinya hanya manusia biasa dan ada Tuhan Yang Maha Esa yaitu Allah SWT,
tapi Raja Namrud tetap pongah mengatakan dirinya Tuhan.
Akhirnya, Allah SWT
mengirimkan seekor serangga semacam nyamuk yang masuk ke lubang hidungnya dan
menorobos ke dalam otaknya. Keberadaan serangga itu sangat menyiksa Raja Namrud
dan konon waktunya cukup lama, hingga akhirnya ia tewas dalam keadaan sangat
menderita.
Kematian Fir’aun
Kematian Ariel Sharon
juga mengingatkan kita pada kematian Raja Fir’aun pada zaman Nabi Musa. Raja
Fir’aun juga menganggap dirinya Tuhan, dan meskipun sudah diperingatkan dan
diperlihatkan beberapa bukti, ia tetap menganggap dirinya Tuhan.
Raja Fir’aun dan
pasukannya kemudian memburu Nabi Musa dan para pengikutnya hingga ke Laut
Merah. Tiba di tepi Laut Merah, Nabi Musa kemudian diperintahkan oleh Allah SWT
memukul tongkatnya ke laut dan laut pun terbelah.
Setelah laut terbelah,
Nabi Musa dan pengikutnya menyeberang, namun Fir’aun dan pasukannya terus
mengejar. Tiba di seberang lautan, Nabi Musa kemudian kembali diperintah oleh
Allah SWT memukulkan tongkatnya dan tertutuplah lautan kembali seperti semula.
Fir’aun dan pasukannya
yang masih mengejar akhirnya tenggelam di Laut Merah. Ribuan atau jutaan tahun
kemudian, jenazah Fir’aun ditemukan oleh para peneliti, dan mumminya hingga
kini masih dapat disaksikan di Museum Nasional Peradaban Mesir (National Museum
of Egyptian Civilization/NMEC), Kairo, Mesir.***