Orang-orang suruhan Umayyah membuka seluruh baju Bilal. Kemudian, budak malang itu ditelentangkan di atas padang pasir yang panasnya begitu menyengat saat matahari berada di atas kepala.
“Budak jelek, engkau akan diperlakukan seperti ini hingga engkau mati atau engkau mengingkari Muhammad dan kembali menyembah Lata dan Uzza!” teriak Umayyah.
-------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 06 November 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (33):
Bilal
dan Para Budak Disiksa karena Masuk Islam
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Beberapa pengikut
Rasulullah yang pertama, berasal dari kalangan miskin dan lemah. Ajaran Islam
yang melarang penindasan membuat banyak budak dengan segera menjadi seorang
Muslim. Namun, jika tuan mereka tahu akan hal ini, para budak itu dipaksa harus
memilih: kembali menyembah berhala atau disiksa habis-habisan.
“Lemparkan dia dan baringkan
tubuhnya di atas pasir!” raung Umayyah bin Khalaf Al Juhmi.
Rupanya, ia sangat murka
mengetahui seorang budaknya, Bilal bin Rabbah, menjadi pengikut Rasulullah.
Lebih murka lagi ia ketika tahu bahwa Bilal, si pemuda hitam itu, lebih memilih
menghadapi siksa dan membangkang kehendaknya daripada harus keluar dari agama
barunya itu.
Orang-orang suruhan
Umayyah membuka seluruh baju Bilal. Kemudian, budak malang itu ditelentangkan
di atas padang pasir yang panasnya begitu menyengat saat matahari berada di
atas kepala.
“Budak jelek, engkau akan
diperlakukan seperti ini hingga engkau mati atau engkau mengingkari Muhammad
dan kembali menyembah Lata dan Uzza!” teriak Umayyah.
Menghadapi ancaman itu,
Bilal hanya berkata, “Ahad! Ahad! (Maha Esa Allah! Maha Esa Allah!)
Suara cambuk memerihkan
telinga ketika Bilal disiksa, “Ahad! Ahad!”
“Letakkan batu besar di
atas dadanya!” raung Umayyah.
Bilal merasa dadanya
hampir remuk dan terasa sesak sekali, sehingga nyaris ia tidak dapat lagi
bernapas atau pun bersuara, tetapi ia tetap melantunkan kalimat juangngya. “Ahad!
Ahad! Ahad!”
Ibu Bilal, Hamamah, juga
disiksa tuannya. Menurut suatu riwayat, ia gugur dalam penyiksaan itu dan wafat
sebagai syuhada. (Dalam riwayat yang lain,
Hamamah, dimerdekakan Rasulullah).
Khalid
bin Sa’id
Seperti Bilal, Khalid bin
Sa’id termasuk orang-orang pertama yang beriman. Khalid adalah orang kelima
yang masuk Islam. Ia bermimpi akan jatuh ke jurang api, tapi diselamatkan oleh
seseorang yang ternyata ia adalah Rasulullah SAW.
Siksaan
Demi Siksaan
Setelah melihat Umayyah
menyiksa Bilal sedemikian kejam, para pemilik budak dan pembesar Quraisy yang
lain ikut menyiksa para budak mereka yang ketahuan memeluk agama Islam. Beragam
siksaan sangat kejam ditimpakan kepada para pemeluk Islam pertama itu.
“Hukuman apa yang harus
kutimpakan kepada budak pembangkang ini, Tuan?” Tanya algojo.
Sang Tuan tersenyum
sinis, “Cambuk dia sampai tanganmu tidak mampu lagi!”
Algojo melaksanakan
tugasnya dengan patuh. Suara lecutan cambuk disertai erangan orang terdengar
dari detik ke detik. Setiap lecutan membuat rasa sakit lebih perih dari lecutan
sebelumnya. Sebagian orang yang kuat bertahan hingga pingsan. Sebagian yang
lain gugur karena tidak kuat menahan derita.
Lebih dari itu, ternyata
bukan hanya cambuk yang bicara.
“Buka pakaiannya!”
perintah seorang bangsawan kepada tukang pukulnya.
Beberapa budak Muslim
yang malang itu segera saja menjadi tidak berbaju.
“Pakaikan mereka pakaian
besi yang ketat menempel di kulit!” seringai sang bangsawan.
Para tukang pukul segera
menurut.
“Sekarang, bakar baju
besi yang telah dikenakan itu!” seru bangsawan dengan buas.
Jerit kesakitan
budak-budak Muslim itu amat memilukan karena baju besi yang dibakar itu
menghanguskan seluruh kulit tubuh mereka.
Ummu
Ubais dan Zinnirah
Ummu Ubais dan Zinnirah
adalah dua perempuan Muslim yang disiksa sampai jadi buta. Orang-orang Quraisy
mengejek dengan mengatakan bahwa kebutaan itu disebabkan mereka dikutuk
berhala.
Akan tetapi, dengan izin Allah, keduanya kemudian dapat melihat lagi sehingga orang-orang Muslim dapat membalas ejekan orang-orang kafir. (bersambung)
Kisah sebelumnya:
Mengapa Tidak Minta Mukjizat kepada Berhala
Istri Abu Lahab Pertontonkan Perhiasannya kepada Abu Bakar