-------
Selasa, 09 November 2021
Dinamika
Kehidupan Lorong Bisa Jadi Ide Penulisan Buku
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Ada banyak kisah warga di lorong (gang)
yang layak ditulis dan dijadikan buku. Hubungan antar-tetangga, aktivitas
anak-anak bermain, kegiatan ibu-ibu yang menumbuhkan kepedulian warga, serta
suasana kehidupan sosial lainnya, bisa jadi ide penulisan buku.
Hal itu mengemuka dalam diskusi menyambut usia Kota
Makassar ke-414 tahun bertema “Buku, Lorong, dan Kota”, di Lorong Daeng
Jakking, Kelurahan Parangtambung, Kecamatan Tamalate, Sabtu, 06 November 2021.
Diskusi diadakan oleh Komunitas Anak Pelangi
(K-Apel), Anak Pelangi Institut, dan Komunitas Puisi (KoPi) Makassar,
Ide diskusi ini dari buku “Green Tea dan Bunga”
karya Rahman Rumaday. Ada tiga tema bahasan dalam buku yang ditulis berdasarkan
postingan-postingan di medsos ini, yakni spiritualitas, cinta, dan kepedulian.
Dalam buku itu, kegiatan K-Apel juga dibahas.
Bang Maman, begitu founder K-Apel ini akrab disapa,
mengaku berani membukukan tulisannya karena mendapat motivasi. Itu pula yang
jadi alasan, mengapa diskusi dilakukan, agar ibu-ibu lorong mau menuangkan
pengalamannya. Peserta kegiatan memang didominasi oleh ibu-ibu binaan K-Apel.
Selain Rahman Rumaday sebagai pemantik diskusi,
hadir Dr Fadli Andi Natsif, akademisi dan penulis, Rusdin Tompo, penulis buku
dan penggiat literasi, serta Nurul Septiani, pegiat sosial dan relawan Think
Survive.
Kegiatan dipandu oleh Suriati Tubi, yang dikenal
sebagai penggerak lorong.
Nurul Septiani, menilai bahwa dalam buku “Green Tea
dan Bunga”, penulis mendorong dan menggugah kita untuk bertindak. Bukan sekadar
berpikir tapi harus ada tindakan nyata untuk melakukan perubahan.
Menurutnya, penulis mengingatkan kita bahwa sebagai
makhluk sosial, kita saling tergantung dan saling membutuhkan. Tergambar dari
materi tulisannya yang banyak membahas tentang silaturahmi, tolong-menolong,
kepedulian, dan keberpihakan.
Fadli Andi Natsif mengutip ayat dalam Alquran, yang
menyatakan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu.
“Karena itu, penting untuk kita membaca. Bahkan, ada
perintah membaca, Iqra, yang merupakan inti literasi. Dengan membaca, seseorang
akan bertambah wawasan dan dapat bersikap kritis terhadap informasi yang
diperoleh,” kata Fadli.
Dosen UIN Alauddin Makassar ini mengaku selalu
membeli buku dan juga selalu membawa buku kemana-mana.
Di beranda Facebook-nya dia pernah menulis, dirinya
merupakan pembeli buku, penulis buku, pembaca buku, dan sekali-kali menjual
buku. Katanya, dia termasuk dosen yang selalu menganjurkan mahasiswa membeli
buku. Supaya mahasiswa punya kebiasaan membaca dan kaya referensi.
Penikmat kopi yang tumbuh dan besar di lorong ini,
mengapresiasi buku “Green Tea dan Bunga”. Menurutnya, buku yang ditulis dari
postingan di beranda Facebook ini perlu ditiru. Karena banyak postingan kita
yang bagus dan layak didokumentasikan menjadi buku.
Potret
Masyarakat Kota
Rusdin Tompo, mengungkapkan pengalamannya menjadi
editor buku “MasaDPan Makassar, Dinamika Demokrasi dan Pemerintahan”. Dia
tertarik mengumpulkan tulisan-tulisan tentang Pilkada Makassar, dan 100 hari
masa pemerintahan Walikota Makassar-Wakil Walikota Makassar, periode 2014-2019,
Moh Ramdhan Pomanto dan Syamsu Rizal, setelah istilah “lorong” menjadi jargon
politik.
Menurut penulis buku yang juga dikenal sebagai
aktivis anak itu, lorong sebagai sisi lain potret masyarakat kota, memang punya
cerita menarik. Dia memberi contoh kisah pendampingan anak-anak di salah satu
gang di Jakarta.
Anak-anak di situ kesulitan belajar lantaran
kebiasaan menonton TV dan tidak ada ruang bermain bagi mereka. Kegiatan
pemberdayaan kemudian dilakukan dengan pendekatan seni drama/teater.
Dia memotivasi K-Apel dan dampingannya untuk menulis
cerita-cerita kegiatan yang dilakukan. Dia yakin, ada banyak kisah menarik dan
inspiratif dari anak-anak dan ibu-ibu yang layak ditulis dan dibukukan.
Acara diskusi “Buku, Lorong, dan Kota” ditutup
dengan pembacaan puisi oleh Ibu Harfia, berjudul “Bawa Aku Kembali”, karya
Rahman Rumaday. Setelah Maghrib, acara dilanjutkan dengan peringatan Maulid
Nabi Muhammad saw. (ahy)