DIAM-DIAM Abu Sufyan pergi pada suatu malam mendekati kediaman Rasulullah, dan mendengarkan Rasulullah membaca Al-Qur’an. Saat Abu Sufyan mendengar ayat-ayat Al-Qur’an dibacakan, begitu tenang dan damai hatinya. Suara Rasulullah yang merdu menggema di kalbunya. Dan rupanya Abu Jahal serta Akhnas bin Syariq, juga melakukan hal yang sama.
----
PEDOMAN KARYA
Jumat, 26 November 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (45):
Abu
Jahal Diam-diam Mendengarkan Rasulullah Melantunkan Ayat-ayat Al-Qur’an
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Ketabahan
Khadijah
Khadijah-lah yang menjadi
teladan bagi semua orang pada saat-saat sulit itu. Beliau adalah keturunan
bangsawan dan dibesarkan dalam lingkungan yang mewah. Namun, ketika harus
meninggalkan rumahnya yang luas dan tinggal di lembah yang sempit, Khadijah
sama sekali tidak menunjukkan keengganan. Beliau mengumpulkan segala kekuatan,
keberanian, kemampuan, serta bangkit penuh semangat.
Pada saat-saat itu, air
adalah hadiah yang sangat berharga. Khadijah memberikan kepada Ali bin Abu
Thalib keping-keping emas untuk membeli air yang kemudian beliau bagikan secara
merata kepada semua yang membutuhkan.
Khadijah adalah bidadari
pelindung bagi kaumnya. Beliau amat memerhatikan nasib anak-anak, keluarga Bani
Hasyim. Setiap kali ada bahan makanan yang berhasil didapatkan, Khadijah
mengatur agar anak-anak mendapatkannya lebih dahulu daripada orang dewasa.
Setelah itu, beliau mendahulukan kepentingan para orang tua dibandingkan
kepentingannya sendiri.
Khadijah selalu
menjadikan sabar dan shalat sebagai sumber kekuatannya. Beliau memohon
pertolongan Allah setiap saat. Ketika berdoa, Khadijah tidak hanya mendapatkan
pertolongan, tetapi juga keberanian, kekuatan, kedamaian, ketenangan dan
kepuasan.
Selama tiga tahun di
pengasingan itu, kekayaan Khadijah yang berlimpah itu habis. Sebagian besar
harta itu digunakan untuk membeli air. Beliau amat berbahagia karena dapat
menggunakan kekayaannya itu untuk menyelamatkan hamba Allah yang paling mulia,
Muhammad ﷺ dan keluarganya.
Beliau menganggap semua
itu adalah sebuah kehormatan, sehingga sangat mensyukurinya.
Di tengah-tengah bencana
dan kesusahan itu, Khadijah tetap tegar dalam keimanan. Hal itulah yang menjadi
sumber kekuatan yang tidak tergoyahkan bagi orang-orang di sekitar beliau.
Khadijah selalu
berhubungan dengan Allah lewat shalat. Shalat adalah rahasia keberanian beliau.
Perilaku beliau yang tenang dan lembut menjadi pendorong (kekuatan) bagi
seluruh anggota Bani Hasyim di tengah-tengah kesulitan itu.
Perhiasan
Terindah di Dunia
Islam sangat memuliakan
kaum wanita. Rasulullah ﷺ bersabda: “Seindah-indahnya perhiasan di muka bumi
ini adalah wanita shalehah.”
Hikmahnya “Wanita adalah
tiang sebuah bangsa. Apabila wanitanya baik, baik pulalah suatu bangsa. Namun,
apabila wanitanya jelek, jelek pulalah bangsa itu.”
Harta
Abu Bakar
Ketika masuk Islam, Abu
Bakar memiliki harta sebanyak 50.000 dirham. Beliau membebaskan tujuh budak
dengan 400 dirham per orang. Jadi, uang beliau terpakai sebanyak 2.800 dirham,
sebagian besar sisanya dipergunakan untuk mempertahankan hidup bersama kaum
muslimin di dalam Syi'ib
Thufail
Ad Dausi
Di tengah-tengah
kesulitan itu, Rasulullah yang tidak pernah menyerah, sedikit demi sedikit terus
mendapatkan kemenangan. Suatu hari, datanglah seorang bangsawan dan penyair
cendekia dari luar Mekah, bernama Thufail Ad Dausi. Seketika itu juga,
orang-orang Quraisy memberinya peringatan,
“Hati-hati terhadap
Muhammad, jangan dengar kata-katanya. Dia telah memecah belah orang dengan
keluarganya. Kami takut jika kamu mendengarnya, kaum kamu juga akan
terpecah-belah. Hati-hati dan jangan sekali-kali mendengarkannya!” kata
orang-orang Quraisy.
