--------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 24 November 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (44):
Diboikot
dan Diasingkan, Kaum Muslimin Tetap Bangga Hidup Bersama Rasulullah
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Derita
Pemboikotan
Pemboikotan kecil-kecilan
terhadap kaum Muslimin sebenarnya telah lama dijalankan. Kalau ada seseorang
saudagar menjadi Muslim, Abu Jahal akan mengatakan, “Akan kami boikot
barang-barangmu dan mengubahmu sampai jadi pengemis.”
Rasulullah ﷺ, Bani Hasyim
dan kaum Muslimin diasingkan ke dalam Syi'ib, benteng kecil milik Abu Thalib.
Kaum Quraisy menegaskan bahwa jika Bani Hasyim menyerahkan Rasulullah ﷺ,
pemboikotan kepada mereka akan dicabut. Namun, bukannya merasa takut, Bani
Hasyim malah semakin setia kepada Rasulullah ﷺ yang merupakan anggota keluarga
mereka.
Pemboikotan ini berjalan
tiga tahun lamanya. Selama itu, hanya musim haji saja Rasulullah ﷺ dan para
pengikutnya bebas berdakwah keluar Syi'ib. Itu pun selalu diikuti Abu Lahab
sambil mengolok-olok Rasulullah ﷺ dengan kata-kata kasar. Pada musim haji itu,
Mekah ramai didatangi para peziarah dari pelosok jazirah.
Akibat adanya pelarangan
hubungan dagang, saat itu, Rasulullah ﷺ tidak dapat membeli makanan yang cukup.
Pada waktu-waktu yang sulit, mereka sering terpaksa makan daun-daunan dan
kulit-kulit pohon yang tipis. Anak-anak menangis pada malam hari karena
kelaparan. Sementara itu, orang-orang dewasa mengganjal perutnya dengan batu
agar tidak masuk angin.
Perbuatan kejam itu juga
menimbulkan rasa kasihan sebagian orang Quraisy. Apalagi yang memiliki hubungan
saudara dengan Bani Hasyim. Orang-orang itu sering dengan berbagai cara
menolong keluarga mereka di dalam Syi'ib.
Suatu ketika Abu Jahal
sedang meronda di sekitar Syi'ib, memergoki Hakim bin Hisyam bin Khuwailid dan
budak laki-lakinya berusaha menyelundupkan gandum dan makanan lain untuk
bibinya yang tidak lain Khadijah istri Rasulullah ﷺ.
Tanpa ampun, Abu Jahal
memukuli budak laki-laki itu dan merampas karung gandumnya.
“Aku bersumpah....!”
teriak Abu Jahal terengah-engah sambil terus memukul, “Aku bersumpah tidak
seorang pun dapat menyelundupkan makanan kepada Muhammad!”
Pada saat itu, Al
Bakhtari datang sambil berseru kepada Abu Jahal, “Hei makanan ini tadinya milik
bibinya. Bibinya lalu mengirimkan kepadanya, mengapa engkau melarangnya
mengantarkan makanan tersebut kepada bibinya lagi?”
Kemudian keduanya
berkelahi dan Abu Jahal terluka karena dipukul dengan tulang unta.
Syi'ib
Abu Thalib
Syi'ib Abu Thalib, tempat
kaum muslimin digiring, dikurung dan dijaga, dikelilingi dinding batu tinggi
yang tidak dapat dipanjat. Letaknya di Bukit Abu Qubays, sebelah timur Mekah.
Pintu masuknya berupa celah sempit dengan tinggi kurang dari dua meter yang
hanya dapat dimasuki unta dengan susah payah.
Derita
di Pengasingan
“Ibuuu, aku lapar,” tangis
seorang anak di dalam Syi'ib.
“Besok ya nak! Besok kita
dapat kiriman makanan,” jawab ibunya.
“Tidak mau, aku mau makan
sekaraaaang.....” karena tidak kuat menahan perutnya yang perih, anak itu
menangis dan menjerit-jerit.
Tangis dan jerit
anak-anak terdengar hampir setiap malam dari dalam Syi'ib. Sebagian penduduk
Mekah mulai tidak tega melihat penderitaan Bani Hasyim, tetapi mereka takut
untuk membantu.
Ada empat ratus orang
keluarga Bani Hasyim yang bertahan di dalam Syi'ib. Kehidupan mereka begitu
keras dan penuh dengan kekurangan, tetapi tidak satupun yang berniat
mengkhianati Rasulullah ﷺ. Padahal, tidak semua anggota keluarga telah memeluk
agama Islam, termasuk Abu Thalib, sang pemimpin Bani Hasyim.
Kehadiran Rasulullah ﷺ di
tengah-tengah mereka sudah cukup membuat mereka lupa akan segala kecemasan dan
membuat mereka selalu berbahagia. Mereka mengerti bahwa Allah telah memilih
mereka untuk melindungi utusan-Nya dari semua musuh.
Bagi Bani Hasyim, itu
sebuah kehormatan yang membuat mereka tidak mau menukar Rasulullah dengan apa
pun, bahkan dengan sebuah kerajaan sekali pun. Mereka bahkan menjalankan
tahun-tahun pengasingan yang pahit itu dengan rasa bangga.
Tidak satu pun dari empat
ratus orang itu berniat untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Padahal, mereka
tidak tahu kapan pengasingan itu akan berakhir. Hari demi hari, minggu demi
minggu, bulan demi bulan dijalani dengan penuh harapan.
Mereka semua sudah
bertekad mengikuti Rasulullah ﷺ kemana pun. Mereka lebih suka menjadi tawanan
dari pada bebas tanpa Rasulullah. Bagi mereka, hidup tanpa Rasulullah ﷺ adalah
hidup yang tidak layak dijalani.
Selama masa-masa sulit itu, ada sosok penting selain Rasulullah ﷺ yang menjadi sosok teladan bagi semua penghuni Syi'ib, bagaimana mereka harus menjalani hidup dengan penuh ketabahan. (bersambung)
Kisah sebelumnya:
Aku Tidak Akan Menyembah Apa Yang Kamu Sembah
Ja’far Abu Thalib Bacakan Surah Maryam di Hadapan Raja Najasyi