Diperingatkan seperti
itu, membuat Thufail penasaran.
“Namun, aku adalah cendekiawan
dan penyair. Aku dapat mengenal mana yang baik dan mana yang buruk. Apa
salahnya kalau aku mendengarkan sendiri apa yang akan dikatakan orang itu? Jika
ternyata baik akan aku terima, kalau buruk akan kutinggalkan,” kata Thufail.
Setelah berpikir begitu,
Thufail Ad Dausi mengikuti Rasulullah sampai ke rumahnya.
“Tuan, benarkah Anda
seperti dituduhkan orang-orang?” tanya Thufail, “Apa yang Anda bawa dan Anda
sampaikan kepada mereka?”
Rasulullah menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu dan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an. Hati Thufail
segera luluh dan dia pun memeluk Islam. Ketika kemudian ia kembali kepada
kaumnya, sebagian mereka langsung memeluk Islam, sebagian yang lain tampak
ragu.
Selain Thufail, ada dua
puluh orang yang diutus masyarakat beragama Nasrani untuk mencari tahu tentang
Rasulullah. Begitu bertemu dan berbincang dengan beliau, mereka langsung
menyambut, menerima, dan beriman kepada beliau.
Orang-orang Quraisy
menjadi geram dan memaki-maki mereka.
“Kalian ini utusan yang
gagal! Kalian disuruh oleh masyarakat seagamamu mencari berita tentang orang
itu. Sebelum kamu kenal benar-benar siapa dia, agama kamu sudah kamu tinggalkan
dan lalu percaya saja apa yang dikatakannya,” kata orang Quraisy.
Abu
Sufyan, Abu Jahal, dan Akhnas
Melihat orang-orang di
luar Mekah seperti Thufail Ad Dausi dan orang-orang Nasrani memeluk Islam, para
Pembesar Quraisy yang paling gigih memusuhi Rasulullah pun jadi bertanya-tanya,
“Benarkah yang dibawa
Muhammad itu benar?” tanya mereka dalam hati.
Diam-diam Abu Sufyan
pergi pada suatu malam mendekati kediaman Rasulullah. Dia tahu Rasulullah
selalu bangun malam dan membaca Al-Qur’an. Saat Abu Sufyan mendengar ayat-ayat
Al-Qur’an dibacakan, begitu tenang dan damai hatinya. Suara Rasulullah yang
merdu menggema di kalbunya.
Fajar pun tiba dan Abu
Sufyan bergegas pulang. Namun saat itu, dia memergoki Abu Jahal juga sedang
mendengarkan bacaan Rasulullah. Mereka saling pandang tanpa mampu berkata,
lewatlah Akhnas bin Syariq. Rupanya, Akhnas pun diam-diam pergi mendengarkan
Rasulullah membaca Alquran. Mereka bertiga pun saling menyalahkan.
“Kejadian ini tidak boleh
terulang lagi,” ujar salah satu dari mereka.
“Jika masyarakat kita
tahu, kedudukan kita akan lemah dan mereka akan berpihak kepada Muhammad,”
timpal yang lain.
Ketiganya pun berjanji
untuk tidak mengulangi perbuatan itu. Namun, pada malam berikutnya, mereka
terbawa perasaannya masing-masing seperti kemarin. Tanpa dapat menolak bisikan
hati, mereka kembali ke tempat semalam dan mendengarkan ayat Al-Qur’an dibacakan.
Hampir fajar, mereka mereka bertemu dan kembali saling menyalahkan.
Perbuatan itu terulang
lagi pada malam ketiga. Ketika mereka saling bertemu pada waktu fajar, kembali
mereka saling tuduh.
Rasa takut kemudian
timbul di hati masing-masing. Mereka takut kehilangan kedudukan jika
masyarakatnya memeluk Islam. Rasa takut inilah yang membuat mereka berteguh
hati untuk membuang jauh-jauh perasaan tenang dan damai yang mereka rasakan
saat mendengar bacaan Alquran.
Setelah itu, tidak seorang pun dari mereka yang kembali ke rumah Rasulullah pada tengah malam untuk mendengarkan beliau secara diam-diam. (bersambung)
-------
Kisah sebelumnya:
Diboikot dan Diasingkan, Kaum Muslimin Tetap Bangga Hidup Bersama Rasulullah